Penunggang Naga Terakhir

Penunggang Naga Terakhir

Alaric dan bukit Jarome

"Keabadian akan selamanya menjadi milikmu, Calder! Tetapi, seorang anak berdarah campuran manusia dan elf akan membunuhmu!" suara berat dan serak bergema dari sebuah asap hitam yang berbentuk bayangan wajah iblis kegelapan.

"Tidak!" teriak seorang pria berambut hitam panjang berkulit putih, ia terjaga dari tidurnya. Di sebuah ruangan istana ditemani cahaya temaram lilin.

"Aku harus mencari dan membunuh anak itu!" teriakannya bergema di tengah malam mengerikan membuat burung-burung dan kelelawar berterbangan menjauh dari istana hitam Gorian.

***

Pada tahun 220 SM, sebuah empire Gorian yang kejam yang penuh dengan tirani dengan kekuatan sihir kegelapan menguasai semua daerah, di sepanjang daerah kekuasaan Gorian terdapat sebuah gunung yang dipenuhi hutan belantara dan selalu berkabut menyembunyikan banyak kisah mistis, yang disebut gunung Stamp

Di Gunung Stamp terdapat bukit kecil yang bernama Jarome dan sebuah desa yang bernama desa West, dimana para penduduk memiliki pekerjaan bertani, beternak, dan memiliki seorang pandai besi yang bernama Haiden West yang terkenal di seluruh Gorian.

"Alaric! Bantu Ayah untuk menyelesaikan semua pesanan senjata," ujar Haiden kala melihat putranya ingin ke luar rumah membawa busur dan anak panah di kantung kulit beruang yang disamak dengan luar biasa licin.

"Maaf, Ayah. Aku sudah berjanji dengan semua sahabatku untuk berburu!" jawab Alaric berlari ke luar rumah.

Alaric seorang anak lelaki jangkung berkulit seputih madu, berumur 17 tahun Juni lalu, memiliki bola mata hijau, bersifat manja, dan hanya bermain-main saja, berambut hitam, memiliki daun kuping sedikit lancip yang berbeda dari kebanyakan manusia pada umumnya. Namun, tak seorang pun yang berani mengejeknya karena Haiden akan murka.

"Dasar anak nakal! Kau hanya bermain-main saja!" umpat Haiden, tetapi ia tahu jika Alaric tak lagi mendengarkan semua ucapannya.

Haiden hanya melihat putranya berlari menjauh dan menuruni undakan petak tanaman buah bit dan sayuran lain.

"Alaric! Alaric!" teriakan anak-anak seusia Alaric berkejaran dengan berlari menuju ke lereng dan bukit di balik gunung Stamp untuk berburu

Satu yang disukai Alaric hanyalah memanah hewan buruan sehingga setiap kali ia pulang akan membawa buruannya untuk dimasak atau dijual. Alaric pulang bersama semua sahabatnya kala malam dan makan bersama dengan Haiden, mereka hanya hidup berdua sejak kematian Daisy ibunya yaitu istri Haiden.

"Alaric, aku harap kau jangan terlalu jauh bermain hingga meninggalkan bukit Jarome, apalagi kau sampai memasuki  hutan belantara dari gunung Stamp yang mengerikan!" pesan Haiden.

"Memang ada apa Ayah?" tanya Alaric memakan seiris roti keras dan rusa panggang.

"Desas-desus mengatakan, 'Jika Raja Calder sedang mencari anak-anak laki-laki dari seluruh Gorian. Aku tidak tahu mengapa demikian, berjanjilah Alaric untuk mematuhi aku kali ini," ujar Haiden.

"Baiklah Ayah!" balas Alaric, "apa hubungannya denganku?" batin Alaric.

Akan tetapi ia tak ingin membuat ayahnya gelisah, sehingga Alaric mengiyakan segala ucapan ayahnya tanpa ingin menyakiti hati Haiden. Alaric sama sekali tak berkeinginan untuk menjadi pandai besi walaupun berulang kali Haiden mengajarinya menyepuh dan memukul sebilah besi yang membara untuk dijadikan senjata.

"Ayah, apalah artinya semua ini? Jika kita menciptakan banyak senjata itu artinya kita akan membuat semakin banyak nyawa melayang …," lirih Alaric, ia sama sekali tak mengerti dan tak ingin itu terjadi.

"Senjata digunakan untuk membela dan mempertahankan diri juga untuk membunuh bagi mereka yang salah menggunakannya, Nak!" ucap Haiden.

Alaric hanya diam, ia tak mengetahui banyak hal, ia hanya bisa menulis dan membaca seadanya yang diajarkan oleh Daisy dan Haiden.

Seminggu kemudian ….

"Jangan terlalu jauh, Alaric. Cepatlah pulang!" ujar Haiden, ia mulai was-was dan waspada karena terlalu banyak anak lelaki sudah ditangkap oleh Celdar Hall.

"Baik Ayah!" bakas Alaric, ia berlari ke arah bukit di balik gunung Stamp.

Alaric melanggar aturan ayahnya memasuki hutan belantara Gunung Stamp yang menakutkan dengan berbagai rumor mengerikan. Sepanjang hari hingga malam tiba, Alaric tak mendapatkan seekor buruan. 

"Aduh, padahal aku melihat banyak binatang buruan. Tapi, tak satu pun panahku membunuh mereka," keluh Alaric, ia memutuskan untuk pulang.

Alaric melihat dari kejauhan jika Desa West sudah dipenuhi dengan kobaran api, "Ada apa dengan desa? Ayah!" teriak Alaric langsung berlari sekencangnya menuju ke desanya yang damai dan tenang.

Alaric melihat di angkasa beberapa naga langsung menyuburkan api dari moncongnya ke arah setiap rumah di  Desa West, "Apakah itu naga? Apakah benar kata orang-orang, 'Jika Calder sedang memburu anak lelaki?" tanya batin Alaric mulai kacau.

Ia terus berlari menuruni bukit dan undakan tanah mencari ayahnya. Ia melihat jika di punggung naga ada orang yang mengendalikan naga dan menggunakan pedang yang menyerang ke arah desanya.

Alaric berlari dengan bersembunyi dari pohon dan rumah yang belum terbakar menuju ke rumahnya, di sepanjang ia berlari melihat semua mayat sudah terluka dan tewas dengan tubuh terbakar mengenaskan.

"Ayah!" teriak Alaric, ia melihat jika rumahnya sudah terbakar dan menemukan ayahnya yang terluka parah mencoba untuk menyelamatkan pedang dan sesuatu di dalam gendongannya.

"Alaric! Ayo, pergi Nak. Jangan kembali kemari. Bawa ini!" teriak Haiden memberikan pedang berkepala naga dan bermata delima juga sesuatu di dalam bungkusan kain.

Alaric langsung menggendong bungkusan tersebut dengan sebuah kain, menyelipkan pedang di punggung bersama sekotak anak panah juga busurnya memakai jubah ayahnya. 

"Ayo, Alaric! Cepatlah kabur!"teriak Haiden, ia menuntun Alaric ke kuda hitam milik mereka.

"Ayah, kau terluka!" teriak Alaric cemas, ia takut jika Haiden akan meninggalkannya juga seperti Daisy.

"Storm, bawalah Alaric!" ucap Haiden pada kuda yang bernama Storm yang meringkik mengerti.

"Ayah! Ayo, kita pergi!" ajak Alaric, ia mendengar teriakan kesakitan dari penduduk dan gelak tawa para penunggang naga yang melancarkan serangan dari atas punggung naganya.

"Pergilah!" teriak Haiden, "ingat pesanku Alaric!" teriak Haiden memukul bokong kuda sehingga melesat secepatnya meninggalkan desa West.

"Ayah!" teriak Alaric.

Kala melihat sebuah sinar api membakar dan menyerang Haiden, membuat tubuh ayahnya tewas terbakar luruh ke tanah. Alaric ingin berbalik arah menolong ayahnya.

"Storm! Kembali!" teriak Alaric, ia mencoba untuk menarik kekang kuda tetapi, Storm berlari sekencangnya dan tak ingin mematuhi perintah Alaric kali ini.

"Lihat! Ada yang kabur! Tangkap dia Rock!" teriak seseorang dari punggung naga biru.

Pria yang bernama Rock langsung melesat memerintahkan naganya untuk mengejar Alaric yang melesat meninggalkan bukit Jarome.

"Kau tidak akan bisa kabur! Menyerahlah!" teriakan Rock membahana dan ia melontarkan api dari pedang. 

Storm berlari sekencangnya menghindari serangan bola dan semburan api naga, meliuk ke sana kemari kala serangan api membakar sisi dan depan juga belakang tubuh mereka. Alaric memeluk erat leher Storm yang berlari terlalu kencang. 

"Ayo, Storm! Berlari lebih kencang!" teriak Alaric dengan jubahnya menutupi pedang dan bungkusan seperti bola di dadanya. 

Air mata merembes di pipi mengingat kematian Sang Ayah yang mengenaskan. Alaric tak lagi mempedulikan harga dirinya sebagai lelaki yang tak boleh menangis.

Terpopuler

Comments

Anita Jenius

Anita Jenius

Salam dari karya terbaru ku.
mampir ya kak.
thanks

2024-04-02

0

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

aku mampir kak, mampir juga di karyaku yak

2022-11-23

0

Novriyanto Diaz Angga

Novriyanto Diaz Angga

mantap ceritanya thor lanjut...

2022-10-15

4

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!