Di tepian kolam kecil yang penuh dengan ikan koi yang bercorak warna-warni nan indah, seorang gadis cantik memakai gaun pink sederhana sedang asyik bermain dan memberi makan ikan-ikan kesayangannya itu.
"Non bukannya besok hari ulang tahun Non Elya dan juga Tuan Arya, apa Non Elya mau memberi hadiah pada Tuan Arya..?.." sebuah suara Bibi Resty menyadarkan kasyikan sang gadis.
"Pengennya begitu Bik.. tapi gimana caranya..?.. Ayah-Bunda sudah berpesan tidak boleh memberi tahu Kakak..?.." jawab Elya dengan mode bingung.
"Gampang serahkan segala urusannya pada Bibi dan Om Ben, Non ingat danau di selatan Tebing Tiga Bintang..?" kata Bibi Resty dengan mode tanya.
"Ingat dong Bik.... ada apa memangnya disana..?.. kan tempatnya sepi dan hampir tidak ada pengunjung karena tempatnya yang terpencil dan juga akses jalannya susah..?" jawab Elya dengan mode penuh tanya.
"Udah Non persiapkan aja hadiah Ulang tahunnya buat Tuan Muda, Biar Bibi yang urus tempatnya," kata Bibi Resty dengan mode perintah.
"Siap..! aku mau kekota kalau begitu Bik..? dan ingat besok cuma ulang tahun Kak Arya, ulang tahunku menyusul sesuai dengan rencana Ayah..!?" kata eLya dengan mode manja.
"Siap laksanakan Non..!?" kata Bibi Resty dengan mode lucu.
Setelah beberapa saat kemudian, sebuah Ferrari 488 Pista Spider edisi khusus yang di kendarai gadis manis nan ayu dengan rambut panjang pirang tergerai ikal maya keluar dari Villa meluncur cepat menembus jalan pegunungan yang indah nan asri menuju kota.
Tak lama kemudian disusul mobil SUV keluaran pabrik mobil terkenal juga meluncur dibelakangnya menuju danau untuk mempersiapkan segala sesuatunya.
Di sebuah toko aksessoris panjat dan pendakian sebuah Ferrari 488 Pista Spider edisi khusus warna merah berhenti didepan toko. Gadis manis yang ayu keluar dari mobil dan menuju ke toko yang langsung disambut gadis penjaga toko.
"Selamat Siang Non..?.. ada yang bisa saya bantu..?.." sapa gadis penjaga toko dengan mode sangat sopan.
"Sebentar saya lihat-lihat dulu..!?.. " kata Elya dengan mode menjawab.
Elya mengedarkan pandangan keseluruh toko, dan tidak ada satupun barang yang menarik minatnya.
"Maaf apa cuma ini dagangan yang kalian punya..? Saya pengen sesuatu yang bagus dan exclusive buat hadiah ulang tahun teman special aku," kata Elya dengan mode kecewa, pada gadis penjaga toko.
"Kalau untuk aksesoris pendakian yang exclusive ada dilantai atas Non..!? mari saya antar melihatnya." kata gadis pelayan toko dengan mode serius, melangkah menuju pintu life yang diikuti Elya.
"Tit.. tit.." pintu life terbuka dilantai teratas toko aksessoris tersebut. Gadis pelayan toko di ikuti Gadis manis nan ayu melangkah mendekati etalase kaca yang berada didalam toko tersebut.
Lagi-lagi Elya mengedarkan pandangan menelusuri deretan etalase yang penuh berisi aksessoris-aksessoris bagus dan mahal namun tak ada satu pun yang menarik minatnya.
Hingga akirnya dia menemukan sepasang carrabiner berlapis emas 24k yang dikombinasi dengan batu permata yang terlihat indah dan mempesona.
"Itu..? coba saya lihat carrabiner yang itu," kata Elya dengan mode menunjuk.
"Nona sangat jeli, ini adalah sepasang carrabiner yang sangat exclusive, hand made seorang jenius pengrajin permata dan hanya satu-satunya didunia," kata gadis pelayan toko dengan mode memuji, lalu mengambil dan memberikan sepasang carrabiner itu pada Elya.
Elya mengambilnya dan mengamati degan teliti.
"Misalnya saya pingin ada ukiran nama di pungung carrabiner ini apa bisa..?" kata Elya dengan mode tanya penuh harap.
"Bisaaa bisa Non, tapi menambah biaya 100.000 untuk masing-masih carrabiner," jawab gadis pelayan toko dengan pasti.
"Ok, tidak masalah soal biaya, tulis ARYA HUGRAHA disini dan ELYA NUGRAHA disini," kata Elya dengan mode pasti.
"Baik Non tunggu sebentar ya," kata gadis pelayan toko dengan mode mengharap lalu membawa sepasang carrabiner kebagian dalam toko.
30 menit berlalu tanpa terasa pelayan toko itu pun sudah keluar dan langsung memperlihatkan sepasang carrabiner pada Elya.
"Ini, Non..?" ucap Gadis pelayan toko.
Elya menerima dan meperhatikan ukiran nama di masing-masing carrabiner dengan perasaan puas yang terpancar dari raut mukanya.
"Berapa yang harus saya bayar," ucap Elya sambil menyerahkan kartu Black Goldnya.
"Sepasang Carrabiner 15.000.000 dan 200.000 untuk ongkos ukirnya Non," jawab gadis pelayan toko sambil menerima sepasang carrabiner dan kartu kredit Black Gold dari tangan Elya.
Beberapa saat kemudian gadis pelayan toko membawa dua kotak hitam yang didesain sangat elegan, diikuti seorang Pria umur 50an berjalan mendekati Elya.
"Nona Elya ini kartu anda, perkenalkan saya Robert Mansion manajer toko ini, dan toko ini masih dibawah manajemen NUGRAHA Corporarion yang berarti juga masih dibawah kepemimpinan anda, terima ini, sepasang carrabiner ini saya hadiahkan pada Nona dan sebagai permintaan maaf saya karena tidak bisa hadir waktu pengangkatan CEO kemarin," kata Robert dengan mode hormat.
"Terima Kasih, dan jangan terlalu sungkan pada saya Paman Robert, saya masih pemula dan masih butuh banyak belajar," kata Elya sambil menerima kartu Black Goldnya dan memasukkan kembali kedalam dompet, setelah itu menerima dua kotak hitam elegant bertulis ARYA NUGRAHA dan ELYA NUGRAHA dengan tinta emas berukir indah.
"Bungkus yang ini, bungkus yang rapi karena akan aku berikan pada Kakakku buat hadiah ulang tahunnya," ucap Elya sambil memberikan kotak yang bertuliskan ELYA NUGRAHA, pada gadis penjaga toko.
"Baik Non, tunggu sebentar," jawab gadis pelayan toko sambil menerima kotak itu dan melangkah pergi.
Elya menunggu sambil melihat sang gadis yang degan cekatan membungkus kotak hitam dengan kertas bungkus kado yang bercorak pink dengan gambar Hello Kitty yang lucu. Setelah selesai memasukkan kedalam paperbag Merah maron bertuliskan ROCK MOUNTAIN CLIMBER Shop, dan menyerahkan pada Elya.
Waktu berlalu dengan cepat Siang berganti Malam dan Malampun dengan tahta kegelapannya terusir oleh sang Mentari yang gagah muncul di ujung timur
Pagi kedua di Tebing Tiga Bintang.
Seorang pemuda sedang melakukan Push Up di depan tenda keringat mulai membasahi kaos olah raga sederhana saat seseorang yang berusia 40an tahun, datang menghampiri.
"Pagi, Saya Om Ben, Paman Non Elya, saya disuruh mengajak Tuan Arya bersama teman-teman anda pergi kesuatu tempat, dan mohon tidak banyak tanya, saya tunggu 30 menit dan tidak lebih, di pintu gerbang Tebing Tiga Bintang," kata Om Ben dengan mode kaku dan acuh.
Tanpa menunggu jawaban Arya dia melangkah kaki pergi meninggalkan Arya yang binggung tak mengerti. Arya menggeleng dan melangkah ke tenda sebelahnya.
"Ani-Verra kita diajak Elya kesuatu tempat, cepat siap-siap karena ditunggu didepan sekarang," kata Arya dengan mode tegas.
"Kemana Kak...?" kata Verra dengan mode bertanya.
"Aku juga gag tahu, udah siap-siap aja, aku juga masih mau mandi dan siap-siap." jawab Arya sambil melangkah pergi kekamar mandi di ujung lokasi.
Tiga puluh menit kemudian Aryo, Ani dan Verra tiba digerbang Tebing Tiga Bintang yang langsung disambut Om Ben yang turun dari mobil SUV.
"Mohon tidak banyak tanya, saya disuruh Non Elya membawa saudara-saudari ke danau yang asri dan indah tidak jauh dari sini, silahkan masuk ke mobil." kata Om Ben masih dengan mode kaku.
Tanpa banyak kata mereka naik ke mobil yang pintunya sudah dibuka oleh Om Ben. Orang yang aneh, begitu yang ada dalam pikiran mereka.
Tak lama mobilpun melaju dijalan yang sepi dan berbelok-belok. Dan sampailah mereka di danau.
"Sudah sampai silahkan kalian turun," kata Om Ben dengan mode jutek. Tanpa menunggu perintah kedua kali mereka pun turun.
"Ayo ikuti saya," kata Om Ben lagi masih dengan mode yang sama. Mereka mengikuti Om Ben berjalan mendkati jembatan kayu diatas danau yang menghubungkan pulau kecil ditengah danau. Sesampainya di bangunan tengah danau mereka disambut oleh seorang gadis manis yang ayu yang sudah sangat merekakenal.
"Ani, Verra, Kak Arya.. maaf aku tidak memberi tahu kalian sebelumnya, ayo silahkan duduk," kata Elya dengan mode cerianya. Arya, Ani dan Verra melihat sekeliling meraka dengan pandangan yang takjub akan keindahan suasana alami danau itu.
Seorang wanita cantik datang membawa kue ulang tahun dengan kedua tangannya, meletakkan diatas meja didepan mereka yang spotan membuat mereka binggung saling pandang tak mengerti. Elya berdiri menyalakan lilin yang berbentuk angka 17.
"Selamat Ulang Tahun Kak Arya," ucap Elya sambil menjabat tangan Arya, dan ikuti oleh Ani dan Verra. Om Ben dan Bibi Resty bergabung dengan mereka.
..."Hari ini saat bahagia untukmu...
...Bertambah satu tahun usiamu...
...Ku nyanyikan sebuah lagu...
...Agar istimewa harimu...
...Happy birthday to you (Happy birthday)...
...Happy birthday to you (Happy birthday)...
...Happy birthday to you, oh...
...Uh-woah...
...(Happy birthday, happy birthday)...
...(Happy birthday, happy birthday) Oh-woah...
...Hari ini istimewa (Hari ini)...
...Karena ini ulang tahunmu (Ulang tahunmu)...
...Hari ini berbahagia (Hari ini)...
...Nikmati saja...
...Happy birthday to you...
...Happy birthday to you (Hari istimewa, nikmati saja)...
...Happy birthday to you (Berbahagia, hari istimewa)...
...(Happy birthday, happy birthday)...
...Happy birthday to you (Happy birthday to you)...
...Happy birthday to you...
...Happy birthday (Berbahagia, hari istimewa)...
...(Happy birthday, happy birthday)" suara Verra berduet dengan Elya merdu menyayikan lagu Happy birthday....
Arya yang tak mengerti hanya diam mematung yang sesekali senyum nyengir kuda.
"Tiup lilinya, tiup lilinya sekarang juga sekarang juga" nyanyian mereka semua dengan kompak. Elya mengangkat kue ulang tahun kedepan Arya.
"Tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga," nyanyian Elya didepan Arya.
"Huuuft.. huuuuuuufffffttt," Arya meniup lilin yang di bantu Elya. Setelah lilin padam Elya meletakkan kue ulang tahun pada tempatnya semula.
"Selamat ulang tahun ya Kak.." ucap Elya sembari memberikan kado pada Arya di ikuti Om Ben.
"Selamat ulang tahun Tuan.." dengan mode tersenyum manis, lalu Bibi Resty,
"Selamat ulang tahun Tuan.." kata Bibi Resty, Ani dan Verra maju bersama,
"Selamat ulang tahun Kak.." ucap Ani dan Verra serentak sambil menyerahkan kado ditangan masing-masing pada Aryo.
~° play off °~
Semalem ketika Arya sedang asyik nonton lomba seni dan budaya, Elya menelepon Ani dan Verra.
"Derrtt... deeeerrrtttt," ponsel Ani bergetar tanda ada panggilan masuk.
"Hallo El... " suara Ani membuka obrolan.
"Hallo An.. apa besok kalian ada pertandingan..?!.." tanya Elya diseberang telpon.
"Heeeemmm sepertinya besok kita semua free, memang ada apa..?!.." kata Ani.
"Besokkan tanggal 14 Februari .." belum selesai Elya ngomong,
"Ulang tahun Kak Arya..!!.." seru Ani dengan mode membelalakkan mata bulatnya.
"Kita kasih kejutan yuuuuuk..." teriak Verra yang sedik jauh dengan ponsel Ani.
"Nah itu kalian tahu, begini aku punya kejutan buat Kak Ari, besok aku mau mengajak kalian semua ke danau yang indah nan asri, tentang kue ulang tahun dan lainnya sebagainya sudah aku persiapkan, yang penting sekarang kalian pura-pura tidak tahu aja," ucap Elya dengan mode meyakinkan.
"Ok siap laksanakan boss.. sebenernya Aku sama Verra juga sudah menyiapkan hadiah ulang tahun buat Kak Arya tapi kami masih bingung cara menyampaikannya, kalau kamu punya rencana itu malah bagus, kami mendungnya 200%, maksutku aku 100% dan Verra 100%, besok gimana kita kesan..?" belum selesai Ani ngomong.
"klluk-kluuuk...kluuuuuk-kluuuk pet" ponsel Ani mati lupa dari pagi belum dicash.
"Yaaaaahhhh ponselku mati Veeerrr telpon balek Elya pakai ponselmu" gerutu Ani pakai mode menyuruh. Verra mengambil ponselnya lalu membuka kontak dan menelpon Elya.
"Tut..ttuutt..tttuuuttt.. tttttuuuutttt" suara nada tunggu ponsel Verra.
"Ceklek.. Hallo kenapa ponsel Ani mati Verr..?" tanya Elya dari seberang sana.
"Kebiasaan buruk Ani salah satunya itu, rajin pakai ponsel tapi males ngecash ha..ha..ha.." jawab Verra pakai mode bercanda.
"Oooooooo kirain Kak Arya disana..?? urusan besok, mulai kalian berangkat sampai kalian kembali semuanya serahkan padaku, kalian terima beres aja, Okey.!! dah ya dah malem, aku mo bobok manis," kata Elya pakai mode sombong.
"KLIK" ponsel Elya dimatikan.
"Tut...ttuuuuuuttttttttttttttt." suara dari ponsel Verra yang berarti sambungan diputus sepihak.
~• play on •~
Acara kejutan ulang tahun sudah selesai, bahkan mereka sudah berada ditempatnya masing-masing. Elya merasa puas melihat Arya bahagia dengan kejutan kecilnya, lebih bahagianya lagi dia bisa seharian full bersama kakak tercintanya, saudara satu-satunya walau kakaknya tidak tahu kalau dia adik kandungnya dia tidak peduli, dengan senyum manis dibibir dia merebahkan tubuh mungil sexynya ke atas ranjang dan langsung tertidur. Ani dan Verra masuk kedalam tenda langsung tertidur tanpa ada sepatah katapun, hanya senyum puas dan bahagia yang tersisa. Sedangkan Arya masih belum bisa menerima semuanya, selama hidupnya baru kali ini dia merayakan ulang tahun dan kini ulang tahunnya dirayakan oleh orang-orang yang baru dikenalnya beberapa bulan yang lalu, pikirannya berkecamuk liar seliar serigala yang lapar.
"Kalian memang saudaraku, dan kalian akan menjadi bagian hidupku" tekad Arya dalam hati yang terbawa sampai alam mimpi.
Waktu Novel Toon menunjukkan pukul 05.00 dini hari, kabut tipis turun menyelimuti yang menambah rasa dingin yang tajam menusuk kulit setiap penghuni tenda-tenda ditanah lapang sekitar Tebing Tiga Bintang tanpa kecuali, seorang anak manusia menggeliat dari balik sleeping bag kucel kesayangannya, meraih ponsel untuk melihat jam yang tertera dilayarnya.
"Heeeemmmm udah pagi, aku harus keluar dan berlari pagi keliling tempat ini beberapa kali untuk mengusir rasa dingin ini," gumam Arya dalam hati. Saat melihat jam dilayar ponsel otomatis Arya melihat notifikasi message dipojok kanan atas ponsel sebelum dia melangkah keluar tenda dia menyempatkan membaca pesan itu.
"Kak Arya, terima kasih atas waktunya kemaren. Eeeh iya hari ini Kakak akan tampil ya..?.. Persiapkan diri Kakak, berjuanglah aku yakin Kakak mampu menyelesaikan dan menjadi yang terbaik diantara yang baik, Selamat berjuang Kakak." isi tulisan message itu, Arya melihat pengirim yang ternyata Elya jam 01.00 WNT.
"Aku akan berjuang sekuat tenagaku adapun juara adalah bonus terindah buatku," tekad Arya dalam hati, sedang tangannya mulai melipat sleeping bag dan memasukkan dalam Daypacknya, rasa dingin menusuk menyambutnya diluar tenda. Setelah memakai sepatu olah raga ia mulai melakukan lari pagi tanpa menghiraukan rasa dingin yang menusuk kulinya, ia berlari memutari lapangan beberapa kali hingga keringat mulai membasahi sekujur tubuhnya.
Hari ketiga di Tebing Tiga Bintang.
Pukul 08.00 WNT Aryo dengan nomer peserta 31 yang berarti peserta pertama dihari itu, sudah mulai memanjat jari-jarinya lincah menggapai celah-celah tebing mendaki terus keatas, tidak ada kesulitan baginya memanjat tebing vertical 90° itu, membutuhkan waktu 15 menit untuk mencapai tebing yang sedikit datar, dia berhenti sebentar disana, karena mulai dari sana untuk mencapai puncak medan tebing terjal dan agak licin karena jarang ada pemanjat yang mampu melewati medan terjal dan curam tebing itu. Arya sudah bertekad bulat.
"Aku harus bisa mencapai puncak titik tertinggi dari tebing ini." tedaknya dalam hati.
Berpuluh-puluh pasang mata mengawasi tegang saat jemari Arya mulai kembali menggapai celah tebing merayap kembali meninggalkan zona aman,ia mulai bergelantungan beradu nasib di seutas tali pada tebing yang tinggi menjulang, memacu adrenalin Arya dan puluhan pencinta olahraga rock climbing di Tebing Tiga Bintang.
Semua mata memandang dengan cemas dan sebagian penonton bahkan sudah berkeringat dingin saat Arya memakai teknik HAND TRAVERSE karena medan tebing mengharuskanya mengunakan teknik itu. Hand traverse sendiri adalah tehnik memanjat pada tebing dengan gerakan menyamping (horizontal). Teknik ini cukup rawan sehingga hanya dilakukan ketika memanjat vertikal sudah tidak bisa dilakukan lagi.
"SREEEET"
Diujung jari nasib pemanjat terpatri. Jari tangan kiri Arya terpeleset, tapi nasib bagus menghampiri ujung jari kanan dapat meraih tonjolan tebing.
"BRRRUUUK"
Bahu Arya menabrak tebing, dan ujung tebing yang tajam itu mengoyak kaos, dan membuat luka dikulitnya, darah segar mulai keluar dari luka itu.
Sepasang mata bulat yang bening milik seorang gadis manis nan ayu meneteskan air dari sudut matanya yang indah.
"Tinggal sedikit lagi, Kakak kamu pasti bisa, namamu akan tercatat sebagai salah satu nama yang mampu menggapai puncak tertinggi Tebing Tiga Bintang lewat jalur terextreem." gumam Elya hampir tak terdengar. Team juri pun sudah tak memperhatikan stopwattnya, bolpoint sudah tergeletak diatas kertas penilaian, sesaat mereka menahan napas tegang.
"Arya.. Arya.. Arya.. Arya.. Arya.. " teriak Elya, yang mulai di ikuti semua orang, baik itu penonton, dewan juri maupun pemanjat lain. Suara bergemuruh meneriakkan nama "ARYA" memberi semangat.
Sedang diatas sana Arya berjuang sekuat tenaga, saat itu dia mengunakan teknik MANTELSELF, yaitu teknik memanjat tonjolan-tonjolan yang letaknya agak tinggi sebagai tempat berdiri, lalu dengan satu lompatan lagi dan puncak tertinggi telah sukses tercapai. Arya menjejakkan kaki di batu datar puncak tebing, dia bersujud lalu berdiri menghadap semua orang yang menonton dan mengangkat kedua tanganya tinggi-tinggi seraya berteriak,
"TERIMA KASIH TUHAAAAAAN"
Lalu menundukkan kepala sejenak dan mulai turun.
Sesampainya di dasar tebing dengan carnmantel masih terkait kokoh dengan carrabiner baja ke hardnessnya. Seaorang gadis manis nan ayu menubruk, memeluk dan mengecup bibir Arya.
"Kamu memang Kakakku yang terhebat," ucap Elya spontan.
Beruntung saat itu Arya sedang terkejut dan tersipu dikecup gadis untuk pertama kalinya dalam hidup apalagi dibawah tatapan puluhan pasang mata, yang membuat Arya tak memperhatikan ucapan Elya.
Kemudian diikuti dua gadis yang sama cantiknya menghampiri mereka melepas kaitan CARRABINER dari HARDNEES.
"Kak Aryo memang luar biasa," ucap Ani.
"Ini hadiah ulang tahun yang terindah, yang kamu capai dengan segenap jiwa dan ragamu Kak," ucap Verra sambil meneteskan air mata.
Tanpa memperdulikan semua yang ada disana mereka membopong Arya, Lengan kanan Arya melingkar ke pundak Elya sedang lengan kiri melingkar kepundak Ani, Verra membawa hardness dan perlengkapan panjat Arya, Bagai seorang raja yang telah menang dan turun dari medan laga, Arya dikelilingi tiga keindahan yang sempurna meninggalkan dasar tebing menuju tenda.
Sesampainya diteras tenda Arya duduk dengan kaki terselonjor lurus kedepan dan Elya langsung mencopot kaos panjat Arya dari belakang punggungnya. Tidak ada perlawanan dari Arya, bahkan terkesan pasrah dengan semua yang dilakukan Elya. Setelah kaos lepas dari tubuh Atletis Arya, Elya mengeluarkan kotak P3K dari Daypack pink miliknya, mengambil kain kasa dan antiseptik lalu membersihkan luka gores dalam dipunggung sebelah kiri Arya.
"Tahan ini agak perih, sambil menunggu dokter Hendarta datang, hanya ini yang bisa aku lakukan," ucap Elya sambil menekan kain kasa yang di beri antiseptik ke luka Arya mengunakan tangan kiri, sedang tangan kanan Elya mengelus tatto Phoenix dan Naga, matanya tak bosan-bosan memandangi karya indah seminan tatto itu.
"Benar-benar mirip dengan tatto di perut aku, Hemmmm Kakak andaikan kamu tahu aku adikmu apa yang akan kamu lakukan." gumam Elya dalam hati. Lamunan Elya buyar ketika ada suara di depan tenda.
"Nona Elya tolong ajak Tuan Arya keluar dan tidurkan diatas KETERISIAN yang sudah kami persiapkan." perintah dokter Hendarta.
"Baik dok." jawab Elya sambil membantu Arya berdiri, lalu meletakkan lengan Arya dipundaknya, sedang lengannya sendiri melingkar dipinggang Arya, sikapnya seolah-olah tubuh Arya akan jatuh kalau tidak dipegangi.
"Elya aku bisa jalan sendiri, aku masih kuat kok," ucap Arya mencoba mencegah tindakan Elya.
"Udah nurut aja..!.. apa susahnya sih kalau nurut," ucap Elya dengan mode galak seperti ibu memarahi anaknya yang bandel. Akhirnya Arya menurut menuju keterisian dan tidur tengkurap diatasnya. Dokter Hendarta mendekati Arya dan memeriksa luka dibahu Arya yang masih terus berdarah dan sekaligus melihat tatto dibahu kanan Arya.
"Tatto itu sangat familiar, tapi punya siapa..?.. oh iyaaa, milik Tuan Arthur..!! tapi apa hubungan pemuda ini dengan Tuan Arthur yang kaya raya..? sedang pemuda ini sangat sederhana, dilihat dari pakainnya dia pemuda dari keluarga biasa, tapiiiii tatto sangat mirip bahkan aku yakin yang membuat tatto ini satu orang yang sama." ucap Dokter Hendarta dalam hati. Banyak pertanyaan yang tak mampu ia jawab dalam otaknya.
"Luka ini cukup dalam dan panjang, saya harus segera melakukan tindakan, bersiaplah saya akan menjahit luka anda," kata Dokter Hendarta dengan mode tegas.
Di tebing Tiga Bintang kompetisi masih terus dilanjutkan, jam menunjukan pukul 13.30 WNT. saat peserta terakhir menyelesaikan pemanjatannya, dan semua peserta dan penonton yang berada disana mulai meninggalkan tempat masing-masing dengan kasak-kusuk menceritakan perjuangan Arya yang begitu gigih pantang menyerah dan satu-satunya pemanjat yang bisa mencapai titik tertinggi tebing Tiga Bintang selama kurun waktu 25 tahun terakhir. 25 tahun yang lalu Arthur Nugraha mencapai puncak ketinggian.
Di Villa Tiga Bintang, Om Ben sedang menerima telpon terlihat dari expresinya dia sedang berbicara dengan orang yang sangat ia hormati.
"Aku dapat kabar dari federasi kalau rekorku pencapaian titik tertinggi tebing Tiga Bintang sudah dipecahkan seorang pemuda pagi tadi dan federasi juga memintaku hadir dan menyerahkan trophy bergilir yang telah kupegang selama 25 tahun secara langsung," suara berat, tegas dan penuh wibawa terdengar jauh di ujung telpon.
"Iya Tuan Arthur, tadi pagi Tuan Arya putra tuan telah mencapai titik tertinggi tebing tiga bintang," ucap Om Ben dengan mode serius.
"Ooooo jadi putraku yang masih 17 tahun bisa memecahkan rekorku di Kota Madya..!?.. bagus, siapkan uang tunai 50.000.000 dan bungkus yang rapi, serahkan padanya nanti saat penobatan dan penyerahan hadiah. Oh ya.. aku tidak bisa hadir nanti malam karena Arya belum waktunya tahu, tolong wakili aku untuk menyerahkan tropynya," kata Arthur masih dengan mode yang sama.
Ketika Om Ben mau melanjutkan obrolannya,
"Tut..ttuutt.. tttuuuuuuuut" tanda ponsel dimatikan sepihak.
"Tuan ini.. tetap aja kelakuannya," gerutu Om Ben dengan mode bersungut-sungut.
Sore hari menjelang malam, Elya keluar dari tenda Arya menuju parkiran dan pulang. Sedangkan Arya, Ani dan Verra
mengantarkan sampai depan tenda, mereka bertiga menatap punggung gadis manis nan ayu itu sampai tak terlihat.
"Kak Arya.. sepertinya Elya jatuh cinta padamu lo kak," celetuk Verra dengan mode menggoda.
"Ah ngaco kamu Ver.. apa yang bisa diharap dariku..?" Aryo menjawab.
"Yeeeee kak Arya dibilangin, ngeyel..!? aku juga cewek lo kak..? jadi aku bisa menilai sikapnya padamu," kata Verra lagi, kali ini pake mode ngeyel.
"Udah-udah Ver..!? yuk kita kesana ..?? ada apa itu kok orang-orang berkumpul disana," ucap Ani sambil menunjuk tenda barak ditimur panggung.
"Ayo kita kesana, aku juga penasaran," ucap Verra melangkah pergi.
"Kak Arya disi aja, biar aku sama Verra yang kesana." ucap Ani menghentikan langkah Aryo dan terus berlari menyusul Verra.
...CREATED, NOV 2021...
...~°• CINK's eL A •°~...
...“Janganlah menganggap remeh hal-hal yang terdekat dengan hati kamu. Rangkullah mereka seperti sama berharganya dengan hidupmu, karena tanpa mereka hidup adalah sia-sia”...
...ingat jangan lupa like dan coment ya..?!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments