Rasa empati yang tinggi

"Suara apa? Kau mendengar apa Zerrin?" tanya Alaric penasaran, ia sama sekali tidak bisa mendengar apa pun.

"Aku merasa dan mendengar, banyak teriakan di depan! Apakah ada pertempuran lagi dengan pasukan Gorian? Tapi …," ucap Zerrin, ia semakin mempertajam indera pendengarannya.

"Tapi, apa?" ujar Alaric tidak sabar, ia ingin mengetahui ada apa di depan dan tak ingin terus bertanya-tanya.

"Um, sepertinya pasukan ksatria sihir Gorian sedang mencari mangsa," ujar Zerrin, ia semakin diam mendengar banyakan teriakan ketakutan juga kesakitan yang mengerikan.

"Ayo, cepat! Aku tidak ingin jika mereka akan menghancurkan desa lagi seperti yang sudah-sudah," ujar Alaric, tanpa aba-aba ia langsung melesat menembus malam meninggalkan semua orang.

Alaric langsung melesat memacu Storm, di depannya Zerrin terbang secepatnya berusaha untuk menjadi pemandu bagi Alaric. Keduanya meninggalkan Tara dan Altaf yang masih terbengong dengan kelakukan Alaric dan Zerrin yang sembrono dan sesuka hati.

"Ya, ampun, tuh anak! Nyebelin! Apakah dia tidak tahu, jika dirinya itu tidak bisa menggunakan kekuatan miliknya?" umpat Tara mengomel, ia pun memacu kudanya bersama Altaf di belakangnya.

"Entahlah, Alaric terlalu nekat begitu juga Zerrin. Mereka tidak bisa mengukur dulu kekuatan lawan," balas Altaf.

Altaf dan Tara memandang Zerrin yang sudah melesat dengan cepat bersama dengan Alaric tanpa mempedulikan keselamatan mereka sendiri.

"Dasar, keduanya sama-sama bodoh! Bisa-bisanya mereka berlari sekencang itu ke arah musuh?" batin Tara geram, ia tak habis pikir dengan keduanya.

Namun, hatinya sedikit bahagia. Ia merasa Alaric dan Zerrin memiliki kesamaan yaitu : sebagai penunggang dan naganya yang memiliki empati untuk kebaikan orang lain tanpa mempedulikan dirinya sendiri.

Sementara Alaric dan Zerrin sudah tiba lebih dulu, mereka melihat jika ksatria sihir sedang berpesta pora menghisap darah dan kekuatan manusia dari mulut yang mengeluarkan asap putih dari manusia yang langsung mereka  hisap.

"Zerrin! Ayo, aku 'kan naik ke punggungmu!" teriak Alaric.

Zerrin langsung terbang mendekat ke arah Alaric yang langsung melompat di punggung Zerrin dan melesat dengan pedang merah delimanya di tangan untuk menebas musuh. Storm berusaha untuk memukul kuda ksatria sihir dengan kaki depannya.

Zerrin terbang sangat cepat langsung memasuki arena pembantaian yang dilakukan oleh ksatria sihir yang berkeropeng dan hanya tinggal rangka dengan jubah hitam yang melayang dari tanah sepeti hantu.

Alaric melesat dari punggung Zerrin  turun untuk menebaskan pedang ke arah ksatria sihir yang masih mencengram leher seorang anak. 

Trang! Trang! 

Dentingan pedang bergema dengan cahaya api, mewarnai malam.

"Ssstt, hass …," desis ksatria sihir menggumamkan sesuatu yang tidak diketahui apa artinya.

"Enyah, kalian bangsat!" teriakan Alaric, ia langsung menebas musuh hingga tebasan pedang Alaric membuat hancur tubuh ksatria sihir menjadi serpihan api.

Zerrin menggunakan api dan cakar untuk mencengkram tubuh ksatria sihir dan membakarnya. Zerrin terkesima ia merasa ia begitu kuat dibandingkan dengan pertempuran terakhir mereka.

"Apakah semua ini karena kekuatan Alaric? Hingga aku memiliki kekuatan yang berbeda?" batin Zerrin bertanya.

"Jangan coba-coba menyentuh Alaric!" teriak Zerrin, ia langsung menyemburkan apinya pada tiga orang ksatria sihir yang terbang cepat ke arah Alaric yang masih sibuk menyelamatkan para manusia di dalam cengkraman tangan yang tinggal tulang.

Dentingan pedang bergema, Alaric terus menggunakan kekuatan yang tanpa sadar kekuatan Alaric kembali menyelimuti jiwa dan tubuh hingga pendar merah dan putih semakin tebal menyelimutinya. 

"Bagaimana jika Alaric tidak bisa mengendalikan kekuatannya? Dia bisa jatuh pingsan? Aku harus mendekatinya!" batin Zerrin sedikit khawatir, ia mendekati Alaric untuk melindungi siapa pun yang ingin mendekatinya.

Alaric tidak peduli, ia marah melihat banyaknya korban manusia yang jatuh belum lagi yang sudah mulai lemas di dalam cengkraman ksatria Gorian. Semua orang menjerit-jerit ketakutan membuat ksatria sihir semakin bersemangat untuk menghisap semua kekuatan tersebut.

"Aaa!" teriak Alaric kesakitan, ketika kekuatan miliknya mengambil alih tubuh, meskipun pendar perak pun masih melingkupinya semakin tebal.

Suara kidung Tara terngiang di telinga Alaric membuatnya sedikit damai dan ia ingin tertidur, ia jatuh terkulai ke tanah. Menatap sinar purnama yang masih menerangi cakrawala.

[Lagaich agus dùisg ( Melemah dan sadarlah) ]

Suara Tara bergema di kepalanya, Alaric melihat siluet wajah Tara mengenakan gaun berwarna maroon yang indah dengan lengan panjang dan menutup seluruh tubuh dengan melekat indah, rambut perak Tara terurai dengan kepangan di kanan kiri dan sebuah permata di kening. 

"Tara …," lirih Alaric, ia melihat Tara di dalam benaknya memeluknya dengan erat dan menyanyikan sebuah kidung yang indah. 

Alaric tersadar sebagian jiwa memanggil untuk kembali mengalahkan kekuatan di tubuhnua sendiri.

"Tara!" lirihnya, ia melihat Tara Dale dan Altaf sedang bertempur di depannya dengan kekuatan yang luar biasa.

"Zerrin …," bisik Alaric, ia melihat Zerin menyemburkan api ke sana ke mari dan mengepakkan sayap untuk melindungi dirinya. 

Di bawah kepakan sayap Zerrin yang berkilau tertimpa sinar rembulan. Alaric merasakan jika ia mulai bisa bergerak. Ia mulai bangkit dan bergerak dengan cepat meraih pedangnya dan melesat mencoba untuk membantu Altaf yang kewalahan akibat dikeroyok oleh musuh.

Trang! Trang! 

"Maaf, aku terlambat!" ucap Alaric, ia  langsung menangkis pedang ksatria sihir yang berkeropeng yang hampir saja menebas leher Altaf.

"Alaric! Syukurlah! Aku mengira kau sulit untuk bangun," bisik Altaf.

"Ya, kamu benar. Aku mengira juga demikian tapi, aku lapar …," bisik Alaric, ia mendengar suara cacing di perutnya sudah mulai berdemonstrasi ingin makan dan makan lagi.

"Sial! Aku lapar sekali!" ucap Alaric, ia merasa tubuhnya lunglai tak berdaya.

Bruk! 

Tubuh Alaric jatuh dan tertidur, "Ya, ampun! Alaric! Alaric! Bangun!" teriak Altaf.

Trang!

Altaf langsung menangkis pedang ksatria sihir yang ingin membunuh Alaric, ia terus bertempur hingga lupa jika seorang ksatria sihir mendekati Alaric.

Segerombolan ksatria sihir mengambang di atas tubuh Alaric dengan desis mirip ular yang ingin menjirkan lidah bercabang untuk menghisap semua kekuatan Alaric.

Duar!

Ksatria sihir tak menyangka jika kekuatan Alaric yang dihisapnya malah membunuh diri mereka sendiri. Altaf, Tara, dan Zerrin terkesima. Mereka tak menyangka jika kekuatan Alaric begitu luar biasa hingga tak seorang pun dari ksatria sihir bisa mengambil kekuatan tersebut.

Tara melesat mengangkat tangan hingga tubuh Alaric yang tertidur nyenyak diletakan ke punggung Zerrin dengan kekuatan sihir. 

"Zerrin, jaga Alaric. Aku akan berusaha untuk menyadarkan para manusia ini," ujar Tara, ia langsung melantunkan sebuah kidung yang luar biasa yang membuat para manusia kembali tersedar sedangkan yang telah tewas langsung menjadi serpihan lenyap.

"Ayo, tinggalkan tempat ini, Altaf!" teriak Tara, ia melesat ke punggung Sorrow melesat memebelah malam begitu juga Altaf di belakangnya bersama Storm dan Clag.

"Ayo, Zerrin!" teriak Tara, ia memanggil Zerrin yang masih mengepak di angkasa membawa Alaric.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!