Kabar Chu Pian Ran yang hilang ingatan telah menyebar luas. Banyak sekali warga ibukota yang turut prihatin dengan kondisi putri satu-satunya Tuan Chu itu.
Di salah satu kediaman yang megah dan luas, telah bersiap perdana menteri Lee Jiang Xun, sang istri dan putra tunggal mereka yang bernama Lee Jiang Wook. Setelah mereka mendengar kabar itu, dengan segera mereka berkunjung di kediaman Tuan Chu.
Tuan Lee dan Tuan Chu sudah bersahabat sejak lama sebelum mereka menjadi pejabat kerajaan. Kedua keluarga itu sering mengadakan pertemuan dan makan bersama secara bergantian di kediaman mereka.
Waktu pertama kali keluarga Lee mendengar bahwa Chu Pian Ran dinyatakan menderita penyakit langka, keluarga Lee benar-benar merasakan kesedihan yang mendalam. Mereka tak segan-segan membantu apapun yang mampu mereka lakukan demi kesembuhan gadis itu.
Seperti halnya Tuan Lee dan Tuan Chu. Hubungan anak mereka juga sangat dekat. Sejak kecil, Chu Pian Ran dan Lee Jiang Wook sering bermain dan belajar bersama.
Seiring berjalannya waktu, muncul perasaan lain Lee Jiang Wook pada Chu Pian Ran. Perasaan ini bukanlah perasaan pertemanan ataupun kekeluargaan, namun perasaan cinta.
Lee Jiang Wook pernah mengutarakan perasaannya pada Chu Pian Ran beberapa bulan sebelum gadis itu mulai sakit-sakitan. Namun, perasaan pemuda itu rupanya bertepuk sebelah tangan. Chu Pian Ran hanya menganggapnya sebagai kakak, tidak lebih dari itu.
Lee Jiang Wook bukanlah tipe laki-laki yang mudah putus asa. Dengan segala upayanya dia berkeputusan untuk tetap mengejar cinta Chu Pian Ran hingga memenangkan hatinya. Cara yang dia gunakan tentunya adalah cara layaknya pria sejati.
🌹
Kini, keluarga Lee telah sampai di kediaman Tuan dan Nyonya Chu. Tuan dan Nyonya Lee langsung menemui tuan rumah dan mereka pun lalu mengobrol di gazebo taman. Sedangkan Lee Jiang Wook, dia melangkahkan kakinya menuju kamar gadis pujaannya, Chu Pian Ran.
Tuan dan Nyonya Chu sama sekali tidak merasa keberatan jika saat pemuda itu ingin bertemu dengan putrinya, ia tidak meminta izin terlebih dahulu dan memberi salam hormat pada mereka. Karena terlalu dekatnya hubungan antara keluarga Chu dan keluarga Lee, Tuan dan Nyonya Chu sudah menganggap Lee Jiang Wook seperti putra mereka sendiri.
Visual Lee Jiang Wook. Pemuda tampan yang pembawaannya tenang, namun kadang juga suka bercanda. Dia memegang kendali semua usaha yang dimiliki oleh ayahnya (rumah makan, toko perhiasan dan penginapan).
"Salam hormat Tuan Muda Lee...," Xi'er memberi hormat pada pemuda tampan itu.
"Halo Xi'er, bagaimana kabarmu?" tanya Lee Jiang Wook.
"Saya baik-baik saja tuan muda... Silahkan masuk tuan muda, nona ada di dalam," Xi'er mempersilahkan tamunya untuk masuk, kemudian dia pun menuju ke dapur untuk menyiapkan teh dan makanan ringan untuk tamu nonanya.
Mata Chu Pian Ran menatap was-was pemuda yang melangkahkan kakinya mendekat menuju ranjangnya.
Inikah yang namanya Lee Jiang Wook, yang pernah diceritakan Xi'er...
Jantungnya berdegup kencang saat Lee Jiang Wook duduk di tepi ranjangnya.
"Halo nona cantik, bagaimana kabarmu? Hatiku rasanya sakit saat mendengar berita bahwa kau hilang ingatan... Entah bagaimanakah dengan si tampan ini jika kau benar-benar tidak ingat padanya...," pemuda tampan itu mulai meluncurkan candaannya. Bukan dengan maksud menertawai nasib Chu Pian Ran, namun ia berusaha menghibur gadis itu agar tidak terlalu larut dengan kondisinya sekarang.
"Bisakah tuan muda duduk di kursi itu? Aku merasa kurang nyaman jika anda duduk di sini...," jiwa Song Hyu Meen yang berada dalam raga Chu Pian Ran merasa tidak senang jika pemuda itu duduk terlalu dekat dengannya.
Mata jernih putra tunggal Tuan Lee Jiang Xun itu menatap lekat gadis yang sedang berbaring di atas ranjang hingga perempuan itu semakin gelisah dibuatnya.
"Ran'er, sejauh inikah perubahanmu? Aku benar-benar tidak menyangka akan seperti ini... Apakah kau merasa takut dan tidak suka dengan kedatanganku, teman dekatmu sejak kecil? Kau benar-benar sudah lupa sama sekali denganku?" bibir Lee Jiang Wook mengeluarkan beberapa pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh Chu Pian Ran.
Untuk sesaat kamar itu menjadi hening. Keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing, hingga kedatangan Xi'er sedikit mencairkan suasana.
"Maaf nona, tuan muda Lee, saya sudah mengganggu perbincangan anda berdua... Saya hanya mengantarkan teh hangat dan makanan ringan ini...," kata Xi'er dengan sedikit membungkukkan badannya.
"Letakkan saja di atas meja Xi'er...," perintah nonanya.
Setelah Xi'er meletakkan teh dan makanan ringan di atas meja, dia pun langsung pergi meninggalkan kamar.
"Tuan muda, silahkan menikmati minuman dan makanan ringannya... Maaf, aku tidak bisa melayani anda...," bibir pemuda tampan itu sedikit menyeringai mendengar kalimat yang baru diucapkan oleh Chu Pian Ran.
"Kau menyebutku 'tuan muda'? Kata-kata ini terdengar kaku sekali... Entah kenapa aku merasa kita ini seolah-olah baru pertama kali kenal," ucap Lee Jiang Wook terus terang.
"Ran'er, kau tidak perlu takut seperti itu... Sejak aku masuk ke kamarmu, wajahmu sudah terlihat tegang, apalagi waktu aku duduk di tepi ranjangmu... Kamu pikir aku ini singa yang akan menerkammu?" lanjut pemuda itu dengan nada lembut.
Bagaimana aku tidak tegang jika didekati oleh pria yang memang baru pertama kali ini kukenal... Huuh!
Batin jiwa Song Hyu Meen menggerutu dalam hati. Rasanya benar-benar ingin mengusir pria itu keluar.
"Hai, kenapa diam saja...," ucap Lee Jiang Wook sambil mengayunkan telapak tangannya di depan wajah Chu Pian Ran yang membuat gadis itu sedikit terkejut.
"Ayolah Ran'er, kau tidak perlu setakut itu... Kita kan sudah berteman sejak kecil...," pemuda tampan itu mulai tidak sabaran dengan sikap Chu Pian Ran yang berubah menjadi dingin.
"Maaf, aku hanya tidak tahu harus bagaimana dan berkata apa padamu... Inilah keadaanku sekarang ini...," Chu Pian Ran menghela napas sesaat.
"Ya sudah jangan terlalu dipikirkan... Yang penting sekarang kamu harus benar-benar menjaga kesehatanmu.... Jangan memikirkan hal-hal yang berat..," Lee Jiang Wook tiba-tiba memegang tangan kanan Chu Pian Ran dan menggenggamnya. Seketika gadis itu pun merasakan seperti ada aliran listrik yang mengalir dalam tubuhnya. Tak berapa lama, dia pun melihat tangan kanannya yang berada dalam genggaman pemuda itu.
"Kenapa? Kau tidak suka jika aku menggenggam tanganmu?" tanya Lee Jiang Wook seolah mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh Chi Pian Ran.
"Aku merasa kurang nyaman saja diperlakukan seperti ini...," jawab gadis itu jujur.
"Ran'er, kita ini sudah saling mengenal selama 15 tahunan, kita sering sekali menghabiskan waktu bersama... Jadi bukankah sangat wajar jika aku mengkhawatirkan keadaanmu... Apakah kau sama sekali tidak ingat kenangan tentang kita?" tanya pemuda itu yang dibalas gelengan kepala oleh Chu Pian Ran.
"Benarkah? Sedikit saja kau sama sekali tidak ingat?" sambung Lee Jiang Wook.
Gadis itu menggelengkan kepalanya sekali lagi.
Di kedalaman hati, pemuda itu merasa sangat sedih, namun dia tidak ingin menunjukkannya di depan Chu Pian Ran. Lee Jiang Wook tidak ingin gadis pujaannya itu menjadi lemah semangat menghadapi kondisi yang dialaminya sekarang.
Lagi-lagi sikap pemuda itu mengejutkan Chu Pian Ran karena dia mulai mengelus elus tangan kanan gadis itu dengan lembut.
"Ya sudah, jika kamu memang tidak ingat sama sekali ya jangan dipaksakan, mengalir saja dengan keadaan.... Mungkin suatu saat nanti ingatanmu akan pulih sedikit demi sedikit..."
🌹
Sejak saat itu, Lee Jiang Wook menjadi semakin rajin mengunjungi Chu Pian Ran. Sebelum gadis itu hilang ingatan, dia hanya menjenguknya seminggu sekali. Namun sekarang, kunjungannya menjadi seminggu dua kali.
Jika akhir pekan datang, dia akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengobrol dengan Chu Pian Ran. Dia bercerita banyak hal, terutama kisah tentang mereka berdua.
Awalnya, jiwa Song Hyu Meen merasa risih dengan perhatian Lee Jiang Wook yang dianggapnya terlalu berlebihan. Tapi sekarang, entah kenapa dia mulai merasa nyaman saat dekat dengan pemuda itu.
Ketampanan Lee Jiang Wook tidak diragukan lagi. Namun yang membuat jiwa Song Hyu Meen tertarik adalah sifatnya yang lembut dan penuh perhatian. Entah itu karena sifat aslinya, atau karena raga Chu Pian Ran yang seperti ini sehingga pemuda itu memberikan perhatian yang lebih.
Saat menjenguk gadis itu, ada saja barang bawaan yang dibawa oleh Lee Jiang Wook. Mulai dari buah-buahan, tusuk rambut emas, obat herbal, makanan, dan masih banyak lagi.
"Kakak Lee, jika kau kemari, tidak perlu membawa apa-apa lagi...," kata Chu Pian Ran suatu hari.
"Memangnya kenapa? Kau tidak suka?" tanya Lee Jiang Wook.
"Bukan masalah suka tidak suka... Tapi menurutku itu sepertinya sudah berlebihan," jelas gadis itu terus terang
"Berlebihan? Tapi menurutku itu biasa-biasa saja... Semakin banyak barang yang aku berikan, tentu kamu akan sering mengingatku bukan?"
Mendengar perkataan Lee Jiang Wook barusan, mata Chu Pian Ran pun menatap pemuda itu dengan lekat.
Apa mungkin dia melakukan semua itu karena dia mempunyai pikiran bahwa hidupku tidak akan lama... Batin gadis itu.
"Kenapa kamu melihatku seperti itu? Apa yang sedang kamu pikirkan?" lanjut Lee heran.
"Tidak, tidak apa-apa... Tapi sebaiknya lain kali kakak tidak usah membawa apa-apa lagi ya... Bagiku itu semua sudah cukup...," tegas Chu Pian Ran.
"Baiklah baiklah, aku akan menuruti keinginanmu... Tapi jika suatu hari nanti kamu membutuhkan sesuatu, jangan sungkan-sungkan mengatakannya padaku... Kakakmu ini akan melakukan apapun yang kamu minta."
🌹
Kediaman Lee Jiang Xun
Seorang pemuda tampan sedang berdiri di teras depan kamarnya.
Hati Lee Jiang Wook sedang gelisah. Apa lagi yang sedang membebani pikirannya selain gadis cantik yang sudah membuatnya jatuh cinta sekaligus khawatir itu.
Sudah 1 tahun lebih Chu Pian Ran sakit-sakitan. Tabib Lou, salah satu tabib kerajaan yang menjadi tabib kepercayaan keluarga Chu mengatakan bahwa penyakit langka yang diderita nona muda Chu telah membuat tubuhnya makin hari makin lemah. Obat-obatan yang dikonsumsinya setiap hari itu sebenarnya bukan untuk menyembuhkan penyakitnya, namun hanya untuk membuat hidup nona muda Chu bertahan lebih lama.
"Naak...," sebuah tepukan lembut di bahunya membuat pemuda itu tersadar dari lamunan.
"Ayah...," kata Lee Jiang Wook sambil menoleh pada pria paruh baya itu.
"Kamu sedang memikirkan Ran'er?" tanya Tuan Lee pada putranya.
"Iya ayah...," jawab pemuda itu jujur.
"Ayah tahu bagaimana perasaanmu padanya... Dengan kondisinya yang seperti itu tentu membuatmu gelisah. Kita semua sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi takdirlah yang akan menentukannya nanti...," ucap pria paruh baya itu.
"Sekarang, kita semua hanya bisa memasrahkannya pada Yang Kuasa...," tambah Tuan Lee Jiang Xun.
"Iya ayah, aku mengerti... Yang jelas, selama Ran'er masih hidup, aku akan terus berusaha melakukan yang terbaik untuknya," terang Lee Jiang Wook.
"Ayah sangat menghargai pengorbananmu nak... Cinta itu memang harus dikejar. Tapi jangan lupa, kau juga harus mempersiapkan diri jika suatu hari nanti terjadi hal yang paling buruk sekalipun," ujar pria paruh baya itu.
Tuan Lee Jiang Xun tahu betul jika putranya memiliki perasaan pada Chu Pian Ran.
Pri paruh baya itu adalah tipe laki-laki demokratis, yang memberikan pilihan pada setiap anggota keluarganya. Asalkan itu baik menurut mereka, dia akan menyetujuinya. Dia tidak akan memaksakan sesuatu yang tidak mereka sukai.
Tuan Lee Jiang Xun memberikan dukungan penuh pada putranya untuk mengejar cinta Chu Pian Ran. Malah dia sangat ingin menjalin hubungan yang lebih dekat lagi dengan keluarga Chu melalui ikatan pernikahan.
Manusia boleh memiliki rencana, sedangkan Yang Kuasalah yang menentukannya... Saat ini, pria paruh baya itu sadar betul dengan apa yang sedang dihadapi oleh putranya itu. Dia hanya bisa terus memberikan kata-kata motivasi yang membangkitkan semangat Lee Jiang Wook.
🌹
Sejak berita tentang Nona Muda Chu yang hilang ingatan itu tersebar, kediaman keluarga Chu sering mendapatkan kunjungan dari berbagai kalangan. Mulai dari kalangan rakyat biasa, bangsawan, pejabat kerajaan hingga keluarga kerajaan.
Banyak orang yang menunjukkan empatinya pada keluarga tersebut, mengingat selama ini keluarga Chu terkenal dermawan dan baik pada banyak orang.
Dahulu, sebelum Nona Chu sakit-sakitan, ada beberapa bangsawan dan pejabat kerajaan yang terang-terangan ingin melamar gadis itu. Namun seiring berjalannya waktu, dan melihat keadaan yang ada sekarang, mereka mulai mundur secara teratur.
Tuan Chu Jeong Byun sama sekali tidak sakit hati dengan sikap mereka. Pri paruh baya itu menganggap itu sebagai suatu kewajaran. Bahkan dia merasa lega jika mereka mengurungkan niatnya untuk melamar putri satu-satunya.
Tuan Chu Jeong Byun sadar betul bahwa putrinya banyak menarik perhatian para pemuda. Namun, dia tidak ingin gegabah jika itu sudah menyangkut masa depan putrinya. Selain sebagai penasehat kerajaan, dia juga adalah seorang ayah yang harus bijak dalam mengambil keputusan.
Diantara sekian banyak pemuda tampan yang awalnya mengejar cinta putrinya. Kini satu persatu mulai gugur dan berbalik arah. Tinggal satu pemuda yang terus bertahan dan berjuang, tidak lain dan tidak bukan dialah putra sahabatnya sendiri Lee Jiang Wook.
Dalam hatinya, pria paruh baya itu sangat setuju jika putrinya menjalin hubungan yang lebih serius dengan Lee Jiang Wook. Hal ini dikarenakan, Tuan Chu Jeong Byun tahu betul bagaimana sifat putra sahabatnya itu. Namun, dengan kondisi putrinya sekarang ini, pria paruh baya itu tidak ingin berharap terlalu lebih. Baginya yang terpenting adalah putrinya bisa kembali pulih seperti sediakala.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Septi Verawati
bikin sembuh apa thor 😁😁✌✌💪💪
2022-10-31
0
fifid dwi ariani
trussukses
2022-10-14
1