Kediaman Penasehat Kerajaan Qin, Chu Jeong Byun
Seorang gadis yang berbaring di atas ranjang tampak sedang mengerjap-ngerjapkan matanya.
Setelah dia benar-benar tersadar dari 'tidur' nya yang lumayan panjang, tak berapa lama, perempuan itu pun memijit-mijit kepalanya yang terasa sakit dan matanya yang sayu menyapu seluruh ruangan itu.
Gadis yang berwajah pucat itu terlihat sangat bingung dengan keadaan sekitarnya yang terlihat sangat asing baginya. Dekorasi dan barang-barang yang ada di kamar itu mirip sekali dengan film-film kerajaan China kuno yang pernah ia tonton di youtube.
Terakhir kali yang dia ingat, saat itu dia sedang dirawat inap di rumah sakit, tepatnya di ruang ICU.
Waktu itu, dia merasakan tubuhnya sudah sangat melemah dan tidak ada harapan hidup lagi karena tubuhnya sedang digerogoti oleh leukimia stadium 4, penyakit yang diwariskan oleh ibunya.
Sosok yang selalu setia menemaninya saat dia merasa ada di antara hidup dan mati waktu itu hanyalah ayahnya seorang.
Tak berapa lama, terbayanglah perempuan itu akan sosok pria paruh baya yang selama ini telah membesarkannya dengan sekuat jiwa raganya.
"Aakh...," gadis itu terlihat merintih saat mencoba bangkit untuk duduk. Karena kondisi tubuhnya yang tidak memungkinkan, ia pun mengurungkan niatnya dan kembali lagi berbaring.
Aku pikir aku telah mati...
Ada apa ini sebenarnya, dimana aku, kenapa aku berada di tempat yang aneh ini...
Pikiran perempuan bertubuh ringkih itu pun berkecamuk, antara bingung, takut, ditambah lagi merasakan kepala yang sakit dan badan yang benar-benar tidak bertenaga.
"Nona muda, anda sudah sadar??" tanya seorang gadis yang berwajah cukup cantik begitu dia masuk beberapa langkah ke dalam kamar sambil membawa baskom air dan lap.
Melihat putri semata wayang majikannya sudah siuman, dengan segera dia meletakkan baskom dan lap itu di atas meja dekat ranjang.
Visual Xi'er, pelayan setia Chu Pian Ran. Usianya lebih muda beberapa bulan dari nona mudanya. Gadis ini periang, lincah, dan cerewet.
"Nona, bagaimana keadaan anda? Apanya yang sakit? Nona haus atau lapar?" pelayan perempuan itu beberapa kali melontarkan pertanyaan dari mulutnya. Sementara majikannya yang sedang berbaring di ranjang terus memperhatikannya tanpa bisa menjawab apa-apa karena masih diliputi kebingungan.
"Nona, kenapa anda diam saja? Jangan membuat saya takut nona...," terlihat jelas jika gadis pelayan itu benar-benar khawatir.
"Kamu siapa?" akhirnya gadis yang sedang berbaring di atas ranjang itu pun mengeluarkan suara yang lemah karena memang sedang sakit.
"Nona, jangan membuat saya menjadi semakin takut...," mata pelayan perempuan itu pun mulai berkaca-kaca. Rasanya tidak percaya jika nona muda yang dia layani selama 7 tahun ini tiba-tiba tidak mengenalinya sama sekali.
"Aku bertanya padamu, kamu itu siapa?" sekali lagi gadis bertubuh ringkih itu bertanya.
Tanpa memberikan jawaban, gadis pelayan itu pun langsung berlari keluar kamar sambil menangis sesenggukan.
Jiwa Song Hyu Meen yang sekarang merasuk ke dalam raga Chu Pian Ran benar-benar diliputi kebingungan. Dia mencoba menenangkan dirinya dengan beberapa kali mengambil nafas dalam-dalam.
Beberapa menit kemudian, muncullah 3 orang perempuan dengan sedikit berlari masuk ke dalam kamar karena merasa khawatir.
Yang satu adalah gadis yang ada di kamarnya tadi. Seorang perempuan lagi adalah wanita paruh baya yang penampilannya lumayan agung dan cantik. Dilihat dari pakaiannya, kelihatan jika perempuan itu dari kalangan atas. Sedangkan perempuan yang lain, sudah lumayan berumur, kira-kira usianya di atas 50 tahunan.
"Ran'er sayang, kamu kenapa naak??" tanya perempuan berpenampilan agung itu setelah duduk di tepi ranjang. Tangan kanannya menyentuh dahi Song Hyu Meen, untuk memastikan apakah gadis tersebut sedang demam atau tidak.
"Sayang, kamu jawab ibu, kamu kenapa? Tadi Xi'er bercerita sambil menangis jika kamu tidak ingat siapa dia... Kamu sedang tidak bergurau kan nak?" wanita paruh baya itu benar-benar cemas karena gadis yang adalah putrinya tersebut hanya diam saja.
Visual nyonya Chu, istri penasehat kerajaan Chu Jeong Byun. Tipe wanita yang lemah lembut dan penyabar.
Isak tangis terdengar dalam kamar itu. Para pelayan lain, yang ada di luar kamar pun ikut-ikutan cemas karena mereka sempat melihat nyonya besar masuk ke dalam kamar putrinya dengan berlari dan wajah sangat khawatir.
"Aku benar-benar minta maaf... Aku tidak bermaksud membuat kalian khawatir seperti ini. Tapi jujur, sedari tadi aku juga bingung dengan diriku sendiri... Siapa aku dan ini ada dimana...," suara lemah gadis ringkih itu berhasil menambah kencangnya isak tangis 3 perempuan itu, terutama nyonya besar. Hati wanita paruh baya tersebut terasa sakit sekali.
🌹
"Tabib, bagaimana keadaan putriku?" tanya tuan Chu Jeong Byun dengan raut wajah cemas.
"Maafkan saya tuan, selama ini saya sudah berusaha dengan segenap kemampuan saya, tapi sepertinya takdir berkehendak lain... Benturan pada kepala nona muda sepertinya berakibat dia menjadi hilang ingatan... Saya tidak berani memastikan kapan ingatannya akan benar-benar pulih...," jawab tabib Lou dengan hati-hati sambil sedikit membungkukkan tubuhnya dan sikap tangan menghormat.
Tuan Chu Jeong Byun dikenal sebagai penasehat kerajaan yang disegani kaisar dan pejabat istana lainnya. Selain karena kemampuan kerjanya yang cakap, dia juga pejabat kerajaan yang baik, rendah hati, jujur dan suka berderma.
Namun, dibalik kesuksesannya itu, pasangan suami istri tersebut memiliki kesedihannya sendiri. Putri satu-satunya yang mereka sayangi mulai sakit-sakitan saat berumur 17 tahun. Kejadian terakhir yang menimpa putrinya adalah putrinya tergelincir dan kepalanya terantuk sudut ranjangnya sendiri. Mereka sama sekali tidak menyangka akhirnya akan seperti ini.
Sampai sekarang, para tabib belum bisa menemukan penyakit apa yang diderita oleh Nona Chu Pian Ran. Penyakit ini tergolong langka karena belum pernah ada pasien yang menderita penyakit ini sebelumnya.
Nyonya Chu Jeong Byun masih saja terisak di kursi yang ada di kamar putrinya. Dia ditemani dengan Xi'er, pelayan setia putrinya dan Bibi Chen, si kepala pelayan kediaman Chu.
Tuan penasehat kerajaan pun lalu mengantar tabib Lou hingga di depan pintu kediaman sambil membahas kondisi putrinya. Sedangkan Nyonya Chu Jeong Byun, sekarang ini sudah duduk di tepi ranjang putrinya.
"Nyonya, nyonya jangan menangis lagi. Saya tidak apa-apa, saya akan baik-baik saja...," kata Song Hyu Meen mencoba menghibur wanita paruh baya yang duduk di tepi ranjangnya tersebut yang tentu saja membuat Nyonya Chu Jeong Byun, Xi'er dan bibi Chen lumayan kaget.
"Nyonya?? Sayang, kamu memanggil ibu dengan kata nyonya?" wajah wanita paruh baya itu semakin tambah sedih dengan perubahan drastis putrinya.
"Maafkan saya nyonya, eh i ibu... Saya tidak bermaksud membuat anda sedih...," kelihatan sekali jika Chu Pian Ran begitu canggung memanggil 'ibu' pada Nyonya Chu Jeong Byun, hal itu dikarenakan jiwa Song Hyung Meen telah mengendalikan raga Chu Pian Ran. Bagaimana bisa dia langsung memanggil 'ibu' pada wanita yang baru dia kenal.
"Sudahlah, kita tidak perlu mempermasalahkan hal ini lagi... Yang penting, sekarang kamu harus semangat dan yakin bahwa kamu bisa sembuh... Ayah dan ibu akan melakukan apapun agar kamu seperti sediakala kembali sayang...," wanita paruh baya itu berusaha tegar di depan putrinya, sekalipun di dalam hatinya dia menyimpan kesedihan yang dalam.
"Terimakasih banyak ibu... Maaf, jika saya sudah terlalu sering membuat ayah dan ibu khawatir..." ucap gadis ringkih tersebut dengan nada suara yang kaku.
"Sayang, untuk apa kamu minta maaf, itu tidak perlu... Kamu adalah anak satu-satunya ayah dan ibu. Jadi apapun yang terjadi padamu, itu sudah menjadi tanggung jawab kami...," lanjut nyonya Chu Jeong Byun sambil mengelus kepala putri kesayangannya.
Beberapa saat kemudian, seorang pelayan masuk ke dalam kamar dengan membawa nampan yang di atasnya terdapat 2 mangkuk.
"Nyonya, bubur dan obat untuk nona sudah siap...," kata pelayan itu sopan sambil sedikit membungkukkan badannya.
Wanita paruh baya tersebut lalu mengambil mangkuk bubur dan berniat ingin menyuapi putrinya.
"Tidak usah ibu, aku bisa melakukannya sendiri...," Chu Pian Ran merasa tidak enak jika wanita yang ada di depannya itu menyuapinya.
"Sayang, saat ini kamu sedang sakit... Sudah menjadi tugas ibu untuk merawatmu. Ayo, sekarang makanlah...," nyonya Chu Jeong Byun menyodorkan sendok yang berisi bubur di depan bibir putrinya. Mau tidak mau, gadis itu pun akhirnya menurut.
Bubur yang masuk ke dalam mulutnya itu lumayan terasa pahit. Hal itu sudah menjadi sesuatu yang wajar karena saat ini dia dalam keadaan sakit yang bisa dikatakan cukup parah.
Saat wanita paruh baya tersebut sedang menyuapi putrinya, Tuan Chu Jeong Byun masuk kembali ke dalam kamar. Tuan penasehat kerajaan itu pun lalu meminta bibi Chen dan Xi'er untuk keluar kamar.
Pria paruh baya itu kemudian duduk di sebuah kursi yang ada di dekat ranjang putrinya. Raut wajahnya terlihat jelas jika dia sedang khawatir dan sedih.
"Putriku, ayah akan melakukan apapun demi kesembuhanmu... Yang penting, sekarang kamu berusaha untuk bersabar dan bertahan menjalani ini semua...," ujar Tuan Chu Jeong Byun.
"Iya ayah, aku akan terus berjuang... Terimakasih banyak karena ayah dan ibu sudah banyak berkorban untuk kesembuhanku...," sahut Chu Pian Ran.
"Tidak nak, tidak... Kamu tidak perlu berterimakasih. Apapun yang kami lakukan, semua sudah menjadi tugas kami sebagai orang tuamu," lanjut pria paruh baya tersebut.
Setelah gadis itu meminum obat, pasangan suami istri tersebut meninggalkan kamar agar putrinya bisa beristirahat.
🌹
Malam harinya
"Xi'er, ceritakanlah tentang kehidupanmu...," pinta Chu Pian Ran pada pelayannya.
Dengan patuh pelayan itu pun mulai bercerita, sejak awal dia tinggal di keluarga Tuan Chu Jeong Byun hingga sekarang.
"Jadi, kau sudah yatim piatu sejak kecil?" tanya majikannya.
"Benar nona... Jika bukan karena orang tua nona, saya pasti sudah menjadi anak gelandangan, dan saya juga tidak tahu bagaimana jadinya saya... Untuk itu, demi membalas budi kebaikan tuan dan nyonya, saya mengabdikan seluruh hidup saya untuk keluarga ini...," terang Xi'er.
"Sekarang ceritakan tentang Chu Pian Ran, nona mudamu ini... Siapa tahu dengan ceritamu itu aku bisa ingat sedikit tentang jati diriku," sebenarnya ini hanyalah alasan agar Song Hyu Meen mengetahui siapa Chu Pian Ran sebenarnya.
Dengan semangat, gadis pelayan tersebut bercerita banyak tentang nona mudanya. Terlihat jelas jika Xi'er mengagumi majikannya.
"Rupanya nona mudamu ini salah satu gadis primadona di ibukota ya," jiwa Song Hyu Meen yang berada dalam raga Chu Pian Ran ikut kagum dengan pemilik tubuh ini.
"Tentu saja nona... Bukan hanya karena nona putri penasehat kerajaan yang terkenal. Namun juga karena nona itu gadis yang cantik, baik, ramah, dan tidak angkuh seperti kebanyakan putri pejabat kerajaan lainnya...," jelas si pelayan dengan menggebu-gebu.
"Apakah aku punya kekasih?" tanya majikannya lagi.
"Tidak nona, nona belum memiliki kekasih... Itu karena memang nona sendiri yang belum minat... Sayang sekali, padahal para tuan muda yang suka pada nona tampan-tampan dan kaya...," jelas Xi'er.
"Benarkah? Siapa saja mereka?" jiwa Song Hyu Meen sedikit terkejut dengan keterangan pelayannya.
"Tuan muda Xhu Tian Ming putra perdana menteri Xhu. Tuan muda Long Wang Ban putra bangsawan Long. Tuan muda Lee...," pelayan tersebut mulai menyebutkan satu-persatu para pemuda tampan yang menyukai nona mudanya namun tiba-tiba dihentikan.
"Cukup-cukup, tidak usah diteruskan...," Chu Pian Ran memotong perkataan Xi'er sambil memijit kepalanya yang terasa pusing.
"Nona, nona kenapa? Kepala nona sakit lagi? Apa perlu saya panggilkan tuan dan nyonya?" tanya Xi'er gadis pelayan itu cemas.
"Tidak perlu... Aku baik-baik saja," jawab majikannya singkat.
"Benar nona tidak apa-apa?" pelayan itu kembali bertanya untuk memastikan bahwa nonanya sungguh baik-baik saja.
"Aku baik-baik saja Xi'er, sungguh... Sekarang aku ingin istirahat, ini sudah malam. Kau sendiri juga tidurlah, pasti kau sangat lelah," setelah berpamitan pada majikannya, Xi'er pun meninggalkan kamar itu dan menutup pintunya.
Seperginya pelayan tadi, raga Chu Pian Ran belum bisa memejamkan matanya. Pikirannya masih memikirkan kisah hidupnya yang rumit dan tidak masuk akal. Ditambah lagi dengan cerita Xi'er tentang pemilik tubuh ini.
Kehidupan dan sifat Song Hyu Meen sangat berbeda dengan Chu Pian Ran. Jika di kehidupan modern, Song Hyu Meen menikmati sifatnya yang tergolong introvert yang lebih memilih menghabiskan banyak waktunya sendirian di ruangan sepi dengan belajar daripada harus berkumpul dan mengobrol banyak hal dengan teman-temannya.
Sedangkan Chu Pian Ran. Gadis ini tipe periang, lincah, mudah bergaul dan beradaptasi. Tidak heran jika dia disukai banyak pria tampan.
Di kehidupan modern, memang ada beberapa teman sekolah Song Hyu Meen yang menyatakan perasaan suka padanya. Namun, dia tidak menanggapi serius perasaan mereka. Dia lebih memilih menjalin pertemanan daripada pacaran. Saat itu, dia mempunyai pikiran bahwa pacaran hanyalah menjadi beban saja.
Gadis itu pun mulai menguap. Matanya sudah terasa berat. Setiap obat herbal yang dia minum memang diberi campuran yang membuat dia bisa tidur nyenyak.
Saat ini yang bisa dia lakukan hanyalah menjalani kehidupan yang ada di depannya.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
dita18
msh nyimak
2022-11-22
0
adie_izzati
tetap setia
2022-11-08
0
Septi Verawati
masih menyimak 🤔🤔🤔👣👣💪💪
2022-10-31
1