Kediaman Xian Mu Bei
"Bagaimana ini bu, aku sudah tidak sabaran jika harus menunggu ayah bertindak. Aku tidak rela mereka hidup bahagia sementara kita seperti ini." Kata Xian Mu Chi.
"Ibu juga sedang memikirkan caranya Chi Er. Jika sampai ayahmu tahu kita mengambil langkah duluan, dia bisa marah besar." Balas nyonya Xian.
"Kita harus melakukannya dengan cara yang benar-benar aman, agar keluarga kita juga selamat." Lanjut wanita paruh baya itu memijit-mijit pelipisnya.
"Sebenarnya ibu punya satu cara, tapi ibu tidak yakin berhasil atau tidak." Tambah nyonya Xian.
"Apa itu bu? Aku benar-benar ingin tahu." Tanya gadis itu.
Wanita paruh baya itu pun lalu menceritakan idenya pada putrinya.
"Aku setuju bu, kenapa kita tidak mencobanya. Aku ingin sekali melihat perempuan itu mati. Dari dulu aku benar-benar tidak suka padanya karena dipuji-puji banyak orang." Ucap Chi Er.
"Kita tidak boleh buru-buru. Ibu harus memilih orang yang benar-benar berani mati untuk melakukannya." Ujar wanita paruh baya itu.
****
Dua orang gadis sedang terlihat berjalan-jalan sore itu. Mereka sedang asyik melihat-lihat asesoris rambut di sebuah kios.
"Lihat Xi, sepertinya ini cocok untukmu." Kata Chu Pian Ran sambil memasangkan sebuah asesoris di rambut pelayannya.
"Lumayan nona, aku suka ini." Ucap Xi Er memegang asesoris yang sudah terpasang di rambutnya.
Tak berapa lama, gadis itu lalu membayar asesoris itu ke penjualnya.
"Terimakasih banyak nona..." Kata pelayan itu senang.
"Tidak perlu berterimakasih. Aku sudah menganggapmu sebagai saudara sendiri." Balas Chu Pian Ran datar.
Mereka berdua melanjutkan perjalanannya hingga sampai di sebuah toko kue yang lumayan ramai.
Mereka mengantri sampai gilirannya dilayani.
Saat kedua gadis itu sedang memilih kue, tiba-tiba saja Chu Pian Ran merasakan lehernya seperti digigit sesuatu dan merabanya... Rupanya ada benda kecil yang menusuk leher gadis itu.
Jarum?...
Belum hilang rasa bingung gadis itu, tiba-tiba saja tubuhnya gontai dan jatuh pingsan.
"Nona nona, kamu kenapa?... Tolooong tolooong..." Xi Er berteriak kepanikan.
****
Kediaman Chu Jeong Byun
Seisi kediaman Chu panik, terutama tuan dan nyonya Chu.
Mereka sedang gelisah menunggu tabib Lou memeriksa putri mereka.
"Maaf tuan dan nyonya Chu, nona Chu sedang diracun oleh racun langka. Jika dalam 2 hari tidak mendapatkan penawarnya, maka nyawanya tidak akan tertolong..." Terang tabib Lou.
Pasangan suami istri itu sangat terkejut. Karena kagetnya nyonya Chu sampai pingsan.
Bibi Chen, Xi Er dan dua pelayan lainnya dengan sigap membawa tubuh majikannya itu ke kamarnya.
Tuan Chu benar-benar terpukul mendengar berita itu.
Dengan segera, ia memerintahkan anak buahnya untuk menyebarkan sayembara. Bagi siapa saja yang bisa mendapatkan penawar racun untuk putrinya akan diberikan hadiah uang emas dengan jumlah besar.
Berita tentang Chu Pian Ran yang terkena jarum beracun sudah menyebar dengan cepat di ibukota.
Beberapa orang yang berminat mengikuti sayembara itu dengan segera mencari informasi tentang keberadaan penawar racun itu.
Kaisar pun juga mengerahkan banyak pasukannya untuk membantu pegawainya itu.
****
Paviliun Huo Jiang
Pangeran Qin Wu Zhu sedang duduk di kursi kerjanya. Dia sudah mendengar kabar tentang nona Chu yang diracun dari pengawal pribadinya, Lu Zee.
Dengan segera, pemuda itu memerintahkan Lu Zee untuk mengerahkan prajuritnya mencari penawar racun.
"Apakah tuan Chu punya musuh sehingga putrinya itu diracun?" Tanya Qin Wu Zhu pada pengawal pribadinya.
"Maaf yang mulia pangeran, hamba juga tidak tahu pasti. Bukankah selama beberapa tahun ini hamba mengikuti yang mulia ke perbatasan." Kata Lu Zee.
"Sekarang carilah informasi tentang tuan Chu. Tidak mungkin putrinya diracun tanpa alasan yang jelas." Perintah pemuda itu.
"Baik, akan hamba laksanakan yang mulia. Hamba undur diri dulu." Setelah memberi hormat, Lu Zee meninggalkan ruangan itu.
****
Kediaman Chu Jeong Byun
Lee Jiang Wook menatap Chu Pian Ran dengan hati hancur. Dia benar-benar sangat khawatir dengan kondisinya.
Tubuh gadis yang berbaring di ranjang itu sedikit membiru. Wajahnya pucat.
Lee lalu menggenggam tangan kanan Chu Pian Ran sambil menciumi tangan itu.
"Sayang, kau harus bertahan... Aku tahu kau gadis yang kuat..." Ucap pemuda itu pelan sambil meneteskan air matanya.
Dalam dimensi roh
Roh Song Hyu Meen sedang berada di tempat yang asing. Tempat itu diselimuti oleh kabut tipis.
"Meen Er..." Suara seorang perempuan memanggil namanya.
Roh Song Hyu Meen mencari sumber suara itu, namun dia tidak menemukan seorang pun selain dirinya.
"Kau siapa? Mengapa kau tidak menampakkan dirimu?" Tanya roh Song Hyu Meen.
"Aku adalah roh Chu Pian Ran, yang raganya kau tempati sekarang." Jawabnya.
"Aku tidak bisa memperlihatkan wujudku karena kekuatanku sedang lemah. Untuk menarik jiwamu dari dunia lain sangat membutuhkan energi yang besar..." Lanjut suara itu.
"Jadi kau yang membawa rohku kemari?" Tanya roh Song Hyu Meen.
"Benar." Ucap roh Chu Pian Ran.
"Aku memilihmu untuk menempati raga Chu Pian Ran karena aku membutuhkan bantuanmu. Kau terlahir spesial karena memiliki kemampuan yang tidak dimiliki orang lain." Lanjut roh Chu Pian Ran.
"Kau membutuhkan bantuanku? Kenapa?" Tanya roh Song Hyu Meen lagi.
"3 tahun ini keluarga Chu sedang diincar oleh orang lain, aku tidak tahu siapa yang tega berbuat seperti itu. Karena kekuatanku semakin lama semakin melemah jadi cara terakhir yang bisa kulakukan adalah menarik rohmu ke raga Chu Pian Ran dan aku melepaskan rohku." Terang roh Chu Pian Ran.
"Keluarga Chu diincar? Kenapa?" Sambung roh Song Hyu Meen.
"Benar... Ada orang jahat yang ingin mencelakai mereka. 3 tahun ini aku merasakan ada aura jahat yang dikirimkan untuk keluarga Chu." Ucap roh Chu Pian Ran.
"Sekarang dengan kekuatanku yang tersisa ini aku akan berusaha untuk menyembuhkanmu karena racun ini bukan racun sembarangan..." Tambahnya.
"Untuk sekarang aku hanya bisa menjelaskannya sampai di sini, kelak kita akan bertemu lagi dan aku akan menceritakan semuanya padamu." Lanjut roh Chu Pian Ran.
****
Malam ini adalah giliran Xi Er untuk menjaga nona mudanya. Pada saat tengah malam, entah mengapa Xi Er tidak bisa menahan kantuknya hingga iapun tertidur dengan lelap.
Tiba-tiba muncul berkas cahaya yang mengelilingi raga Chu Pian Ran yang sedang tidak berdaya itu. Beberapa menit kemudian keluarlah asap hitam dari tubuh gadis itu.
Roh Chu Pian Ran sedang membantu mengeluarkan racun yang ada di raga gadis itu.
****
Satu setengah hari telah berlalu sejak Chu Pian Ran terkena jarum beracun. Sampai saat ini pula belum ada orang yang berhasil menemukan penawarnya.
Di kamar gadis itu telah berkumpul tuan dan nyonya Chu beserta keluarga Lee. Mereka sedang diliputi kesedihan yang mendalam.
"Uhuk uhuk..."
Tiba-tiba saja mereka dikejutkan oleh suara batuk seorang gadis yang saat itu sedang terbaring di atas ranjang.
Dengan segera mereka mendekat di ranjang Chu Pian Ran.
"Sayang, kau sudah sadar nak?..." Tanya nyonya Chu sambil meneteskan air mata.
"Ibu, aku haus..." Ucap gadis itu dengan suara lemah.
Dengan sigap nyonya Lee mengambilkan air minum dan diserahkan pada nyonya Chu.
Tahu anak gadisnya sudah sadar, tuan Chu segera memerintahkan salah seorang anak buahnya untuk memanggil tabib Lou.
"Sayang, apa yang kau rasakan sekarang?" Lanjut wanita paruh baya itu.
"Badanku lemas sekali bu..." Jawab Chu Pian Ran.
"Kamu yang sabar ya nak, sebentar lagi tabib Lou akan datang." Ucap nyonya Chu.
Tabib Lou benar-benar tidak habis pikir. Setelah memeriksa keadaan nona Chu, dia dibuat bingung.
Untuk kedua kali ini dia merasakan keanehan terjadi pada nona muda itu.
"Tabib Lou, bagaimana keadaan putriku sekarang?" Tanya tuan Chu tidak sabaran.
"Maaf tuan Chu, bisakah kita bicara di luar." Ucap tabib Lou.
Setelah di luar kamar Chu Pian Ran, tuan Chu dan tabib Lou pun berbincang.
Pria paruh baya itu lumayan kaget dengan keterangan tabib Lou yang mengatakan bahwa kondisi putrinya sudah melewati masa kritis. Tabib itu juga mengatakan bahwa racun yang ada dalam nona Chu juga sudah bersih.
"Benarkah itu tabib?" Tanya tuan Chu tidak percaya.
"Berdasarkan hasil pemeriksaan saya juga seperti itu tuan." Balas tabib Lou.
"Maaf tuan jika saya bicara terlalu jauh. Selama saya memeriksa kondisi tubuh nona muda, terus terang saya merasakan bahwa ada keanehan dengan putri anda." Lanjut tabib Lou terus terang.
"Tabib Lou, aku paham maksudmu. Tapi aku mohon tolong jangan sebarkan masalah ini. Aku tidak ingin putriku menjadi perhatian banyak orang. Jika ada orang luar yang bertanya katakan saja jika penawar itu sudah ditemukan oleh seseorang yang identitasnya tidak ingin diketahui." Kata pria paruh baya iti.
"Baik tuan, saya akan memegang rahasia ini." Jawab tabib Lou.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus semangat
2022-10-15
0
Kezia Suhartini
untuk episode 11 nya mohon sabar ya... author sedang sibuk ngurus kerjaan & sakit juga... 😥
Terimakasih banyak untuk kalian yang sudah mendukung karya pertamaku ini... 🙏
2022-09-20
1