"Ayolah sayang jangan bermuka masam seperti itu... Nanti jika sudah terbiasa kau juga akan menikmati acaranya." Kata nyonya Chu menghibur putrinya yang sebenarnya menolak untuk ikut ke acara perayaan.
Tuan, nyonya dan Chu Pian Ran saat ini sedang berada di kereta kuda. Mereka dalam perjalanan ke istana.
"Hitung-hitung agar kau bisa berbaur dengan teman sebayamu Ran Er... Bukankah sudah setahun lebih kamu tidak bertemu dan berkumpul dengan mereka?" Ucap tuan Chu.
Kereta kuda keluarga Chu sudah sampai di gerbang istana. Mereka bertigapun turun. Secara kebetulan, kereta kuda keluarga Lee juga telah tiba di pintu gerbang. Kedua keluarga itupun akhirnya berbaur dan bersama-sama masuk ke dalam istana.
"Hari ini kau cantik sekali sayang." Goda Lee pada gadis yang berjalan di sampingnya itu.
Penampilan Chu Pian Ran saat menghadiri perayaan pentahbisan selir.
Chu Pian Ran tidak memberikan komentar apa-apa. Wajahnya masih sedikit masam, sama seperti saat berangkat dari kediamannya tadi.
"Ayolah jangan pasang tampang seperti itu. Jika yang mulia kaisar melihat wajahmu yang kecut itu, beliau tentu tidak akan suka." Lanjut Lee.
Chu Pian Ran hanya mendelik sebentar pada Lee. Kemudian dia kembali mengarahkan pandangannya ke depan.
Sekarang mereka masuk ke aula utama istana. Di aula sudah ada beberapa keluarga yang telah duduk di tempat yang disediakan. Masing-masing meja tamu memang telah ditulisi nama para tamu yang diundang.
Chu Pian Ran menggenggam erat tangan ibunya. Setelah tuan Chu menemukan mejanya, dengan segera dia mengarahkan istri dan putrinya untuk mengikutinya.
Kini keluarga Chu telah duduk di tempat yang disediakan.
"Kau tidak perlu tegang sayang... Santai saja..." Bisik nyonya Chu pada putrinya.
Chu Pian Ran hanya mengangguk.
"Kau mau minum?" Sebelum mendapat jawaban, nyonya Chu sudah menuangkan teh di cangkir kosong milik suaminya dan putrinya.
"Ini, ayo minumlah... Biar rileks sedikit." Nyonya Chu menyodorkan cangkir teh pada Chu Pian Ran.
"Trimakasih bu." Jawab Chu Pian Ran pelan sambil menerima cangkir itu dari tangan ibunya dan meminumnya.
Rupanya keluarga Lee mendapat tempat duduk di samping kiri keluarga Chu.
Beberapa kali Lee curi-curi pandang pada Chu Pian Ran.
Pemuda itu tahu betul jika gadis itu sedang tegang.
Satu-persatu tamu undangan berdatangan. Banyak tempat yang awalnya kosong kini sudah terisi.
Ada lumayan banyak pemuda dan gadis yang ikut di acara tersebut.
Beberapa pemuda terlihat sedang mencuri-curi pandang pada Chu Pian Ran. Lee yang menyadari hal itu menjadi tidak suka.
Sementara Chu Pian Ran, yang saat itu lumayan menjadi pusat perhatian malah tidak peduli karena memang hatinya sedang gelisah.
Seorang pria paruh baya masuk ke dalam aula. Mata Chu Pian Ran tidak lepas dari pria paruh baya itu sejak dia masuk aula.
Pria itu adalah Jenderal Long Yuan.
Mata Chu Pian Ran terus menatap pria itu. Sampai sekarang dia masih penasaran, mengapa wajah Jenderal Long Yuan mirip sekali dengan ayahnya.
Tiba-tiba saja jiwa Song Hyu Meen rindu pada ayahnya.
Suara Kasim Liu mengagetkan Chu Pian Ran. Suara itu memberitahukan kedatangan anggota keluarga kerajaan dan akan memasuki aula.
Para anggota keluarga kerajaan memasuki aula dengan gagah dan anggun. Turut serta pula para selir yang sebentar lagi akan ditahbiskan.
Mereka menempati area khusus di aula itu.
Para tamu undangan pun berdiri dan memberikan salam hormat.
Setelah tamu undangan duduk kembali, prosesi pentahbisan pun dimulai.
Acara berlangsung dengan khidmat dan lancar.
Sekarang saatnya memasuki acara perayaan.
Sambil menikmati jamuan yang ada di atas meja, mereka disuguhi oleh penampilan kesenian. Mulai dari tarian, memainkan alat musik, dan juga nyanyian.
Sedari duduk tadi sepasang mata memperhatikan Chu Pian Ran. Sepasang mata itu milik pangeran Qin Wu Zhu.
Pemuda itu tidak menyangka jika Chu Pian Ran akan mengenakan pakaian yang sama dengan yang ada di lukisan.
Qin Wu Zhu benar-benar terpesona pada pandangan pertama.
Dari sekian banyak gadis cantik yang pernah dia lihat, Chu Pian Ran lah yang berhasil menggoyahkan hatinya.
Rupanya sikap Qin Wu Zhu itu juga dilihat oleh Lee.
Lee merasa tidak suka dengan tatapan pangeran itu pada kekasihnya.
Sementara Chu Pian Ran masih sering mengarahkan pandangannya pada Jenderal Long Yuan.
Apa yang dilihat oleh Chu Pian Ran juga tidak lepas dari pandangan Qin Wu Zhu.
Qin Wu Zhu menjadi penasaran, mengada gadis cantik itu malah sering memperhatikan pamannya.
Saat ini, para tamu undangan sedang menyaksikan penampilan sebuah tarian.
Di tengah aula, tepat di bagian atas penari itu, tergantung lampu hias kuno yang lumayan besar.
Tanpa tidak disadari oleh semua orang. Rupanya ada bagian gantungan dari lampu itu yang sudah aus.
Karena tidak kuat menahan beban, akhirnya lampu hias itu pun jatuh.
"Awaaaas!!" Sebuah teriakan keras terdengar dari dalam aula.
Spontan, saat melihat kejadian itu, tanpa berpikir panjang Chu Pian Ran mengulurkan kedua tangannya.
Beberapa penari ada yang berteriak panik. Mereka berlari menjauh dari lampu hias itu.
Semua mata terbelalak demi melihat lampu hias yang melayang diam di udara itu.
Lebih terkejut lagi tuan dan nyonya Chu. Rupanya putri mereka yang telah menghentikan lampu hias itu.
Dengan perasaan campur aduk karena dilihat oleh banyak mata, Chu Pian Ran menurunkan lampu hias itu pelan-pelan hingga menyentuh lantai.
Tanpa mempedulikan etika lagi, gadis itupun berlari meninggalkan ruangan.
"Ran Er!" Panggil nyonya Chu.
Chu Pian Ran terus berlari kencang menuju pintu gerbang istana.
Dia sudah tidak mempedulikan keadaan yang terjadi di aula.
Jantungnya berdegup kencang, dia ketakutan.
Dia berlari melewati jalanan ibukota tanpa mempedulikan banyak pasang mata yang saat itu melihatnya.
Mata gadis itu menoleh ke kanan dan ke kiri. Dia berlari mencari tempat yang sepi.
Beberap menit kemudian dia menemukan sebuah kebun. Dia berlari ke arah kebun itu dan meringkuk di bawah pohon yang lumayan besar.
Acara perayaan dia aula istana berubah kacau.
Beberapa dari mereka memperbincangkan kejadian yang baru mereka lihat dengan rasa tidak percaya.
Tuan Chu, nyonya Chu, anggota keluarga Lee dan beberapa orang lain termasuk Qin Wu Zhu sudah berada di luar aula.
Dengan bantuan beberapa prajurit akhirnya mereka menyebar untuk mencari keberadaan nona Chu.
Seorang gadis sedang berjongkok, meringkuk di bawah pohon besar. Wajahnya tertunduk menempel pada kedua tangan yang terlipat.
Dia tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya. Rahasia yang selama ini dia jaga akhirnya diketahui oleh banyak orang. Sebentar lagi pasti berita itu akan menyebar luas.
"Nona, apa kau baik-baik saja?" Sebuah suara lembut mengejutkan Chu Pian Ran. Suara itu belum pernah dia dengar sebelumnya.
Chu Pian Ran takut untuk mengangkat kepalanya.
"Nona, anda tidak perlu takut... Saat ini keluarga nona sedang cemas mencari nona. Sebaiknya nona saya antar pulang..." Lanjut suara itu.
Chu Pian Ran masih tidak bergeming.
Terdengar suara langkah menjauh. Beberapa saat kemudian Chu Pian Ran mendengar suara bercakap-cakap.
"Ran Er..." Panggil sebuah suara. Tak Lain itu suara ayahnya.
Tuan Chu datang bersamaan dengan tuan Lee dan putranya.
"Sayang, kau tidak apa-apa..." Tuan Chu membantu putrinya bangkit.
Chu Pian Ran masih menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Sudah, kamu tidak perlu takut... Sekarang ayo kita pulang. Kereta kudanya sudah ada di dekat sini." Tuan Chu merangkul putrinya dan membawanya menuju kereta kuda.
Dengan segera kereta kuda itu membawa tuan Chu dan putrinya kembali ke kediaman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sejahtera
2022-10-15
0