Mata Dea masih berkunang-kunang begitu ia terjaga dari pingsannya. Gadis itu terbangun karena sinar mentari di pagi hari menyinari wajah ayunya. Saking enaknya tidur, gadis itu tergolek di atas ranjang dan langsung tertegun ketika satu tangan kirinya menempel erat di wajah seseorang yang juga sedang tidur di samping Dea.
Sontak Dea tersentak dan langsung menoleh ke arah tangannya berada. Dea hampir menjerit ketika melihat sosok makhluk paling tampan sedang tertidur pulas disampingnya. Buru-buru Dea menutup mulutnya agar tidak jadi berteriak yang bisa mengundang perhatian tetangga.
Ya ampun, bagaimana bisa demit ini tidur di sini? jerit Dea dalam hati karena terlalu terkejut melihat pangeran D tergeletak disisinya.
Lebih dari itu, wajah Dea langsung pucat pasi kala selimut yang menutupi seluruh tubuh Dea terbuka dan ia sudah berpakaian lengkap. Gadis itu mengingat-ingat apa yang terjadi semalam dan terakhir yang Dea ingat adalah dirinya terjatuh karena terpeleset tepat di depan suaminya. Dea sangat yakin, kalau handuk yang melekat erat ditubuh Dea juga lepas dari tempatnya sesaat sebelum ia kehilangan kesadaran.
"Haaaisssh, tidak mungkin. Ini tidak mungkin, bagaimana bisa aku ... tidak ... pasti ada yang salah." Dea menggeleng-gelengkan kepalanya karena memikirkan hal-hal yang bukan-bukan mengingat sesosok pria tampan yang hanya memakai kaos oblong putih tertidur pulas di samping Dea. Sungguh, ia baru tahu kalau hantu bisa pulas juga tidurnya layaknya manusia biasa.
"Tidak ... apa mungkin aku dan hantu ini ... tidak ... huaaaa ... aku sudah ..." Dea sangat shock membayangkan bahwa dirinya tidak virgin lagi.
Tanpa sadar Dea pun menangis sesenggukan dan tangisannya yang lumayan kencang membangunkan pangeran D. Sosok pria tampan itu langsung memicingkan mata begitu sinar matahari menyinari wajahnya. Ia heran melihat Dea tiba-tiba menangis disisinya.
"Ada apa? Kenapa kau menangis?" tanya pangeran D tanpa dosa. Padahal yang bikin Dea nangis kejer hingga segitunya ya dia sendiri.
Mendengar pertanyaan menyebalkan itu, Dea langsung melempari bantal suaminya dengan kencang dan tepat mengenai wajah tampan sang pangeran.
"Ada apa denganmu? Kenapa melempariku bantal?" tanya Dewa bingung dengan sikap Dea.
"Apa katamu? Ada apa denganku? Harusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan padaku, ha? Kenapa aku bisa pakai baju?" tanya Dea dan ia langsung sadar kalau pertanyaannya salah besar. "Ehm ... maksudku ... bagaimana bisa aku ... pakai baju dan aku ...."
"Aku yang menggendongmu ke atas tempat tidur karena lantai kamar mandimu itu sangat dingin. Kau bisa masuk angin," potong pangeran D memberikan jawaban sedikit melenceng dari pertanyaan yang ditanyakan. Iapun duduk menghadap wajah Dea yang mulai sembab karena kebanyakan menangis.
"Apaaa ... kau juga yang ...."
"Iya, siapa lagi? Masa aku harus panggil tetangga hanya karena memakaikanmu baju?" sela Dewa lagi dan semakin kencanglah Dea menangis.
"Huaaaa ... kenapa kau yang pakaikan aku baju? Kenapa tidak kau biarkan saja aku? Trus aku ... aku kamu apain?" tanya Dea masih nangis kejer, ia berpikir dirinya telah kehilangan kesuciannya.
Pangeran D jadi linglung sendiri melihat dunia Dea seakan runtuh hanya karena ia membantu istrinya memakai pakaian dan membaringkannya di tempat tidur. Dewa akui, dia sempat tergoda akan kemolekan tubuh istrinya, tapi dia bukanlah lelaki hidung belang yang suka memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan sekalipun ia berhak sepenuhnya atas tubuh indah Dea karena mereka berdua sudah resmi menikah.
"Jika memang itu yang kau pikirkan tentang aku, aku siap bertanggungjawab kok, kan kamu istri sahku dan kita baru menikah kemarin."
"Huaaaa ... tapi kau kan bisa nunggu aku sadar dulu, mau ditaruh mana mukaku. Aku sudah tidak ...."
"Astaga Dea, kau ini lucu sekali. Apa masalahnya? Kita sudah menikah, wajar kalau ..."
"Tapi kau kan tidak mencintaiku? Kau pikir aku wanita apaan?"
"Aku tidak bilang kalau aku tidak mencintaimu, aku hanya ... " pangeran D berhenti bicara karena ia semakin bingung sendiri.
"Hanya apa?" desak Dea, tangisnya sedikit mereda karena penasaran dengan ucapan suaminya.
"Hanya ... belum terbiasa saja denganmu. Sudahlah, jangan menangis lagi. Tidak terjadi apa-apa diantara kita berdua. Aku bukan lelaki bejaat seperti pria-pria pada umumnya. Aku menghormatimu sebagai istriku. Wanita yang rela berkorban untukku. Mana mungkin aku menyentuhmu tanpa izin darimu. Yah ... walaupun aku ... sudah lihat semuanya."
"Apa?" Pekik Dea mulai kesal lagi setelah sempat terbuai dengan kata-kata suaminya barusan.
"Tapi kan wajar aku lihat karena aku suamimu!" Pangeran D membela diri
"Diam kau! Dasar demit mesum!" Bentak Dea dan ia langsung berlari ke kamar mandi sambil membanting pintunya sampai terdengar bunyi 'brak!'.
"Apa? Kau bilang aku apa? Beraninya kau? Apa kau tidak tahu kalau aku adalah pangeran?" Dewa balas meneriaki Dea yang sedang sibuk mandi di dalam kamar mandi. "Kalau aku mau! Aku bisa langsung masuk ke dalam." Pangeran D mulai keranjingan menggoda Dea.
"Awas saja kalau kau sampai berani masuk kemari. Aku minta cerai!" teriak Dea disertai ancaman mati kutu yang langsung membuat Dewa tertawa.
"Kita tidak akan pernah bercerai sampai kapanpun karena pernikahan kita ini bersifat selamanya. Dan mungkin ..." pangeran D menghentikan ucapannya seakan berat mengatakan isi hatinya pada Dea. Kebetulan, tidak ada sahutan lagi dari dalam kamar mandi. "Ah, lupakan ucapanku tadi! Kau mau kumandikan?"
"Pergi kau!" bentak Dea dengan kencang dan lagi-lagi membuat Dewa kembali tertawa.
Tingkah lucu Dea benar-benar membuat Dewa lupa kalau ia dan istrinya ini berbeda alam. Bersama Dea, pangeran D serasa menjadi dirinya sendiri. Tak menuntut kemungkinan, sosok hantu tampan ini mulai terbuka hatinya untuk Dea dan ia bertekad akan melindungi gadis ini apapun yang terjadi.
***
Setelah selesai bersiap-siap, Dea buru-buru berangkat ke sekolah karena ini hari pertama dia mengikuti ujian kelulusan sekolah. Untuk sementara, Dea mengesampingkan keberadaan dan status Dewa sebagai suaminya.
Gadis itu merasa ia memang berbeda dengan dirinya yang dulu sebelum menikah dengan Dewa. Namun, ia ingin lulus sekolah sebelum akhirnya ia mengorbankan dirinya sendiri demi mengembalikan kebahagiaan suaminya. Keinginan terakhir Dea sebelum ia mengakhiri hidupnya adalah lulus dari sekolah agar ia bangga karena pernah hidup di dunia fana yang kejam ini.
"Kau tidak sarapan dulu?" tanya Dewa yang mengekor Dea di belakang kemanapun istrinya itu pergi. Ia mengubah wujudnya menjadi transparan dan hanya Dea saja yang bisa melihat pangeran demit tampan itu.
"Aku tidak biasa sarapan." Dea berbohong, sejujurnya ... dia tidak punya uang untuk membeli makanan tapi ia tak mungkin memberitahukan semua masalah Dea pada Dewa sekalipun mereka berdua adalah sepasang suami istri.
Mendadak pangeran D berdiri di depan Dea dan sengaja menghalangi langkah kaki Dea. "Buka mulutmu!"
"Kenapa?" cetus Dea kesal.
"Buka saja, atau aku yang akan memaksamu membuka mulutmu dengan mulutku!" ancam Dewa dan berhasil.
Dea tidak mungkin ambil resiko dicium hantu tampan di tengah jalan begini. Mau tidak mau, gadis itu membuka mulutnya lebar-lebar.
"Aaaaa ..."
Tiba-tiba saja sebuah potongan kue brownies coklat berlapis full blueberry masuk ke dalam mulut Dea dan pangeran D lah yang menyuapinya.
"Enak kan? Ini ujian pertamamu, jadi kau harus makan sesuatu agar otakmu bisa bekerja maksimal. Mulai sekarang, aku lah yang akan mengurusmu." Dewa tersenyum dan memberikan sisa potongan brownies itu di tangan Dea agar dia bisa memakannya. "Ah, satu lagi. Jika kau butuh apapun, kau bisa tinggal bilang padaku. Anggap saja aku adalah jin dari lampu ajaib yang dapat mengabulkan semua permintaanmu selama ada di dunia nyata ini." pangeran demit itu menatap wajah bengong Dea yang sedang mengunyah kue bronis pemberiannya.
"Oke, Pak Jin ... boleh minta bantuanmu?" tanya Dea setelah ia selesai menghabiskan browniesnya.
Pengeran D mendekatkan wajahnya dekat di wajah cantik Dea sambil membantu mengusap sisa kue yang ada di sudut bibir Dea dengan sok sweetnya.
"Katakan apapun yang kau inginkan, akan kukabulkan!" bisiknya mesra.
"Tolong jangan ikuti aku lagi, tunggulah aku di rumah. Aku tidak bisa konsentrasi bila kau ada di dekatku," ujar Dea karena tidak enak dilihat siswa siswi lain yang menatap aneh Dea.
Mungkin mereka semua menganggap Dea gila karema bicara sendiri di pinggir jalan tanpa mereka tahu bahwa ada sosok pangeran demit di depan Dea.
BERSAMBUNG
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Maz Andy'ne Yulixah
pangeran D udah mulai ada rasa nie😁
2023-03-09
0
Bambang Setyo
Pergi jauh2 wa daripada dea dikira gila ngomong sendiri 😁😁😁
2022-12-10
0
Nurak Manies
💪💪❤❤❤❤
2022-10-31
0