Menuju kampung halaman Altaf

"Aw!" pekik Alaric terperanjat ia tak menyangka jika kepalanya terbentur dinding gua, hingga ia pun terhuyung.

"Apakah kau baik-baik, saja?" tanya Tara, ia melihat jika orang yang selama ini diawasinya harus terhuyung jatuh.

"Dasar buaya darat! Rasain!" umpat Tara, ia merasa sedikit kesal dengan cara Alaric menyentuhnya.

"Dasar sialan!" umpat Tara, ia merasa tak begitu senang dengan cara Alaric yang kurang ajar padanya, selama 150 tahun ia hidup ia sama sekali tidak pernah disentuh oleh pria mana pun.

"Dasar anak manusia! Hah! Jika bukan ratu Zumaris yang memintaku untuk merawatnya aku tak akan pernah mau merawatnya. Bikin kesal saja!" batin Tara, ia meninggalkan Alaric yang terhuyung ke luar ruangan gua.

Kini, Alaric bersama dengan Zerrin dan Altaf yang masih bermandikan hujan di luar gua ketiganya diam terbengong. Alaric masih memikirkan keteledorannya menyentuh bagian dada Tara, ia merasa malu dan tidak pantas dilakukan oleh seorang pria terhadap wanita yang bukan istrinya.

"Jika ayah masih hidup! Aku pasti sudah dinikahkan," keluh batin Alaric, ia mengingat kematian ayahnya dan kebahagiaan mereka di bukit Jarome.

Pada masa itu semua orang sangat kolot dan memiliki tradisi yang sangat luar biasa aneh, setiap pria dan wanita hanya boleh saling berdekatan jika sudah bertunangan. Kebanyakan dari mereka menikah karena perjodohan.

Jika tidak pria dan wanita hanya saling melihat dari kejauhan dan malu-malu, para wanita bergosip di belakang para pria sambil tertawa bahagia.

"Ayah, maaf jika aku belum bisa membunuh musuhmu! Tapi, percayalah aku pasti akan menghancurkan musuh yang telah membunuhmu!

"Prajurit Gorian! Kalian harus tewas. Tapi, mengapa Gorian memiliki penunggang naga? Lalu, dari mana Zerrin berasal? Siapa sebenarnya ayah? Lalu, siapa Celdar Hall?" batin Alaric.

Alaric sama sekali buta dengan banyak hal, Haiden tidak pernah membiarkannya berkeliaran, jika Haiden membawanya ke kota di pusat Gorian, ia selalu memakai jubah dan menutupi semua kepalanya.

Haiden tidak menginginkan orang lain tahu mengenai kupingnya selain penduduk West. Terkadang Alaric bertanya, "Mengapa aku memiliki kuping seperti itu? Aku berbeda!"

Namun, Haiden marah jika Alaric terlalu banyak bertanya dan ingin tahu masalah itu. Kini Alaric menyadari ada yang sedang dirahasiakan oleh Haiden.

"Tapi apa yang sedang dirahasiakan oleh Ayah? Lalu mengapa kupingku mirip Tara?" batin Alaric bingung.

"Ada apa denganmu Alaric? Apa yang terjadi?" tanya Altaf memandang ke arah Alaric yang masih memijat keningnya. 

Zerrin menatap ke arah Alaric, Zerrin yang masih terlalu muda tidak memahami apa yang sedang dipikirkan dan diucapkan pikiran Alaric, Zerrin hanya menatapnya diam.

"A-aku hanya terbentur tembok! Aduh, mana hujan lagi," keluh Alaric, ia pun harus basah-basahan bersama dengan kedua sahabatnya menatap hujan dan deru angin.

Petir menyambar Sebayang pohon membuat ketiganya berlari terbirit-birit ke dalam gua. Pohon tersebut terbakar, Zerrin menatap penuh minat. Di dalam gua, Tara diam tanpa bicara tumpukan kayu bakar kering sudah berada di sana.

"Zerrin, tolong gunakan apimu," pinta Tara dengan sopan.

Zerrin langsung berbinar bahagia, ia merasa begitu bangga jika diperbolehkan menggunakan apinya. Zerrin langsung menyemburkan api hingga gua menjadi terang benderang. 

Zerrin dan Alaric meringkuk di dekat api. Zerrin tak membutuhkan semua itu, tubuhnya didesain dengan kekebalan yang luar biasa yang bisa beradaptasi dengan semua jenis cuaca berbeda dengan Altaf dan Alaric. Tara hanya diam duduk sedikit menjauh dari kedua pria tersebut.

"Altaf, kau mau ke mana setelah ini?" tanya Alaric, ia menatap ke arah Altaf yang hanya diam.

"Aku tidak tahu, bagaimana dengan kalian?" tanya Altaf penasaran.

"Aku akan pergi ke bagian Barat dari gunung Stamp, entahlah ayahku menyuruhku untuk terus ke barat. Aku tidak tahu mengapa?" jawab Alaric.

"Aku akan ikut kalian berpetualang, ke mana saja! Tapi, aku akan pulang dulu ke Cornhill," ujarnya, ia mengingat banyak beban di pelana kudanya, Altaf takut jika semua itu akan membusuk.

"Cornhill?!" tanya Alaric, "di mana itu?" lanjut Alaric penuh minat.

Tara hanya diam Zerrin masih meringkuk di sisi Alaric, kini tubuhnya sudah setengah dari tubuh Alaric, membuat Alaric sedikit kesulitan jika Zerrin sudah meletakkan kepalanya di dada Alaric.

Zerrin begitu cepat tumbuh, seakan setiap hari tubuhnya naik setengah meter. Alaric masih memeluk tubuh Zerrin seakan ia memeluk seorang anak bayi.

"Cornhill adalah kampung halamanku, saat sekarang sedang musim penghujan. Kau tahu … seharusnya Cornhill begitu indah, apalagi musim semi.

"Semua petak tanah dipenuhi beraneka ragam sayuran dan bunga matahari akan menghiasi seluruh kota Cornhill juga jagung, bunga wortel sudah memenuhi ladang. 

"Semua kuda, domba yang akan dipangkas bulunya untuk dijadikan kain, sekumpulan bunga-buanga semak di sepanjang jalan. Sangat indah!" kenang Altaf, ia melukiskan segalanya dengan sangat luar biasa.

"Namun, sejak Calder mengambil alih Gorian. Segalanya menjadi kacau …," keluh Altaf, "tak ada di lagi petak sayuran dan kumpulan ternak. Semuanya bak desa mati," lirih Altaf, ia seakan-akan begitu bersedih akan semua itu.

"Gorian? Calder?" tanya Alaric bingung.

"Ya, sudahlah! Aku akan membawa kalian besok ke sana, jika kalian mau pergi ke … mana pun aku rasa jika kalian melalui jalan ini, kalian pasti melewati kampung halamanku," ucap Altaf.

"Baiklah, kami ikut!" ucap Alaric.

Tara hanya menoleh ke arah Altaf, Zerrin sudah tertidur dengan mendengkur pulas, suara dengkurannya memekakkan telinga.

Keesokan pagi setelah sarapan Altaf benar-benar membawa mereka ke Cornhill. Mereka menunggang kuda ke arah barat, Zerrin begitu bahagia ia sudah bertengger di depan di pelukan Alaric bak anak kecil.

"Apakah kampung halaman kamu masih jauh, Altaf?" tanya Alaric, ia sudah penasaran dengan kampung halaman Altaf.

"Tidak! Sebentar lagi!" teriak Altaf dari depan, ia begitu bersemangat ingin kembali ke kampung halamannya.

Mereka tiba di sebuah lereng bukit yang sedikit semak dipenuhi rerumputan, petak-petak sayuran yang tak lagi dipanen maupun digarap oleh para petani.

Alaric dan Tara melihat gapura masuk yang sudah dipenuhi dengan tumbuhan rambat liar yang tak diurus di sana-sini rumput dan sampah dari dedaunan sudah memenuhi kampung Cornhill.

Derap langkah kuda memasuki Cornhil, rumah-rumah sudah tak berpenghuni bahkan sudah ambruk di sana-sini akibat pertempuran dan perkelahian.

"Ada apa dengan kampung Cornhill? Zerrin, bersiaplah! Jika ada sesuatu aku harap kau langusung bersembunyi. Aku tidak ingin jika pasukan Gorian akan menangkapmu!" ucap Alaric melalui telepati.

"Baiklah, jangan khawatir! Apakah aku boleh menggunakan apiku, Alaric?" tanya Zerrin menoleh ke arah Alaric.

"Tentu saja! Jika untuk mempertahankan dirimu, Zerrin. Aku tidak melarangnya!" balas Alaric.

Derap langkah kaki kuda semakin pelan, kuda Altaf menuju sedikit lebih dalam ke sebuah jalanan kecil yang hanya bisa dilalui oleh seseorang dengan berjalan kaki.

Tara dan Alaric hanya diam, keduanya masih mengikuti Altaf, yang terus melangkah pelan. Altaf bersiul dengan aneh, seperti sebauh kode.

Alaric dan Tara bersiap-siap jika Altaf mencoba untuk menjebak mereka, "Alaric, bersiaplah! Aku tidak tahu apakah Altaf benar-benar teman atau musuh!" ujar Tara di dalam telepati.

Alaric menoleh ke belakang melihat ke arah Tara, "Tara! Kamukah yang bicara?" tanya Alaric bingung.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!