Perpustakaan Kediaman Chu
"Bagaimana, apa kau sudah memikirkan jawabannya?" Tanya Lee tidak sabaran.
"Jawaban apa? Jawaban ujian?" Balas Chu Pian Ran sekenanya.
Gadis itu sedang membaca sebuah buku saat Lee masuk ruang perpustakaan tadi.
"Ya ampun Ran Er aku serius..." Kata pemuda tampan itu.
"Anda ingin jawaban soal apa tuan muda Lee?" Tanya gadis cantik itu sambil meletakkan buku yang dibacanya tadi di atas meja.
"Ayolah sayang, berhentilah berpura-pura." Lee merasa tidak sabaran dengan sikap yang ditunjukkan oleh Chu Pian Ran.
"Ini kan baru beberapa hari, kenapa harus terburu-buru." Lanjut gadis itu.
"Aku hanya takut kalau kau direbut orang lain." Ucap pemuda itu jujur.
"Memangnya siapa yang ingin merebut diriku? Selama ini setahuku hanya kau yang giat mendekatiku." Sambung Chu Pian Ran.
"Mungkin untuk saat ini belum, tapi lain hari jika banyak yang tahu kalau kau sudah sehat, pasti mengantri lagi seperti dulu." Terang Lee.
"Memangnya banyak pemuda tampan yang menyukaiku?" Tanya gadis itu.
"Lumayan... Sampai-sampai aku hampir putus asa dibuatnya." Kata pemuda itu .
"Apa tidak ada gadis lain yang kau sukai selain diriku?" Tanya Chu Pian Ran ingin tahu.
Lee menggelengkan kepalanya.
"Yakin?" Lanjut gadis itu.
"Sangat yakin." Jawab Lee mantap.
Gadis itu mengambil buku yang belum selesai dibacanya tadi.
Dengan rasa tidak peduli matanya kembali fokus pada buku yang dipegangnya.
"Hei, aku sedang menunggu jawabanmu. Kenapa kamu malah acuh seperti itu. Apa kau tidak tahu bagaimana degup jantungku sekarang?" Tukas pemuda itu dengan wajah kecut.
Gadis cantik yang ada di depan Lee tidak bereaksi.
Karena gemas, pemuda itu akhirnya pindah duduk tepat di samping Chu Pian Ran.
"Kenapa dudukmu dekat-dekat di sini?" Protes gadis itu sambil menatap Lee.
"Itu salahmu karena acuh padaku." Jawab pemuda itu dengan hati jengkel.
Chu Pian Ran melanjutkan membaca bukunya lagi.
Ruangan itu berubah menjadi hening.
Lee berusaha bertahan untuk sabar menunggu jawaban gadis yang ada di depannya itu.
Pemuda itu tidak melepaskan pandangannya dari Chu Pian Ran. Semakin lama dilihat, wajah gadis itu semakin membuatnya jatuh hati.
Tahu jika terus diperhatikan, gadis cantik itu pun menoleh pada Lee.
"Apa kau sudah puas melihatnya?" Tanya Chu Pian Ran.
Pemuda tampan itu menggelengkan kepalanya.
"Hatiku akan merasa lebih puas lagi jika kau memberikan jawaban seperti yang kuharapkan." Terang Lee.
"Bagaimana jika aku minta ijin langsung saja pada ayahmu?" Lanjut pemuda itu.
"Aku rasa tidak perlu." Balas gadis itu.
"Menurutku meminta restu pada orang tua itu sangat perlu. Dengan ijin dari orang tuamu, hubungan kita pasti akan lancar-lancar saja." Ucap Lee.
"Memangnya orang tua kita setuju jika kita berpacaran?" Tanya Chu Pian Ran.
"Tentu saja. Orang tuaku sudah lama tahu jika aku menaruh hati padamu. Sedangkan paman dan bibi Chu tentu juga setuju, buktinya mereka tidak keberatan jika aku sering menemuimu." Jelas pemuda itu.
"Kau tahu, aku belum pernah berpacaran sebelumnya. Aku merasa canggung jika didekati oleh lawan jenis." Kata gadis cantik itu jujur.
"Itu tidak menjadi masalah. Kita mengalir saja dengan apa yang ada." Sambung Lee.
Untuk kedua kalinya pemuda itu mengelus pipi kiri Chu Pian Ran.
Gadis manapun jika diperlakukan seperti itu pasti akan luluh hatinya.
"Baiklah, aku menerima perasaanmu. Tapi aku tidak ingin cepat-cepat menikah." Kalimat yang diucapkan gadis itu terasa seperti air sejuk bagi Lee.
Perasaan pemuda itu sangat bahagia.
"Benarkah?" Lee memastikan jawaban Chu Pian Ran.
Gadis cantik itu hanya mengangguk pada pemuda itu.
Karena bahagianya, Lee memeluk Chu Pian Ran dengan erat.
"Sudahlah, jangan peluk aku lama-lama. Takutnya nanti Xi Er tiba-tiba masuk ke sini." Ucap gadis itu sambil melepaskan pelukan pemuda itu.
Sebelum Lee melakukan aksinya lebih jauh lagi seperti beberapa hari yang lalu, Chu Pian Ran segera bangkit berdiri dengan maksud keluar ruangan.
"Sayang, kau mau kemana?" Seru Lee sambil menyusul gadis itu.
****
Kediaman Lee Jiang Xun
Hati Lee Jiang Wook benar-benar bahagia. Setelah sekian tahun berjuang, akhirnya gadis pujaannya mau menjadi kekasihnya juga.
Sikap ceria pemuda tampan yang berbeda dari biasanya itu tidak lepas dari perhatian tuan dan nyonya Lee.
"Kamu kenapa Lee, ayah perhatikan dari tadi kamu kelihatan berbeda dari biasanya." Tanya tuan Lee penasaran.
Ayah dan anak itu saat ini sedang menikmati suasana terangnya malam yang dipenuhi kelap kelip bintang di gazebo taman.
"Berbeda bagaimana ayah?" Balas Lee pura-pura tidak tahu maksud ayahnya.
"Selama ini ayahmu tahu jika kamu terlihat sering gelisah karena memikirkan kesehatan Ran Er... Tapi hari ini, ayah lihat kamu sangat ceria." Ucap pria paruh baya itu.
"Jika Lee boleh bertanya, apakah ayah akan setuju jika kelak aku menikahi Ran Er?" Pemuda itu balik bertanya pada ayahnya.
"Tentu saja ayah setuju. Ayah dan tuan Chu sudah bersahabat untuk waktu yang sangat lama. Jadi kita sudah saling tahu kehidupan masing-masing." Terang tuan Lee.
"Kenapa tiba-tiba kau bertanya seperti itu? Apakah kau berniat menikahi Ran Er dalam waktu dekat ini?" Lanjut pria paruh baya itu pada putranya.
"Masih belum ayah... Untuk saat ini kami sedang menjalin hubungan pacaran dulu. Ran Er belum ingin cepat-cepat menikah." Jawab Lee.
"Kau dan Ran Er pacaran? Sejak kapan?" Tanya tuan Lee heran.
"Baru hari ini ayah... Ran Er sudah menerima perasaan Lee." Jelas pemuda itu dengan semangat.
"O pantas saja... Rupanya kamu terlihat ceria karena hal ini. Syukurlah kalau begitu, ayah ikut senang. Yang penting kamu harus hati-hati dalam menjaga Ran Er." Pesan pria paruh baya itu.
"Tentu ayah. Lee akan menjaga Ran Er dengan segenap jiwa dan raga Lee." Ucap Lee mantap.
"Bagaimana perkembangan penyelidikannya ayah? Kenapa sampai sekarang anak buah ayah belum berhasil menemukan pelakunya?" Kali ini pemuda itu berubah lebih serius.
"Ayahpun juga mempunyai pemikiran yang sama nak. Sepertinya pelaku peracunan itu lebih licin dari yang kita perkirakan. Bahkan biro penyidik istanapun juga belum menemukan titik terangnya." Terang tuan Lee.
"Lalu bagaimana dengan keluarga Xian ayah?" Tanya Lee.
"Sama saja. Anak buah ayah juga belum menemukan bukti jika mereka terlibat dengan kejahatan ini." Sambung pria paruh baya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus semangat
2022-10-15
0