Verra berjalan memasuki tenda dapur, membuat dua kopi hitam biasa, satu kopi hitam gulanya sedikit dan tiga gelas teh susu. Setelah selesai Verra membawa ketenda sebelah.
"Ini kakak-kakakku yang ganteng kopi sudah siap," kata Verra dengan mode manjanya. Black langsung mengambil dan menyeruput kopinya.
"Sruuuuuup... ger, waduh kemanisan Ver..!" ucap Yogi.
"Masa sich kak..? gula dan kopinya ukuran biasanya padahal," jawab Verra.
"Kamu gak peka Ver..? maksut Black kalau ada kamu dideketnya kopi tanpa gula pun sudah terasa manis..? iya kan Black...?" ucap Rangga menyahuti candaan Yogi.
"Betul, ya..? itulah maksutku ha ha ha ha." jawab Yogi dengan mode bahagia dan tertawa.
"Iiiiiih kak Yogi jahat dan jelek," ucap Verra sambil mencubit lengan Yogi. Sementara itu Yogi cuma nyengir mendapat cubitan Verra.
"Elya.. Aniii sini..? dibikinin teh susu sama Verra ini looo..?, cepet sini keburu dingin," teriak Arya.
"Iya kak... " jawab Elya dari tendanya.
Setelah Elya dan Ani duduk dan meminum Teh Susunya, Arya mumelai rencananya.
"Sekarang jam 11.45 WNT. kalau kita lanjutkan perjalanan, menurut MAP di ponselku perkiraan sampai puncak abadi jam 16.00 WNT. gimana kita lanjutkan perjalanan apa kita ngecamp disini," kata Arya tegas dan penuh wibawa.
"Kalau menurutku kita lanjut, aku dan kak Rangga yang memimpin pergerakan," ucap Verra dengan mode meyakinkan.
"Setuju" ucap Rangga dengan mode meyakinkan.
"Okey, karena medan yang belum ada jalurnya Verra didepan karena dia menguasai navigasi dan ditemani Rangga yang sudah terbiasa dengan hutan ini, dan aku dibelakang sendiri untuk memastikan keselamatam tim." kata Arya masih dengan mode tegas seorang pemimpin.
"SETUJUUUUU" jawab mereka kompak.
"Baiiik..!!.. kalau semua sudah setuju mari kita siap-siap," ucap Arya sabil melangkah keluar tenda.
PUKUL 12.00 WNT.
Setelah selesai packing dan bersih-bersih sampah mereka pun mulai mendaki. Sebelum pergi Arya menancapkan sebuah tanda di tempat itu.
"Tempat ini cocok buat pos pendakian." ucapnya pada dirinya sendiri.
Setapak demi setapak dengan langkah pasti mereka meninggalkan tempat itu. Tak terasa mereka sudah berjalan sekitar satu jam tanpa kendala dalam trek yang menanjak, perjalanan mereka lancar selama itu.
Akhirnya mereka melewati trek yang tidak begitu menanjak dan cenderung landai, namun buat Arya disinilah kesulitan jalur ini. Jalur yang baru mereka buat hanyalah jalur setapak yang tak begitu jelas terlihat. Edelweiss tumbuh semaunya, padang rumput terhampar luas seluas mata memandang.
Dan benar saja kabut tebal turun menyelimuti. Akhirnya Arya mengambil prussik merah dari daypacknya, untuk membuat STRINGLINE pada jalur yang baru mereka buat itu.
"Kok tumbuhan edelweissnya diikat begitu kak..?" tanya Ani penasaran.
"Ooooh ini namanya STRINGLINE " jawab Arya pakai mode santainya.
"STRINGLINE itu sebuah penanda bahwa jalur ini pernah kita lewati, ini untuk berjaga-jaga saja, dan gak harus pakai tali,kita juga bisa mematahkan dahan-dahan pohon atau ranting pohon yang gampang dilihat, sehingga dapat membantu kita untuk menginggat jalur, terutama jalur yang baru kita lalui atau kita buat, begitu ya kak Arya," ucap Verra membantu Arya menjelaskan.
"Betul Verr... memang kalau murid sekaligus putri dari pendaki legendaris tak dapat diragukan lagi pemahamannya tentang bertahan hidup dihutan belantara, salut.. salut," kata Arya memuji Verra.
Mereka pun terus berjalan beriringan Rangga,Verra terus berjalan didepan membuka jalur sekali-kali Rangga menebas rerimbunan semak yang menghalangi jalur dengan TRAMONTINA yang dipegangnya. Treknya pun kini mulai menanjak lagi kemirangan mencapai 70 derajat.
"Kalau melihat MAP diponselku, kita sudah dekat dengan puncak Ar..?" ucap Rangga.
"Iya kak..? merasakan tekanan udara dan oksigen yang mulai menipis disini kita sudah berada diketinggian diatas 3000 mdpl." ucap Verra menambah.
"Okey, kita gak perlu buru-buru ini masih jam 04.15 WNT. masih cukup waktu untuk mencapai puncak sebelum gelap, melihat trek yang menanjak 70° kita lanjutkan perjalanan perlahan namun tetap ingat kondisi tubuh kita, kalau ada yang merasa sesak napas atau capek bilang saja, santai, tenang dan penuh perhitungan. Takkan kemana puncak tetap disana," ucap Arya sambil mununjuk puncak Abadi yang berselimut kabut.
Mereka terus berjalan, kadang merangkak melewati kecuraman medan menerobos melewati bawah pepohonan yang sudah lapuk dimakan zaman. Dan puncak pun sudah terlihat jelas didepan mereka.
Langit diufuk barat mulai menjingga terlukis indah dari celah batang cemara dan tumbuhan edelweiss yang tumbuh setinggi bahu. Perlahan warna senja berubah gelap, kabut tebal kembali menyapa. Headlamp headlamp mereka hanya mampu menembus kabut sekitar sepuluh meter. Mereka masih terus bergerak makin pelan, gelapnya kabut tidak menjadi penghalang.
"Rangga Verra berhenti sebentar, Balack tolong bantu Ani menurunkan Carriel," ucap Arya saat melihat Ani nafasnya mulai tersengal-sengal.
"Kak Arya tinggal sedikit lagi, Ani masih kuat," jawab Ani dengan mode terputus-putus, saat Rangga dan Verra berhenti.
"Istirahat sebentar kataku, keselamatan lebih penting, puncak dapat kita capai nanti atau pun besok, tapi keselamatan tidak ada nanti atapun besok," kata Arya sambil mengeluarkan tabung oksigen dari daypack dan memberikan pada Ani.
...CREATED, NOV 2021...
...~°• CINK's eL A •°~...
..."Belajarlah tentang alam, mencintai alam, dan tetap dekat dengan alam. Karena itu tidak akan membuat kamu gagal."...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments