Setelah nafas Ani sudah mulai stabil dan mereka semua telah merasa cukup istirahat mereka mulai bergerak kembali.
Setengah jam mendaki nafas-nafas mereka mulai memburu kembali dan puncak Abadi telah mereka capai. Tanpa komando mereka langsung bersujud syukur pada Tuhan penguasa alam.
Puncak ABADI 3676 mdpl. Adalah puncak dari Gunung Legenda. Berupa batu besar yang gagah berdiri ditenggah bebatuan yang datar dan lapang. Dilihat sekilas batu besar itu laksana silhuet kepala naga dibawah remang-remang cahaya bintang.
Tiga tenda pun telah berdiri, dua tenda saling berdempetan untuk mereka sejenak melepas penat dan lelah, satu tenda lagi didepannya untuk tempat barang dan memasak. Setelah mereka mengisi perut dengan bekal ala kadarnya dan tak lupa kopi hitam selalu menenami cerita, mereka pun mulai memasuki tenda untuk beristirahat membuang penat setelah seharian bercumbu dengan rimbunnya hutan belantara. Dan tanpa banyak kata mereka pun terlelap dalam belaian malam yang berselimut kabut.
Arya yang penasaran keluar tenda dan melangkah mendekati batu besar yang menyerupai silhuet kepala naga lengkap dengan kumisnya, di bawah temaram sinar rembulan yang mengintip malu-malu dari balik awan.
Tiba-tiba seorang pria yang berpakaian biksu menyambut Arya disamping batu besar silhuet kepala naga.
"Anak muda sudah lama aku menunggumu datang kesini, Anak muda perjalananmu masihlah sangat panjang, perjalanan takdir tak dapat kau tentang, Awal takdirmu dikenal dunia ada dikota baya, dan untuk langkah-langkah selanjutnya. Namun sebelum itu kamu harus bisa mendirikan kuil disini, disamping batu ABADI DEWA NAGA sebagai rasa terima kasihku aku akan membantumu menyatukan takdir naga dan phoenix yang ada padamu dan kembaranmu, ingat baik-baik hanya dengan kalian bersatu perjalanan takdir kalian bisa dituju. Selamat tinggal anak muda kita akan bertemu setelah KUIL ABADI DEWA NAGA berdiri disini." kata biksu itu, lalu mengguap dan hilang dari pandangan Arya.
Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Arya. Arya mencoba memahi setiap kata-kata Biksu tua itu dan mencoba mencernanya, dan Arya pun kembali ke tenda.
Waktu berputar seirama detik, tak dapat dihentikan walau untuk sebentar. Dan mereka pun telah keluar dari tenda menyambut datangnya sang surya.
Gemerlap bintang digantikan cahaya keemasan muncul
dari balik cakrawala disisi Timur, Bias cahaya Mentari yang keemasan bak selendang dewa menyelimuti mayapada, membuat tanah tempat kami berpijak bak permadani bersulam emas begitu Indah dan mempesona.
Di sisi sebelah utara terlihat sebuah gunung megah duduk tenang penuh
kharisma. Sementara disebelah Barat tiga bersaudara, tiga gunung anggun terlihat malu-malu dibalik kabut, bagaikan komplek piramida Giza tertutup kabut sungguh membuat sedap dipandang mata. Puncak Abadi laksana pulau diatas awan, sebuah puncak menjulang yang dibawahnya dikelilingi awan.
Meniknati suasana Puncak Abadi seperti ini sungguh membuatku tertegun takjub, dan melupakan keganasan treknya yang penuh mistis.
Elya dan Ani bergelayut manja disisi Arya yang berdiri gagah menatap takjub Sang Surya. ada setetes air bening di sudut mata kedua gadis disampingnya.
"Kak Arya, terima kasih untuk semuanya," ucap Elya sedikit terbata.
"Untuk apa Elya..? engkau adalah adikku tercinta, aku dan kamu sebenarnya satu, satu takdir dua tubuh dan dua nyawa itulah kita," ucap Arya mengalir begitu saja.
Sedangkan Yogi,Verra dan Rangga diam mematung takjub akan karya sang maha pencipta. Tanpa Verra sadari lengannya sudah melingkar di pinggang Rangga, dan lengan Rangga merangkul mesra pundak Verra.
"Eheeeemmm ehheem," ucap Yogi memecah kemesraan Rangga dan Verra. Verra buru-buru melepaskan rangkulan Rangga. Sedangkan Rangga masih binggun dengan suasana yang ada pada dirinya.
"Udah siang, aku mau masak dulu buat sarapan," ucap Verra beralasan.
"Aku temenin yuk Verr.. " ucap Elya sambil meninggalkan Arya dan Ani berdua.
Mereka berenam pun akhinya meninggakan tempat mereka menikmati Sunset dan kembali ketenda untuk memasak bersama.
Setelah mereka selesai memasak dan memakannya untuk sekedar mengisi perut, menambah stamina mereka ngobrol membunuh waktu disana.
"Elya yuk ikut aku sebentar," ucap Arya mengajak pergi Elya meninggalkan kelompok menuju batu besar tempat Arya bertemu Biksu semalam. Setelah sampai di dekat batu Arya pun menghentikan langkahnya.
"Ada apa kak..?" tanya Elya.
Arya pun mencertikan pengalaman yang ia alami semalam dengan jelas dan detail pada Elya.
"Kak sebenarnya aku semalam juga bermimpi sangat jelas sekali, bahkan seperti nyata. Dalam mimpiku aku bersama kakak disini dalam sebuah kuil, dan disini hanya ada aku, kakak dan seorang biksu, Biksu itu menceritakan kalau gunung Legenda punya pasangan sebuah gunung dikota baya, dan waktu aku bertanya nama gunung itu sang pendeta tak menjawabnya, dia berkata jika waktunya tiba kita berdua pasti akan berada dipuncaknya, itu saja yang biksu itu katakan dia lenyap begitu saja," panjang lebar Elya bercerita.
"Hmmmmmm, berarti aku harus membangunnya," kata Arya.
"Elya siap membantu kakak untuk mewujudkannya," ucap Elya menimpali ucapan kakaknya.
"El.... apa ada perusahaan kamu yang bergerak dibidang kontruksi..?" tanya Arya kemudian.
"Ada beberapa Kak, cuma kalau untuk yang kompeten membangun proyek disini, aku nanti sampai pavilyun pecinta alam akan mengeceknya," jawab Elya yakin. Arya mengeluarkan ponsel dari sakunya, setelah melihat sekilas jam yang ada di layar ponselnya Arya mengajak Elya kembali ke timnya.
"Sekarang sudah jam 08.00 WNT. ayo kita siap-siap untuk turun, besok kita sudah masuk sekolah," ajak Arya pada teamnya.
Selesai bersih-bersih dan packing sudah pukul 09.15 WNT merekapun meninggalkan puncak Abadi, Untuk saat ini. Karena Arya banyak meninggalkan STRINGLINE perjalanan merekapun berjalan lancar dan tanpa hambatan apapun. Bahkan seratus meter di bawah puncak disebuah cekungan tebing mereka menemukan sumber air panas yang dapat mereka minum.
Selasa sore pukul 05.30 WNT team memasuki desa mbalik tempat Arya menitipkan mobil.
"Kita berpisah disini ya Ar..? rumahku diujung sebelah sana," ucap Rangga sambil menunjuk arah rumahnya.
"Terima kasih ya Ngga, suatu saat aku akan membutuhkan bantuanmu lagi," ucap Arya.
"Selama aku bisa kenapa tidak..?" ucap Rangga menimpali.
"Hmmmm baiklah sudah cukup untuk saat ini...
...CREATED, NOV 2021...
...~°• CINK's eL A •°~...
..."Puncak gunung itu seperti sebuah cita-cita. Berdo'alah saat akan memulai mendaki dan melangkah, karena kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi, kita akan merasakan jatuh dan bangkit berulang kali, kita akan merasa capek, lelah atau bahkan frustasi menghadipi medan yang diluar kendali, seberapa kuat kita melawan ego kita disitulah letak kemenangannya, dan dari situlah kita menunjukkan jati diri."...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments