Beberapa menit sebelumnya, Maria masih menunduk, termenung dengan air mata berhamburan saat telinganya menangkap suara Paman Liem dan sang ayah yang tengah berbincang di luar kamar. Maria tak begitu mendengar, pikirannya kacau dengan perasaan carut marut.
Tanpa ia sadari seseorang masuk dari pintu penghubung di belakangnya. Langkahnya sangat pelan hingga hampir tak terdengar. Sesaat kemudian sebuah suara memanggil namanya.
"Maria?" panggil orang itu.
Maria tersentak. Perlahan kepalanya terangkat, lalu menoleh dan mendapati lelaki paruh baya berdiri di sana. Ia mendekat, kemudian berjongkok menyamakan tingginya dengan Maria yang tengah bersimpuh di lantai.
"Papa Abhi ..."
Abhimanyu Wiranata. Dia adalah ayah Gabriel, sekaligus calon mertuanya yang mungkin sebentar lagi akan menjadi mantan calon mertua.
"Nak." Abhimanyu menyentuh bahu Maria. Merangkul dan membawanya ke pelukan.
Lelaki itu berusaha menyalurkan kekuatan dan kehangatan dalam waktu bersamaan. Maria diam dengan tatapan kosong. Kepalanya bersandar di dada bidang yang rasanya hampir menyamai milik sang ayah.
"Atas nama Gabriel, Papa ingin minta maaf. Secara tidak langsung Papa juga ikut andil dalam masalah ini. Papa gagal mendidik Gabriel hingga dia menjadi pria bajingan yang tak bertanggung jawab seperti ini. Papa benar-benar minta maaf," bisik Abhimanyu di atas kepalanya.
Maria memandang sendu ke arah jendela. Langit seolah mengekspresikan kesedihannya. Pagi kelabu menjadi saksi hancurnya harapan dan mimpi. Hatinya direnggut, diremas dan dilemparkan pada kubangan luka yang menganga.
Mulutnya bungkam. Ia tak tahu harus menanggapi bagaimana. Perasaannya remuk redam. Berusaha tegar pun tak ada gunanya. Faktanya, keadaan ini memang sangat menyakitinya.
"Papa minta maaf, Nak." Berkali-kali Abhimanyu mengucapkan kata maaf dengan raut bersalah.
"Papa sangat menyesalkan apa yang terjadi. Papa juga tidak mengerti apa yang dipikirkan Gabriel sampai bisa setega itu."
"Papa berjanji akan menegur dan menghukumnya jika dia kembali. Asal kamu tahu, Nak. Kamu memang calon menantu. Tapi bagi Papa kamu juga anak perempuan Papa yang perlu Papa jaga. Papa sayang kamu, mau itu dulu atau sekarang. Mau kamu jadi menantu Papa atau tidak, Papa tetap sayang kamu."
"Jadi Papa berharap kamu tidak membenci Papa atas masalah yang terjadi saat ini. Papa betul-betul minta maaf yang sebesar-besarnya sama kamu. Rasa malu ini sungguh mencoreng muka Papa di hadapan kamu dan Papa kamu. Papa minta maaf." Terdengar sebaris getar yang berusaha lelaki itu tahan.
Maria berusaha menelan ludah. Ia menggeleng membalas pelukan Abhimanyu. "Ini bukan salah Papa. Yang seharusnya meminta maaf bukan Papa, tapi Gabriel."
"Gabriel ..." Maria tak bisa melanjutkan kata-katanya. Suara yang tercekat menandakan bahwa satu kata berupa nama itu teramat sulit dilontarkan.
Hatinya sesak sampai rasanya sangat sulit untuk bernafas dengan normal.
"Sudah. Jangan berkata apa-apa lagi. Papa mengerti perasaan kamu. Intinya keluarga kami lah yang bersalah."
Dalam keharuan itu, samar-samar ia kembali mendengar suara sang ayah dari luar. Suasana yang hening membuat percakapannya terdengar cukup jelas.
Maria terdiam di pelukan Abhimanyu. Tampaknya lelaki itu juga mendengarkan perdebatan Rayan dan Liem di balik pintu.
"Sederhananya, jika pernikahan Nona dan Tuan Muda dibatalkan, bukan hanya berdampak pada saham perusahaan, musuh-musuh Anda juga akan bergerak lebih gencar karena menganggap hal ini adalah celah yang tepat untuk membidik kelengahan Anda."
"Tuan ...."
"Arsena Group, penyuplai terbesar perusahaan kita mendadak ingin memutus kerja sama."
Maria tersentak. Apa maksud Paman Liem? Kenapa masalah pernikahan bisa merembet ke perusahaan?
Maria tercenung sesaat. Baru beberapa detik kekeruhan terjadi, tapi perusahaan ayahnya sudah terancam seperti ini. Apa yang harus Maria lakukan.
Gabriel bukan hanya menempatkan kekacauan di hatinya, tapi juga bisnis orang tuanya. Salahkah jika Maria sedikit membenci Gabriel sekarang?
Maria memang mencintai Gabriel, tapi ia tak bisa jika melihat ayahnya hancur. Perusahaan yang dibangun sedemikian rupa dengan keringat dan usaha lelaki itu sejak muda, serta-merta harus pailit hanya karena gagalnya pernikahan Maria.
Ini tidak bisa dibiarkan.
Maria tidak tahu apa pernikahan memang bisa berdampak pada bisnis. Ia dan Gabriel menikah karena keinginan masing-masing. Bukan perjodohan yang bertujuan menyatukan kekuatan.
"Bukan hanya klien, Papa kamu juga terancam kehilangan seluruh vendornya di perusahaan."
"Tapi kamu tidak perlu khawatir, Papa sebisa mungkin akan bantu jika ia kesulitan. Mungkin tak bisa seratus persen, tapi setidaknya Papa bisa bantu sampai keadaan menjadi stabil."
Maria tercenung. Dia tahu apa stabil yang dimaksud Abhimanyu. Stabil yang dimaksud adalah perusahaan tidak lagi menunggak hutang namun sulit untuk menarik pendapatan. Ini sama saja berada di ujung tanduk. Hancur perlahan-lahan.
"Papa ..." Maria mendongak menatap mertuanya.
"Apa ada cara untuk mencegah kekacauan itu? Maria tidak mau Papa Rayan kesulitan karena masalah ini."
Abhimanyu terdiam. Matanya menatap lekat pada Maria.
"Ada," jawabnya pelan.
"Apa?"
"Kamu menikah dengan putra sulung Papa."
Dan di sinilah ia sekarang, berdiri di atas altar bersama Gibran. Putra sulung Wiranata yang semula adalah calon kakak iparnya.
Maria mematung kala pria itu membuka veil yang menutupi wajahnya dengan perlahan.
Sejenak mata mereka bertatapan. Jujur saja ini pertama kali Maria menatap langsung kakak dari Gabriel setelah sekian lama hanya mendengar namanya.
Dan Maria dibuat tersentak oleh mata setajam elang itu. Pupilnya menyorot datar tanpa ekspresi.
Ya Tuhan, kenapa menyeramkan sekali.
"Dan hari ini, saya sebagai hamba Tuhan menyampaikan kepada saudara-saudara semua. Mereka bukan lagi dua orang yang terpisahkan. Tetapi mereka sudah resmi, sudah sah menjadi suami istri. Tuan dan Nyonya Gibran Wiranata. Untuk kemuliaan Tuhan, mari kita beri tepuk tangan sepuluh kali lebih meriah dari itu. Untuk kebahagiaan mereka dalam nama Yesus. Aamiin ... Aamiin ..."
Gemuruh tepuk tangan memenuhi aula luas tempat berlangsungnya acara. Mereka baru saja selesai melakukan pemberkatan dan tukar cincin.
"Saudara dan saudari mempelai. Silakan ditatap wajah pasangannya. Dan inilah istri tercinta, suami tercinta. Beri ciuman yang paling mesra!"
Seruan itu disusul oleh sorakan para tamu yang meriah.
Jantung Maria kelonjatan. Haruskah seperti ini? Mereka tidak saling mencintai. Kenal saja tidak. Bertemu juga baru sekarang. Apa iya harus berciuman?
Maria meneguk ludah. Ia tersentak karena Gibran tiba-tiba mengikis jarak. Tangan lelaki itu merengkuh pinggangnya. Wajahnya lantas mendekat. Hidung mereka hampir bersentuhan. Tentu Maria semakin kewalahan. Apalagi saat pria itu memiringkan wajah hendak menciumnya.
Apa? Mencium? Astaga, ini gila!
Refleks Maria memejamkan mata. Tuhan, meski bukan Gabriel, setidaknya ia memiliki wajah di atas rata-rata. Baiklah, ini hanya ciuman. Mudah bagi Maria melakukannya.
Namun, hingga beberapa detik berlalu tak ada yang ia rasakan. Alih-alih ciuman, ia malah merasakan hembusan nafas menerpa pipinya.
Maria mengernyit. Tahu-tahu tepuk tangan memenuhi pendengaran. Ia membuka mata. Gibran sudah menjauh. Pria itu tak menciumnya?
Maria hanya merasakan ujung hidung yang menempel di permukaan kulitnya.
Maria berkedip. Dengan sedikit linglung ia berbalik menghadap tamu undangan. Berdiri di samping Gibran dengan senyum canggung sekaligus bingung.
Semuanya mengira mereka berciuman, bahkan pastor yang menikahkan mereka pun tersenyum puas. Bagaimana cara Gibran melakukannya?
Ia menoleh menatap Gibran. Wajahnya yang tanpa ekspresi membuat Maria tergagap, apalagi saat tanpa sengaja mata mereka bertemu.
Maria berdehem kecil untuk menghilangkan kegugupan. Tahu-tahu pria itu mengulurkan tangan.
Maria berkedip. "A-Apa?"
Gibran tak menjawab. Hey, apa pria itu bisu?
Akhirnya mau tidak mau Maria menerima uluran tangan Gibran. Ia tak sejahat itu mempermalukan lelaki yang secara tidak langsung sudah menyelamatkan keluarganya dari rasa malu dan kebangkrutan.
Baiklah. Sepertinya Maria harus bersikap baik pada pria itu. Bagaimana pun dia korban.
Rupanya Gibran mengajaknya untuk menyapa tamu. Ternyata begini cara beramah-tamah pria kaku. Wajahnya datar, hanya mengulas senyum tipis sebagai balasan.
Orang berbondong-bondong mengucapkan selamat. Selama itu pula Maria harus berusaha keras mengukir senyum kendati matanya ingin menangis.
Ia masih menyesalkan kejadian ini. Ini bukanlah pernikahan yang ia harapkan.
Kenapa Gabriel sejahat itu? Maria juga tidak peka dengan perubahan pria itu akhir-akhir ini.
Seharusnya ia sadar, Gabriel mulai berubah sejak beberapa minggu lalu. Entah kenapa, tapi Maria merasa pria itu jadi lebih sering melamun dan tak fokus.
Beberapa kali Gabriel juga bersikap gugup di depannya, seolah ia menyembunyikan sesuatu darinya.
Sebenarnya apa yang kamu sembunyikan, El?
Apa yang membuatmu begitu tega meninggalkan hari bahagia kita?
Atau, kamu memang tidak pernah bahagia saat bersamaku?
Maria menunduk mendapati pemikiran itu. Sakit. Hatinya bagai ditusuk ribuan jarum.
Hampir saja air matanya menetes saat sebuah tarikan pelan ia rasakan di tangan. Maria mendongak. Refleks ia mengikuti langkah Gibran yang mengajaknya untuk mendekat pada orang tua mereka.
Maria melihat Papa Abhi yang tersenyum, namun matanya sedikit sendu. Mungkin ia masih menyesali perbuatan putranya.
Lantas Maria menoleh pada Rayan. Sang ayah tak mampu menyembunyikan raut keberatannya. Memang, sejak Maria mengatakan setuju untuk mengganti calon mempelai, pria itu langsung menentang keras pernyataannya.
Tapi, Maria sudah memutuskan. Ia rela mengesampingkan hatinya demi Rayan.
"Papa sudah merawat Maria sejak kecil. Melindungi Maria dari segala marabahaya. Berkat Papa, Maria tak pernah kekurangan kasih sayang meski tak ada Mama. Sekarang izinkan Maria untuk melindungi Papa dari kehancuran," ucapnya kala itu yang membuat seorang Rayan Adibrata Tjandra, pria keras kepala dengan wajah tanpa perasaan, mengeluarkan air mata.
Papa memang seberharga itu bagiku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Anonymous
aku kirimkan kembang yah kak, semangat
2024-02-17
2
𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩
Gabriel di panggilnya El?
2023-09-01
0
epifania rendo
keren ceritanya thor
2023-08-09
0