Chu Pian Ran
St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, China
Seorang pria paruh baya sedang menatap sedih putri satu-satunya yang saat ini sedang berjuang melawan maut di ruang ICU. Sudah 2 hari ini, anak gadisnya yang bernama Song Hyu Meen itu dalam keadaan koma.
Sekarang ini, Song Hyu Jang sedang berusaha untuk menegarkan hatinya dan mencoba siap jika suatu saat nanti putri tunggal yang sangat dikasihinya itu ikut menyusul istri tercintanya yang telah tiada beberapa tahun yang lalu.
Tubuh gadis yang berbaring di atas ranjang itu menjadi sangat kurus, dan wajahnya pun pucat. Di hidungnya terpasang alat bantu pernapasan serta di salah satu jarinya dijepit alat pendeteksi denyut jantung.
Sebelum penyakit leukimia menggerogotinya, gadis itu seperti kebanyakan gadis China lainnya. Tubuhnya berisi, cantik, rambut hitam panjangnya juga berkilau. Jika boleh jujur, sebenarnya Song Hyu Meen merupakan salah satu murid primadona di sekolahnya.
Selama menderita leukimia, gadis itu jarang sekali mengeluh seperti ibu tercintanya. Sejak kecil, Song Hyu Meen memang dikenal sebagai anak penurut, jarang menuntut, jarang mengeluh dan rajin.
Sekalipun menurut orang lain gadis itu dikenal sebagai anak yang kurang pergaulan dan tertutup, namun di mata kedua orang tuanya, Song Hyu Meen adalah anak yang membanggakan. Sejak di bangku sekolah dasar gadis itu selalu berprestasi, bahkan dia juga meraih kejuaraan di beberapa lomba akademik di kota Guangzhou.
Tak terasa air mata Song Hyu Jang pun menetes. Dia sadar betul jika selama setahun ini putri tunggalnya itu sedang berjuang keras melawan penyakit yang sedang menyerang tubuhnya.
Pria paruh baya itu akan berusaha ikhlas jika Tuhan memang berkehendak untuk menjemput putrinya agar gadis itu bisa beristirahat selamanya...
ceklek
Seorang suster membuka pintu kamar dan masuk ruangan. Buru-buru, Song Hyu Jang menghapus air matanya menggunakan lengan bajunya.
Sekalipun dianggap wajar jika orang lain melihatnya menangis karena memang sedang menghadapi situasi yang berat dan menyedihkan, tapi dia tetap saja merasa tidak enak hati.
"Maaf Bapak Song, saya akan memeriksa kondisi putri bapak...," perawat itu berkata dengan ramah begitu dia telah ada di samping kanan pria paruh baya tersebut.
"Iya suster, silahkan...," Song Hyu Jang menjawab suster yang masih muda dan berparas cantik tersebut dengan suara sedikit serak karena memang habis menangis.
"Bapak kelihatan letih sekali, sebaiknya bapak istirahat dulu, biar saya yang menunggu putri bapak untuk sementara...," lanjut si perawat menawarkan dirinya untuk menjaga Song Hyu Meen.
Suster itu merasa kasihan melihat keadaan pria paruh baya itu. Wajahnya sayu dan sedikit pucat karena sudah beberapa hari ini menunggu putrinya di rumah sakit. Sementara, dari pihak Song Hyu Jang maupun pihak mendiang istrinya sudah tidak memiliki kerabat lain yang bisa menggantikannya.
"Baik suster, terimakasih... Saya akan mencari udara segar sebentar di luar."
Setelah berkata demikian, Song Hyu Jang pun lalu meninggalkan ruangan itu dan melangkahkan kakinya menuju ke taman yang tidak jauh dari ruangan putrinya dirawat.
Sesampainya di taman tersebut, pria paruh baya itu pun kemudian mencari tempat yang agak sepi karena dia memang sedang butuh waktu sendirian untuk menetralkan hati dan pikirannya.
Setelah menemukan tempat duduk yang suasana di sekitarnya lumayan hening, tak berapa lama Song Hyu Jang pun lalu meletakkan tubuhnya di atas sebuah kursi.
Untuk beberapa saat, tampaklah pria paruh baya itu sedang menghirup dan membuang nafas yang dalam hingga beberapa kali sampai dia merasa agak tenang.
Tak berapa lama, Song Hyu Jang terlihat memejamkan matanya sambil meletakkan kepalanya di sandaran kursi, dan beberapa detik kemudian pria paruh baya itu pun tertidur karena kelelahan.
Sudah beberapa hari ini, Song Hyu Jang mengambil cuti mengajar di universitas tempat dia bekerja. Pria paruh baya itu ingin benar-benar fokus menjaga putri tunggalnya karena dia memiliki 'firasat' bahwa hidup putrinya tidak akan lama lagi.
Dua puluh menit sudah pria paruh baya itu tertidur dengan pulasnya hingga ada sebuah suara pelan yang membangunkannya.
"Bapak Song..."
Beberapa detik kemudian, Song Hyu Jang terlihat membuka matanya dan berusaha menyadarkan dirinya.
Kini, di depannya sudah berdiri bapak kepala sekolah, 2 orang guru dan beberapa teman sekolah putrinya.
"Maaf semuanya, saya ketiduran...," pria paruh baya itu berkata lalu bangkit berdiri, dan tak lama kemudian dia pun menyalami satu persatu tamunya tersebut.
"Bapak tidak perlu minta maaf... Justru kamilah yang seharusnya minta maaf karena telah mengganggu istirahat bapak... Bapak kelihatannya lumayan lelah...," bapak kepala sekolah menjawab ayahnya Song Hyu Meen dengan suara lembut dan ramah.
Joong Nam Kin, itulah nama kepala sekolah itu, usianya beberapa tahun di bawah Song Hyu Jang. Perawakannya tinggi, atletis, murah senyum dan lincah. Sedangkan dua guru yang ikut serta adalah Ibu Soo Jae Kyung dan Ibu Moon Soong Jin. Untuk siswanya, pria paruh baya itu tidak tahu namanya karena yang berkunjung hari ini berbeda dengan hari sebelumnya.
Tak berapa lama, Song Hyu Jang pun kemudian mengajak tamunya ke tempat duduk yang ada di tepi koridor depan ruang dimana putrinya dirawat.
Pria paruh baya itu, bapak kepala sekolah dan 2 guru tersebut pun lalu berbincang. Sedangkan untuk para siswanya, mereka melihat keadaan Song Hyu Meen melalui kaca pintu kamar karena memang tidak diijinkan masuk ke ruang pasien selain anggota keluarganya.
"Bagaimana keadaan Song Hyu Meen pak?" Ibu Soo Jae Kyung, yang merupakan salah satu guru di kelas Song Hyu Meen pun bertanya dengan hati lumayan sedih, karena selama dia menjadi guru di kelas itu, wanita paruh baya tersebut sangat bangga dengan kepintaran dan pencapaian prestasi yang telah diraih oleh gadis itu.
"Saya sudah pasrah bu... Jika Tuhan berkehendak untuk menjemput putri saya, saya akan berusaha ikhlas untuk melepas kepergiannya... Kasihan sekali, dia pasti sudah lelah menderita karena sakitnya...," Song Hyu Jang memberikan jawaban dengan terus terang jika dia sudah 'berserah' kepada kehendak Yang Kuasa.
"Kami semua turut sedih pak... Kami hanya bisa berdoa agar Tuhan memberikan kekuatan, kesehatan dan penghiburan untuk bapak... Dan untuk Song Hyu Meen, kami berharap agar yang terbaiklah yang terjadi padanya... Jika Tuhan mengizinkan membuat mujizat, tentu dia akan sembuh. Tapi, jika Tuhan berkehendak untuk mengambilnya, maka sudah ada tempat yang indah untuknya...," Bapak Joong Nam Kin berusaha memberikan kekuatan pada Tuan Song Hyu Jang sambil mengelus pundak pria paruh baya itu sebagai tanda empati.
"Terimakasih banyak untuk perhatian bapak kepala sekolah, bapak dan ibu guru serta teman-teman putri saya... Atas nama Song Hyu Meen, saya minta maaf jika dia mempunyai kesalahan...," Song Hyu Jang menyampaikan ucapan terimakasih sekaligus permintaan maaf untuk mewakili putri tunggalnya yang saat ini sedang berbaring tak berdaya.
"Tidak pak, bapak tidak perlu minta maaf... Selama ini, putri bapak tidak memiliki kesalahan pada kami semua... Justru kamilah yang seharusnya berterimakasih karena dia sudah membawa nama baik sekolah dengan beberapa prestasi yang telah diraihnya...," jawab Bapak Joong Nam Kin.
🌹
Kediaman Song Hyung Jang
Hari ini, rumah berlantai 2 yang bisa dibilang lumayan luas dan bagus itu terlihat sangat ramai dengan para pelayat dari berbagai kalangan.
Ada yang datang dari pihak universitas tempat Song Hyu Jang mengajar, ada yang datang dari pihak sekolah putrinya, tetangga sekitar maupun kenalan lainnya.
Sehari setelah kunjungan dari bapak kepala sekolah, 2 guru dan beberapa teman sekolah Song Hyu Meen, akhirnya Tuhan benar-benar menjemput gadis itu.
Hari Rabu pukul 18.10 waktu Guangzhou, Song Hyu Meen berpulang. Pria paruh baya itu berusaha keras untuk ikhlas melepas kepergian putri satu-satunya.
Mungkin inilah yang terbaik untuk putriku agar dia bisa beristirahat dari rasa sakitnya selama ini... Batin Song Hyun Jang saat itu sambil meneteskan air mata ketika denyut jantung putrinya telah berhenti.
Siang itu, banyak pelayat yang mengantar jenazah Song Hyu Meen ke pemakaman. Jasad gadis tersebut disemayamkan di sebelah makam ibu tercintanya. Banyak pelayat yang meneteskan air mata saat jenazah Song Hyu Meen diturunkan ke liang makam.
Kini terlihatlah, hanya tinggal Song Hyu Jang yang ada di pemakaman itu. Karena sudah tidak tahan menahan rasa sedihnya, maka mengalirlah air mata pria paruh baya tersebut selama beberapa menit.
Setelah merasa puas menangis, dengan langkah gontai, Song Hyu Jang pun kembali ke rumahnya. Rumahnya yang besar itu kini terasa sempit baginya. Hal tersebut dikarenakan sekarang sudah tidak ada penghuni lain selain dirinya seorang.
Tak berapa lama, pria paruh baya itu berjalan-jalan di dalam rumahnya sambil mengenang masa-masa indah yang dia habiskan bersama istri dan putri yang dicintainya dulu.
Saat ini, hati Song Hyu Jang menjadi terasa hampa, sepi dan merasa sendiri. Kesedihan hatinya sudah tidak bisa diungkapkan lagi dengan kata-kata.
Satu jam kemudian, duduklah pria paruh baya itu di sofa sambil memejamkan matanya. Tak berapa lama dia pun jatuh tertidur karena kelelahan dan duka yang mendalam.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Leny Leny
like...
2023-01-27
0
Tna_
💪💪💪
2022-11-25
0
dita18
mampir thoorrr
thoorrr maaf mau nanya ini crta tntg china/korea,,,krn di liat dari namanya sprti nma2 org korea🙏🙏🙏sekali lg maaf ya thorrr saya hanya bertanya saja?
2022-11-22
1