Kehancuran yang disebabkan Gorian

Alaric terdiam, ia tahu apa yang dimaksud dengan ucapan Tara. Alaric menghela napas panjang, ia merasa tak selamanya akan menjadi beban semua orang, sehingga dirinya pun merasa membutuhkan suatu bimbingan untuk mengendalikan kekuatan miliknya.

"Lalu, apa yang harus aku lakukan Tara?" tanya Alaric, ia memandang Tara.

"Mulai sekarang belajarlah menggunakan Bahasa Gaelik kuno, untuk kehidupan sehari-hari dan belajar meminta dengan berpikir terlebih dahulu Alaric jangan meminta sesuatu yang berlebihan.

"Karena dengan meminta sesuatu yang berlebihan membuat kamu kesulitan untuk menanggung semuanya sendirian, Alaric!" ucap Tara.

Alaric diam, ia merasa telah melakukan kesalahan. Alaric menatap wajah Tara yang langsung tersipu malu, "Aku tahu, jika aku telah melakukan kesalahan Tara tapi, jika aku tidak melakukan semua itu aku tidak yakin. Apakah kita akan selamat dari serangan ksatria Gorian?" ucap Alaric.

"Tapi, kau harus memikirkan apa yang akan kau minta di dalam bahasa Gaelik Alaric! Ini bukan main-main! Kamu pikir jika semua itu mainan begitu?" ketus Tara, ia merasa kesal akan keteledoran Alaric.

"Aku tak tahu soal itu! Aku hanya tidak ingin jika kita mati, terutama kamu dan orang-orang Cornhill. Aku rela mati dan menanggung semua itu Tara …," lirih Alaric.

"Kau! Kau sangat keras kepala!" umpat Tara, ia langsung meninggalkan Alaric.

"Susah payah aku membujuknya untuk sedikit dewasa. Dasar sial! Mengapa sih? Aku harus menghabiskan waktu bersama dengannya!" omel Tara kesal, "jika aku tahu begini, aku tidak perlu mengkhawatirkan dirinya!" ucap Tara, ia meninggalkan Alaric.

Zerrin dan Altaf melihat pasangan yang selalu tak pernah akur tersebut. Altaf hanya termangu, "Apa yang sering mereka ributkan sih?" tanya Altaf bingung, ia masih melihat peta miliknya yang diberikan oleh Zion dan berlatih pedang.

"Biasalah! Jika kau mengenal seorang pria yang akan menawan dirimu di sebuah penjara cinta dan kau merasa dunia sekitarmu akan langsung ambruk!" balas Zerrin.

"Maksudnya?" Altaf mengernyitkan kening, ia tak mengerti akan perumpamaan yang disampaikan oleh Zerrin.

"Altaf, apakah kau pernah jatuh cinta?" tanya Zerrin kesal, ia merasa jika semua pria terlambat dewasanya.

"Hm, apa itu?" tanya Altaf, ia hanya tahu berkelahi dan mencuri demi Cornhill.

"Hah! Apakah kau tidak pernah menyukai wanita?" ketus Zerrin kesal.

"Oh, wanita …," Altaf mengetuk busur panah di bibirnya berpikir.

"Hm, aku menyukaimu!" ucap Altaf.

Bruk!

Zerrin langsung terpeleset kala mendengar ucapan Altaf, ia memandang ngeri pada Altaf dan menyelami jiwa Altaf tanpa Altaf sadari. Zerrin merasa sedikit lega. Jika suka yang dimaksud oleh Altaf hanyalah kasih sayang sesama teman dan saudara.

"Aduh, aku hampir saja gila! Masa manusia mencintai naga?" batin Zerrin geli, "bukan wanita sepeti aku! Aku ini naga, Altaf! Bagaimana mungkin kau akan menikahi naga!" ujar Zerrin kesal.

Zerrin merasa jika Altaf sungguh aneh, ia selalu memandang dan mempelajari peta miliknya juga membuat busur anak panah.

"Oh, wanita dari ras manusia … hm," jawab Altaf, ia kembali berpikir cepat.

Altaf menggelengkan kepala, "Aku tidak tahu, Zerrin. Aku tidak pernah memikirkan semua itu! Keadaan Cornhill tidak memungkinkan diriku berpikir hingga ke sana. 

"Sebelum aku bisa memberikan kebahagiaan kepada desaku, aku tidak akan menikah, Zerrin." Altaf memandang ke arah Zerrin kemudian meraut anak busur kembali.

"Hadeh! Manusia aneh, hm … tapi mulia juga hati Altaf, ia tak menyadari jika dirinya tampan. Alaric juga tampan.

"Kedua ras manusia ini terlalu polos dan anak-anak sepertinya. Padahal umur mereka sudah sangat tua! untuk ukuran manusia," batin Zerrin, ia meninggalkan Altaf yang masih sibuk dengan busurnya.

"Tara …," sapa Zerrin, ia melihat Tara yang sedang duduk di mulut gua.

"Zerrin, kemarilah!" ajak Tara ia tersenyum.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Zerrin, ia melihat jika Tara termenung menatap ke langit.

"Aku … aku hanya berpikir mengenai banyak hal, Zerrin. Aku tidak tahu, bagaimana mencari solusi untuk Alaric. Kita harus membawanya ke Sgàil Shìthiche." Tara memandang ke langit, ia merasa segalanya harus mengarah ke sana.

"Di mana Sgàil Shìthiche, itu Tara? Aku tidak tahu," ujar Zerrin, ia duduk meringkuk tepat di mulut gua menatap ke pekatnya malam yang sudah turun.

"Ke arah Barat. Um, kamu juga akan belajar mengendalikan kekuatanmu, begitu juga dengan Alaric. Aku tahu kekuatan Alaric membuatmu semakin cepat tumbuh besar," ujar Tara.

"Zerrin! Bawa Alaric, musuh datang mendekat!" teriak Tara, ia langsung memanggil kudanya Sorrow.

Altaf dan Alaric berlari dari dalam gua menghampiri mereka, "Ada apa?" tanya keduanya bingung, mendengar panggilan Zerrin dalam benak mereka.

"Musuh sudah mendekat! Ayo, tinggalkan tempat ini!" ajak Tara.

Zerrin terbang rendah, Alaric dan Alataf menaiki kuda mereka masing-masing menembus malam.

Derap langkah kuda musuh semakin mendekat mengejar mereka.

"Sial! Mengapa mereka begitu cepat?" batin Alaric, ia merasa jika kuda musuh semakin cepat mendekati mereka.

"Apakah itu derap kuda musuh? Apakah mereka mengambang?" tanya Altaf bingung, ia melihat jika Ksatria sihir Gorian mengendarai kuda di atas pepohonan seakan mengambang.

"Mereka pasti menggunakan sihir! Apa yang harus kita lakukan?" tanya Alaric, ia semakin bingung.

"Zerrin mendekatkan kepada kami! Jangan terlalu jauh! Aku sedikit sulit melindungi kalian," ucap Tara.

Zerrin langsung terbang mendekat ke arah Tara, Alaric, dan Altaf. Tara sudah mengangkat tangan sehingga para ksatria sihir tidak melihat keberadaan mereka karena perisai tak kasat mata sudah melindungi mereka.

Derap langkah kuda ksatria sihir semakin menjauhi mereka semua. Tara dan yang lain sedikit lega, mereka terus berkuda tak ingin membuang aktu lagi.

Fajar menyingsing dan mereka memasuki sebuah desa di mana semua orang telah tewas tanpa luka tetapi mayat mengering seakan darah mereka telah dihisap oleh sesuatu.

"Apa ini? Mengapa mayat-mayat ini  bisa begitu?" ucap Alaric bingung.

"Tetaplah di atas kuda kalian! Aku tak ingin jika ksatria naga masih ada di sini. Jika ksatria sihir sedikit tidak berani menampakkan diri jika siang hari dan di alam terbuka.

"Berhati-hatilah! Aku mencium jika masih ada musuh!" ujar Tara.

Semua orang bersiap-siap dengan pedang di tangan masing-masing. Tara menunggangi kuda dengan cepat meninggalkan mayat-mayat yang bergelimpangan.

"Tara, tidak bisakah kita menguburkan mereka?" tanya Alaric, ia merasa kasihan.

"Jangan khawatir, aku akan membakar mereka dengan api suci, jika mereka dibiarkan kemungkinan di dalam 24 jam mereka sudah menjadi penghisap darah dan menjadi pengikut Gorian yang mengerikan." Tara semakin kencang mengendarai kudanya.

Duar! Duar!

Seberkas sinar langsung berpendar dari tangannya membakar seluruh kampung hingga tak tersisa.

"Malang sekali! Betapa kejamnya pasukan Gorian," batin Alaric.

"Ya, mereka sama sekali tidak punya hati nurani," balas Zerrin termangu.

"Kita harus bersatu dan berjuang untuk menghancurkan Gorian!" umpat Altaf, ia mengepalkan tangannya lebih keras hingga buku-buku tangan di busurnya semakin memutih.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!