SANG PENDAKI
"Brrruuuuk" suara benda jatuh terdengar sangat jelas. Seorang pemuda usia belasan tahun berwajah oval dengan kulit sawo matang jatuh dari ketinggian tebing.
"Gila aku terjatuh lagi," gumamnya dengan mode meringis, sambil memijat mata kakinya yang terkilir dan mulai mengeluarkan darah.
"Aku harus mendapatkan sarang walet yang lebih banyak, untuk bekalku ke kota melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, aku akan mengambil beasiswa itu." katanya dalam hati dengan mode serius.
Sosoknya yang tinggi 170cm, dengan body yang atletis, ditambah wajahnya yang gateng sedikit cuek dan acuh, walau dia mengenakan pakain yang sangat sederhana sungguh masih memikat pandangan gadis-gadis.
"ARYA NUGRAHA" namanya. Karena tekad yang kuat dan kemauan yang keras untuk melanjutkan sekolah kejenjang pendidikan yang lebih tinggi dikota, hampir setiap hari dia naik turun memanjati tebing, dari satu tebing ke tebing yang lain, demi mengumpulkan sarang walet untuk dijual ke pengepul. Sejak kecil pekerjaan itu dia jalani tanpa bosan dan tanpa kenal lelah.
TEBING KARANG PANTAI SELAN saksi biksu perjuangannya. Latar belakang keluarga yang sederhana tidak menyurutkan tekat dan kemauannya yang kuat. Justru memacunya pantang menyerah, hingga membentuk kondisi fisiknya menjadi atleltis yang medekati sempurna dengan sifatnya yang rendah hati.
Sore menjelang petang, kala dia memasuki sebuah rumah sederhana, yang dia tempati bersama kakek dan neneknya. Tempat mereka berlindung dari teriknya mentari dan dinginnya hujan.
"Nek Arya pulang...!?..." serunya ketika dia sampai didepan pintu. Mendengar suara cucu kesayangan pulang nenek Surti membuka pintu menyambut keoulangan sang cucu.
"Kreeeekeeeeeet....." suara pintu terbuka. Sosok nenek usia 60an tahun muncul, mengenakan pakaian sederhana namun masih terlihat jelas jejak kecantikan diusia mudanya, kala pintu sudah terbuka lebar.
"Arya..?.. bukannya besok kamu harus berangkat kekota ? kok kamu masih terus bekerja." ucap sang nenek dengan mode cemas.
"Iya nek..?.. Arya besok berangkat pagi, do'ain ya nek semoga tercapai apa yang Arya cita-citakan selama ini." jawab Arya dengan mode santai.
"Kalau itu pasti nenek do'akan, kamu disana bejar yang rajin dan tetap rendah hati, jangan sombong dan mencari masalah." nasehat nenek Surti dengan mode serius
"Arya mandi dulu ya nek..!?..." kata Arya dengan mode berjalan ke kamar mandi.
"Iya, mandi sana dulu....? selesai mandi kemas-kemas apa saja yang mau kamu bawa besok ke Kota Madya," sahut nenek Surti dengan mode menyuruh.
"Beres nek ? semuanya sudah Arya packing kok nek, besok tinggal berangkat." jawab Arya dengan mode santainya.
"Kriik kriiiik krrrrriiiik," suara jangkrik menambah hening suasana malam.
Didalam bilik kamar yang tak terlalu luas Arya belum bisa memejamkan mata walau sekejab, anggannya melayang memikirkin hari esok yang akan dia jalani.
Karena memang selama hidupnya dia tak pernah meninggalkan kampung halaman, dan esok adalah hari pertama dia memulai perjalanan, menyambut mimpi menggapai cita yang selama ini ia damba. Meninggalkan orang-orang terdekat yang selalu menjaga dan menyayanginya. Walau ada sedikit keraguan dalam hati namun ia bertekad sekuat baja meniggalkan titik aman menyambut hari yang didamba.
"Aku harus bisa, aku harus berani melangkahkan kaki ini, menggapai mimpiku, walau apapun yang akan terjadi," sebuah tekad dalam hati Arya.
Tanpa dia sadari malampun tlah berganti pagi. Diujung timur cakrawala sang Mentari menampakkan diri anggun dengan pijar keemasan menyelimuti bumi. Suara kicau burung merdu saling bersahutan mendendangkan lagu simphoni kehidupan. Dan tetes-tetes embun berkilauan diterpa sinar mentari menambah indah dan asrinya alam pedesaan.
"Arya berangkat ya nek..?.." dengan mode melangkah pasti. Dia berangkat memulai sebuah perjalanan. Menuju perjuangan panjang untuk menikmati pahit manisnya kehidupan.
...CREATED, NOV 2021...
...~°• CINK's eL A •°~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
SENJA🎭
hmmm ...
2022-10-26
0