Sepulang dari Tebing Tiga Bintang, Arya mengumpulkan ketiga temannya berkumpul di Pendopo Alam pavilyun pecinta alam.
"Akir pekan ini ada libur tiga hari, apa kalian ada rencana mau pulang..?.." tanya Arya pada ketiga temannya.
"Gak bos..!?.. pulang juga gak ada siapa-siapa dirumah, Papa-Mama pulang setahun sekali, itupun gak pasti." kata Black dengan mode serius.
"Aku juga enggak Kak..?.. aku pengen belajar panjat." kata Verra dengan mode pasti. Sementara itu Ani dengan mode binggung masih tetap diam tak berkata.
"Ok.... okey, terus gimana dengan mu An..?.. apa kamu acara..?.." tanya Arya sambil memainkan ponsel ditangannya.
"Heeemmmm.. kalau kalian semua gak pulang aku juga gak pulang, kalian sudah seperti keluarga buatku, jadi aku juga akan tetap tinggal disini." kata Ani dengan mode yakin.
"Baiklah, kata-kata Ani memang ada benarnya, dan mulai sekarang kita harus saling melengkapi kita adalah EMPAT SEKAWAN," kata Aryo dengan mode tegasnya.
"Ya kita adalah EMPAT SEKAWAN." seru mereka bertiga bersamaan seperti dikomando. Mereka makin asyik mengobrol, bercanda, saling menceritakan masa lalu mereka bergantian yang diselingi dengan tawa lepas dari mulut mereka.
"Ver kamu apa gag punya cita-cita bikin kopi atau apa gitu..? buat kita," kata Arya di sela-sela canda tawa mereka.
"Ihhhhh bilang aja pengen ngopi..!!" kata Ani pakai mode jutek yang dibuat-buat.
"Siap ndan, tugas dilaksanakan," kata Verra sambil melangkah pergi.
Dan tawa merekapun kembali pecah, melihat tingkah Verra. Suasana bahagia menyelimuti Pendopo Alam, mereka merasakan kebahagian dan kehanggatan seperti sebuah keluaga.
Saat ini Verra sedang membuat kopi didapur rumahnya, meskipun harus pergi sendiri Verra tidak merasa keberatan sama sekali.
"Eng ing eng," ucap Verra yang kembali ke pendopo alam dengan membawa dua cangkir kopi hitam, dua gelas teh susu dingin dan satu toples kecil kripik kentang diatas nampan. Setelah sampai dekat teman-temannya, Verra memberikan kopi hitam ke Arya.
"Ini special untuk Kak Ari kopi hitam gulanya dikit, lainnya ambil sendiri ya..?.." kata Verra dengan mode manja.
Mereka ngobrol dengan santai dan sangat berbahagia. Dalam hati mereka berjanji EMPAT SEKAWAN adalah keluaga mereka yang baru, saling menjaga, saling membantu dan saling melengkapi. Dan senjapun datang menghampiri, sang mentari bersiap keperaduanya saat mereka berpisah kembali kerumah masing-masing.
Malam harinya Arya sedang berselancar di dunia maya, membaca berita yang lagi menjadi trending topik saat ini, tanpa sengaja ia membaca kata-kata yang menyentuh perasaannya.
...IBUKU BERPESAN PADAKU...
...Nak, tertawalah riang di hadapan ayahmu manakala beliau pulang ke rumah,...
...Karena dunia luar itu begitu kejamnya sehingga dapat membahayakan ayahmu....
...Tahukah kau nak, apa beda ibu dengan ayah?...
...Ibu membawamu (mengandungmu) di dalam rahim selama 9 bulan, namun ayahmu membawamu seumur hidupnya, tanpa kau sadari......
...Ibu berupaya kuat agar kau tak merasa lapar, namun ayahmu lah yang mengajarimu agar kau tak kelaparan lagi, tanpa kau fahami......
...Ibu menggendongmu (dengan memelukmu) di dada, namun ayahmu menggendongmu di punggungnya, tanpa kau perhatikan......
...Cinta ibu ini sudah kau kenali mulai dari semenjak kau lahir, namun cinta ayahmu 'kan kau ketahui setelah kau menjadi seorang ayah... Karena itu bersabarlah dengan baik......
...Ibu, memang tak ternilai harganya, sementara ayahmu, takkan bisa dikembalikan oleh waktu......
...(dikutip dari Hello-Babe)...
Arya teringat akan Ayah-Bundanya, Yang bekerja diluar negeri demi mencari uang, untuk menghidupi dirinya. Hingga meninggalkan dirinya sejak dia masih bayi, dan menitipkannya pada kakek dan nenek. Terbayang betapa besar tanggung jawab orang tuanya, hingga menumbuhkan tekad dalam hatinya.
"Aku harus menjadi orang yang sukses suatu hari nanti, Hingga Ayah dan Bunda tak harus bekerja keras lagi, aku ingin mereka bahagia dan bangga dengan anaknya ini."
Jam menunjukkan pukul 00.30.WNT saat Arya mulai merebahkan tubuhnyq diatas pembaringan empuk pavilyun pecinta alam.
Derrtt... deeeerrrtttt," ponsel Arya bergetar tanda ada pesan yang masuk.
"Sudah tidur belum ?" Arya mengeryitkan kening membaca pesan masuk di ponselnya dari sebuah nomor baru.
Arya berfikir mungkin itu oesan salah kirim, karena sudah lama sekali tidak ada orang yang mengirimi pesan malam-malam selarut ini. Arya memilih mengabaikan pesan tersebut.
"Gimana luka dibahu Kakak ? Udah sembuh apa belum ? kanapa tidak Kakak balas pesanku, besok aku akan kepavilyun pecinta alam untuk melihat luka Kakak,"
Arya berfikir keras, menerka-nerka siapa gerangan si pengirim pesan misterius ini. Tiba-tiba dia ingat seorang gadis manis nan ayu dan juga baik hati yang sangat peduli dengan lukanya saat ditebing tiga bintang. Selain itu tidak mungkin Ani dan Verra karena mereka ada disini.
"Elya ?" Arya melonjak, setelah menarik kesimpulan siapa yang telah mengiriminya pesan.
...CREATED, NOV 2021...
...~°•CINK's eL A•°~...
...SALAM KOPI HITAM GULANYA DIKIT YA..?...
..."Karena kopi tak pernah memilih siapa yang layak menikmatinya. Karena di hadapan kopi, kita semua sama."...
^^^bersambung ya kawan.. ingat jangan lupa ngopi.^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments