"Karena orang yang masih hidup lebih membutuhkan daripada orang yang sudah mati! Lagian, para prajurit pun mengambil semua ini dengan cara memaksa penduduk Gorian," ujar Altaf, ia terus mengambil semua koin dan pedang juga kuda.
Ketiganya melanjutkan perjalanan, Tara hanya diam saja di atas punggung kuda. Altaf melirik ke arah keduanya, ia merasa tidak mengenali mereka berdua.
"Hm, kalau boleh tahu, kalian dari mana?" tanya Altaf penasaran, ia sangat ingin tahu dari mana asal mereka berdua.
"Aku Alaric West dari Desa West dan dia Tara Hall, um …," balas Alaric, ia tidak tahu Tara berasal dari mana.
"Tara, kalau boleh tahu kamu berasal dari mana?" tanya Alaric penasaran.
"Aku dari rahim ibuku!" balas Tara dingin.
"Semua orang tahu soal itu! Maksudnya asal daerahmu!" ujar Alaric, ia masih bersikap lembut.
"Dari Sgàil Shìthiche (Bayangan Peri)," balas Tara Hall, ia masih memandang lurus ke depan di atas punggung kudanya Sorrow.
"Apa itu Sgàil Shìthiche (Bayangan Peri)?" tanya Alaric dan Altaf bingung, mereka tidak bisa membayangkan di mana asal muasal kota itu.
"Kalian tidak akan tahu, sudahlah! Mari kita lanjutkan perjalanan." Tara langsung memacu kudanya secepat kilat meninggalkan dua manusia di belakangnya.
"Sgàil Shìthiche (Bayangan Peri)? Aku baru mendengarnya?" ujar Altaf, ia yang sudah menjelajahi seluruh Gorian sebagai pencuri tidak pernah menemukan kota Sgàil Shìthiche.
"Apalagi aku! Ayo, nanti kita tertinggal!" ajak Alaric yang terus memacu kudanya, Storm begitu juga dengan Altaf.
Zerrin menyembulkan kepala dari selipan baju Alaric, ia sudah bosan berada di sana. Ia sedikit menyeringai bahagia menikmati semilir angin.
"Alaric apa yang di dalam bajumu?" teriak Altaf, ia memacu kuda mendekati Alaric dan melihat seekor naga kecil yang menyeringai padanya.
"I-itu naga? Dari mana kau dapatkan Alaric?" tanya Altaf bingung.
"Dia nagaku, warisan dari ayahku!" ujar Alaric.
"Warisan dari ayahmu? Apakah ayahmu seorang penunggang naga?" tanya Altaf penasaran.
"Aku tidak tahu, ayahku hanyalah seorang pandai besi. Kami berasal dari bukit Jarome di desa West, di belakang gunung Stamp," balas Alaric.
"Siapa nama ayahmu?" tanya Altaf penasaran, ia mengetahui siapa saja penunggang naga di Gorian.
"Haiden West!" balas Alaric, "apa mungkin ayahku seorang penunggang naga? Itu tidak mungkin … tapi mengapa ayah memiliki telur Zerrin?" batin Alaric bingung.
"Haiden West? Sepertinya tidak ada nama penunggang bernama itu, kecuali Filain West," batin Altaf, "aku akan mencuri naga itu! Lumayan, harga jualnya bisa memberi makan penduduk Cornhill," benak Altaf, ia masih menatap ke arah Zerrin yang menyeringai tak menyukai cara pikir Altaf.
"Sebaiknya kita berhenti di perkotaan depan! Zerrin, kembali sembunyikan dirimu!" ujar Tara.
Zerrin sedikit menggerutu kembali masuk ke dalam selipan baju Alaric, "Sabarlah Zerrin, nanti di hutan kamu akan bebas berkuda di punggungku." Alaric berjanji pada Zerrin, ia merasa kasihan padanya.
"Benarkah? Aku berharap di kota, kalian tidak terlalu lama. Kau tahu, bajumu bau sekali Alaric? Kapan kau terakhir mandi dan mencuci bajumu!" omel Zerrin, ia ingin muntah.
"Kau sok bersih Zerrin! Padahal kau sendiri pun tidak pernah mandi!" umpat Alaric kesal, mereka bicara melalui telepati.
"Alaric, berhati-hatilah pada pemuda itu! Dia ingin mencuriku dan menjual kepada orang di kota," ujar Zerrin.
"Benarkah? Hm, apakah kamu bisa mempertahankan dirimu?" tanya Alaric penasaran.
"Tentu saja! Bolehkan aku memakai apiku jika dia ingin mencuri diriku?" ujar Zerrin, ia sudah berjanji pada Alaric hanya menggunakan apinya jika kebutuhan mendesak.
"Tentu saja! Mengapa tidak!" balas Alaric.
Mereka memasuki sebuah kota yang sangat padat dan ramai, Alaric tidak mengerti bagaimana bisa Altaf begitu mudah mencuri sesuatu hanya dengan menggunakan cambuknya mengambil apel, anggur, pisang, pakaian dengan begitu mudah tanpa terlihat oleh pedagang dan orang-orang.
"Diamlah Alaric, jika mereka melihat apa yang aku lakukan maka kau dan kita semua akan dihukum, mungkin saja perkelahian akan terjadi lagi. Memang kamu mau?" ucap Altaf memberikan gambaran yang mengerikan.
Alaric tercekat ia menaikan kerudung jubah untuk menutup kepalanya ia merasa aman karena pedang merah delimanya sudah berada di punggung dan ditutupi oleh jubah usang ayahnya.
Tara pun melakukan hal yang sama menaikan kerudung jubah peraknya menutupi rambutnya yang senada dengan jubah miliknya.
Sementara Altaf masih terus memenuhi pelana kuda dengan hak-hal yang tidak masuk akal, ia menjual semua kuda kecuali yang ditungganginya.
Ia berlari girang dengan membawa sekantung uang dan diselipkan di balik baju. Mereka melihat jika prajutir Gorian sedang hilir mudik memeriksa dan bertanya sesuatu. Mereka melihat lukisan wajah Alaric di sana-sini di dinding dan tembok kota, membuat Tara secepatnya menggumamkan sesuatu dan memacu kencang kudanya. Sehingga Alaric dan Altaf pun mengikutinya.
Mereka meninggalkan kota tanpa berhasil membeli apa pun memasuki sebuah hutan kecil jauh dari kota. Ketiganya kembali duduk di bawah pohon, "Zerrin jangan jauh-jauh jika engkau ingin berburu," ujar Alaric, ia merasa lapar.
"Nah, makanlah!" ucap Altaf memberikan dua buah roti kepada Alaric dan Tara.
"Aku tidak mau! Itu hasil mencuri," ujar Tara.
"Aku juga tidak mau!" ucap Alaric, "aku akan berburu dengan Zerrin!" ujarnya berlari ke arah jerrin.
Alaric melihat seekor rusa dan langsung memanahnya, kemudian, ia membagi dua dengan Zerrin. Mereka membawa bagian masing-masing ke arah Tara dan Altaf yang memakan rotinya tanpa peduli.
"Zerrin!" terik Alaric.
Zerrin langsung menyemburkan api hingga daging rusa terbakar matang, "Selamat makan!" ucap Alaric, ia memberi sepotong pada Tara dan Altaf.
Sementara Zerrin memakan bagiannya dengan lahap dan membersihkan gigi dan sisa darah dengan lidah panjangnya.
Hujan turun dengan deras sehingga keempatnya berlari berlindung di gua kecil, Tara dan Alaric sudah tertidur.
Zerrin masih bermain-main dengan hujan hingga Alataf berniat ingin menangkapnya hingga, bruk! Tubuh Altaf langsung tersungkur di becek dan lumpur karena Zerrin mengelak dengan baik.
"Hahaha, dasar Kau! Kau pikir aku binatang bodoh begitu? Dasar tidak tahu balas Budi! Bisa-bisanya kau ingin menangkap diriku? Sungguh terlalu!" umpat Zerrin murka, ia langsung menyemburkan apinya membuat Altaf kocar-kacir berlari ke sana kemari.
"Ampun, Zerrin! Aku tidak akan menangkap dan menjualmu lagi!" teriak Altaf, ia jatuh tersungkur dengan bokong penuh dengan api.
"Hah! Aku tidak yakin kau bisa dipercaya Altaf!" sungut Zerrin.
"Percayalah! Aku tidak akan melakukannya lagi," ucap Altaf, "aku bersumpah demi Zeus! Aku tidak akan menangkap dan menjualmu!" lirih Altaf.
"Baiklah, jika demikian! Jangan coba-coba berbohong kepadaku! Aku akan memanggangmu!" ancam Zerrin, ia menghembuskan udara dari moncongnya menghalau kobaran api di bokong Altaf.
"Terima kasih, Zerrin!" ujar Altaf, ia terduduk.
Zerrin perlahan duduk di sisi Altaf, mereka berdua bermandikan hujan yang sedang turun dengan deras. Keduanya tidak menyadari jika Tara dan Alaric sedang mengintai mereka.
"Ah, syukurlah! Aku kira Altaf benar-benar akan mencuri Zerrin," lirih Alaric ia langsung menyarungkan pedangnya.
"Aw!" Alaric terpekik saat berbalik, ia tak menyangka Tara tepat di belakangnya hingga mereka berdua jatuh tersungkur ke lantai gua di mana Tara berada di bawah tubuh Alaric.
"Enyah kau dari atas tubuhku!" teriak Tara garang.
"A-apa?!" balas Alaric bingung ia menyadari jika kedua tangannya telah menempel di baju zirah tepat di bukit kembar milik Tara.
"Oh, ma-maaf!" umpat Alaric melompat dari tubuh Tara dan langsung menarik tangannya hingga ia terbentur tembok gua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Kastini
hahaha makasih ya thor update nya 🙏🙏💪💪💪💪💪👍👍👍👍🤗
2022-09-20
3