Tukang sate

Alaric dan yang lain langsung meninggalkan desa yang terbakar kembali memasuki hutan, "Betapa mengerikan apa yang sudah dilakukan oleh ksatria Gorian! Andaikan aku semudah membalikkan telapak tangan untuk menguasai kekuatanku, 

"Aku tidak akan pernah lari dari kenyataan! Tapi, entah sampai kapan aku bisa menguasai kekuatan ini?" batin Alaric, ia mulai mengayunkan pedang.

Alaric sedikit berlatih saat dirinya berburu tetapi, ia merasa semakin lelah. Ia menyudahi latihannya sambil berlari untuk memanah rusa.

Zerrin dan Alaric juga Altaf berburu binatang untuk makan siang dan untuk bekal. Zerrin seperti biasa menyemburkan api untuk memanggang rusa hingga Altaf dan Alaric memakan rusa yang dibakar dari api Zerrin.

"Apakah aku terlihat sebagai tukang sate begitu?" tanya Zerrin, ia merasa jika apinya hanya digunakan untuk memanggang sesuatu.

"Jika kami menyalakan api, maka kami juga akan mencari kayu bakar Zerrin. Itu akan memakan waktu yang sangat lama. Andaikan aku bisa sihir, aku tidak akan meminta apimu!" ucap Alaric.

"Bèicear agus bruich (bakar dan masaklah). ucapkan itu, Alaric!" ujar Tara.

"Apa?" 

"Bèicear agus bruich!" ulang Tara kesal, ia semakin kesal akhir-akhir ini pada Alaric.

"Oh, baiklah! Bèicear agus bruich!" ucap Alaric, sebuah api kecil seperti bara langsung memanggang daging di atas tumpukan kayu.

"Wah, hebat sekali! Zerrin, aku tidak akan memintamu untuk membakar daging lagi. Jadi, kau tak perlu menyebut dirimu tukang sate!" sindir Alaric puas.

"Cih!" dengus Zerrin. 

Sedangkan Tara hanya minum air putih dari kendi perak yang selalu terselip di pinggang dan hanya memakan buah-buahan.

"Tara, apakah kamu tidak mau daging rusa ini?" tanya Alaric bingung.

"Tidak! Kaum elf adalah kaum vegetarian, walaupun mungkin ada juga yang memakan ikan dan telur juga ayam. Namun, kebanyakan dari kami adalah vegetarian," balas Tara.

Tara tidak bisa menjelaskan jika semakin berumur dan semakin menua para elf lebih memiliki jiwa yang suci dan rasa belas kasih kepada semua mahkluk hidup.

Walaupun para elf yang masih muda masih memakan darah (hewan). Tara hanya diam dan melihat Zerrin dengan rakus mencabik seekor rusa gemuk yang berhasil ditangkapnya sendiri.

Sedangkan Alaric dan Altaf menyimpan sisa makanan untuk berjaga-jaga jika Alaric kambuh dari kekuatan yang mengerikan hingga ia akan makan saja.

"Apakah kita akan terus berjalan Tara? Apakah kalian tidak lelah?" tanya Alaric, ia merasa mereka tak ada berhenti sedikit pun dan tidak enak hati.

"Jangan karena diriku, kalian lupa untuk istirahat," ujar Alaric.

"Jangan khawatir, Alaric! Kami masih kuat, lagian kita tidak tahu kapan pasukan Gorian akan menyerang kita!" ujar Altaf.

"Altaf, benar! Apalagi, kamu tidak di dalam kondisi yang stabil. Aku tidak ingin Gorian akan menangkapmu dan Zerrin. Apakah kau tidak melihat jika mereka sedang gencar mencari kita semua?" ujar Tara, ia masih memakan buah-buahan di tangannya.

Semua orang diam, mereka mengingat dan melihat selebaran yang ditempel di setiap dinding, pohon, dan segala hal yang bisa digunakan untuk menempelkan selembar kain putih yang melukis wajah mereka berempat.

"Lukisanku jelek sekali! Aku tidak suka!" ujar Zerrin, ia melihat jika lukisannya tidak menarik.

"Masa sayapku seperti itu? Lihatlah! Beda bukan?" tanya Zerrin, ia mengepalkan kedua sayapnya yang berwarna tembaga.

"Sayapku sangat cantik dan susikku berkilau! Masa seperti ini?" dengus Zerrin kesal.

Zerrin sempat mengambil dengan cakarnya beberapa lembar lukisan di perjalanan. Kini, ia mengamati wajahnya di sana.

"Hahaha, lihatlah Tara. Ia sama sekali tidak telihat wajahnya hanya jubah dan rambut peraknya. Ini sangat bagus!" keluh Zerrin, ia sedikit iri jika Tara lebih cantik di atas kudanya.

"Tara begitu anggun dan gagah dengan Sorrow!" ujar Zerrin, ia masih memperhatikan lukisan sambil mengunyah tulang rusa.

"Apakah aku masih tampan?" tanya Alaric, ia pun meraih lukisannya.

Alaric meraba wajahnya yang sudah dipenuhi rutan belantara di sekitar janggut, kumis bahkan di sepanjang garis rahangnya.

"Sepertinya aku begitu mengerikan!" batin Alaric, "jika ada waktu aku akan bercukur!" benaknya.

"Coba lihat punyaku! Wah, mereka menghargai kita sangat mahal sekali! Bayangkan, 1000 koin emas! Hm, aku tidak menyangka nyawaku bisa semahal ini," lirih Altaf, ia masih menatap ke arah wajahnya.

"1000 koin emas? Wah, kira-kira berapa kantung itu, ya?" ujar Alaric, ia sama sekali tak memiliki koin emas.

"Jangankan koin emas, yang perak saja tidak ada!" umpat Alaric, ia kabur dan tidak membawa apa pun dari Desa West.

"Ya, aku juga tidak tahu, aku hanya beberapa kali mencuri koin emas dari orang kaya. Itu pun hanya beberapa koin saja. Sisanya aku mencuri makanan, baju." Altaf mengingat semua aksinya yang mengerikan, ia sedikit malu.

"Apakah kalian akan terus memandangi wajah jelek kalian itu?" ketus Tara, ia sudah bergerak dan naik ke punggung kuda.

"Wah, perempuan ini, sungguh merepotkan! Tidak bisakah kita sedikit santai begitu? Seperti ada yang ingin kita kejar saja!" umpat Alaric kesal, ia masih belum merasa kenyang.

"Tentu saja, ada yang kita kejar! Yaitu : keselamatan dan naywamu dan Zerrin. Aku tidak ingin apa yang aku lakukan selama ini sia-sia!" umpat Tara, ia ingin mengatakan sesuatu tapi ia tak ingin Alaric bertanya banyak hal.

"Jika kau mengerti dan memahaminya, aku sangat yakin jika kamu pun tak akan mungkin setenang ini menghadapi semua hal. Dasar, anak manja!" umpat batin Tara, "Haiden dan Daisy terlalu memanjakannya," lanjut batin Tara.

Alaric melesat ke atas pelana Storm dengan seiris tebal daging rusa. Alaric makan dengan cepat seakan dirinya sedang dikejar oleh hantu.

Altaf hanya tersenyum mengambil lukisan dan melipatnya dengan baik di atas punggung Clag, ia menyimpan semua lukisan mereka berempat bak sebuah harta warisan.

"Mengapa kau membawanya, Altaf? Apakah kau berniat ingin menyerahkan kami pada Gorian?" tanya Alaric curiga.

"Ngaco! Aku ingin memgumpulnya agar suatu saat nanti, bila semua ini berakhir. Aku ingin menunjukkan kepada anak keturunanku, jika aku dan kalian pernah bersama dan menjadi buronan yang sangat mahal.

"Kau tahu, jarang sekali Calder Hall menghargai buruannya begitu mahal. Biasanya dia langsung mengerahkan pasukannya dan kras! Mati deh!" balas Altaf bangga, jika dirinya menjadi orang yang ditakuti pengusaha Gorian.

"Oh, begitu! Aneh, sekali! Berarti kita hebat dong!" timpal Zerrin tersenyum ia terbang sedikit cepat dan bertengger di atas dahan besar menantikan ketiganya untuk mengejarnya.

"Kalian lambat sekali! Andaikan aku bis terbang tinggi! Aku akan membawa kalian semua di punggungku!" ujar Zerrin.

Storm, Sorrow, dan Clag meringkik menghina ke arah Zerrin, membaut Zerrin tersenyum menyeringai dengan giginya. Zerrin sengaja melakukan semua itu untuk mengancam ketiga kuda tersebut dan membungkam mereka untuk diam.

Mereka terus berjalan melanjutkan perjalanan, "Suara apa itu?" ujar Zerrin, telinganya mendengar suara ribuan kilo.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!