Raina menatap dalam netra coklat tua milik Aksa, yang juga tengah menatap penuh cinta dan kerinduan, Raina masih merasa kesal pada pria yang nyatanya sungguh sangat dia rindukan itu. Karena tanpa izin dia mengatakan jika saat ini dirinya resmi menjadi kekasih Aksa.
"Mas, kau tau jika terlalu banyak perbedaan diantara kita, jangan memaksakan kehendak yang akhirnya hanya akan melukai lebih dalam dikemudian hari."
Raina berkata dengan hati-hati, berbicara pada sosok Aksa yang nyatanya memiliki sikap keras kepala, dan kelembutan disaat yang bersamaan, membuatnya begitu sulit mengutarakan maksud hatinya.
"Rain, aku tidak perduli seberapa banyak perbedaan diantara kita, sesuai ucapan mu dulu, jika kita dipertemukan lagi, itu artinya kita memang ditakdirkan untuk bersama."
"Tapi aku perduli, status sosial kita, latarbelakang keluarga kita, dan bahkan negara kita berbeda mas."
"Aku tau Rain, tapi tidak ada salahnya jika kita membuat perbedaan itu menjadi sebuah kesamaan suatu hari nanti, aku yakin orang tua ku tidak akan mempermasalahkan hal ini."
"Kau terlalu yakin mas,"
Aksa menggenggam tangan Raina yang saat ini sedang berada di taman dalam secret hotel, Raina yang hanya sendiri, memutuskan untuk berbincang diluar, dia tidak ingin terjadi fitnah yang tentunya akan membuat kerugian bagi keduanya.
"Kita belum menjalaninya Rain, bagaimana mungkin kau sudah ketakutan seperti ini, hem?"
Aksa menatap teduh kedua netra Raina yang saat ini bergerak gelisah karena memang hatinya sangat tidak nyaman.
Tidak dipungkiri memang, jika saat ini dia juga tengah berbunga-bunga, karena akhirnya cintanya tersampaikan, tetapi disisi lain dia juga gelisah karena dia tahu seberapa tingginya benteng yang tercipta diantara keduanya.
"Aku cuma sebatang kara mas, cuma seorang MUA kampung yang bahkan tidak mempunyai rumah, apa mas Aksa mengerti maksud ku?"
"Syuuutt... Sudah ku katakan jangan membahas tentang perbedaan kita, coba temukan seberapa banyak kesamaan yang kita miliki, bagi orang tua ku, yang terpenting adalah muslim Rain, dan kau seorang muslim."
"hahhhhh..... " Raina menghela nafasnya kasar, dia lelah menjelaskan pada Aksa maksud hatinya, Raina tahu jika Aksa sebenarnya mengerti, tetapi dia sengaja bersikap demikian.
Lelah berdebat Raina memutuskan mengalah, Aksa benar, dia tidak akan tahu jika belum menjalaninya, kali ini dia berusaha mengikuti takdir yang sudah tercipta untuknya, biarlah setidaknya kali ini dia merasa bahagia dalam hidupnya.
Meskipun dia sadar akan benteng yang tercipta diantara keduanya, dia ingin egois kali ini saja, biarkanlah merasakan kebahagiaan meskipun hanya sebentar.
Dia ingin merasa dicintai, layaknya gadis pada umumnya, setidaknya ada hal yang bisa dia ceritakan juga, jika temannya menanyakan tentang kisah cintanya.
"Aku memiliki dua hari tersisa di sini,"
"Kau bisa menambahnya sesuai keinginan mu Rain. Aku akan mengganti tiket kepulangan mu."
"No, lalu bagaimana dengan pekerjaan ku mas? Meskipun tidak seperti mu, tapi itulah cara ku menghasilkan uang untuk bertahan hidup."
"Aku bisa menghidupi mu Rain, kau tidak usah capek kerja.... "
"Mas.... aku enggak suka cara berpikir mu, seperti mu yang menyukai pekerjaan mu, begitu juga aku, meskipun hanya MUA kampung, aku selalu menyukai pekerjaan ku ini,"
"Oke oke, maaf, aku tidak bermaksud seperti itu Rain, aku... "
"Aku tahu mas... Sudah larut malam sebaiknya mas Aksa segera istirahat sepertinya seharian ini sangat sibuk."
"Aku masih ingin berbincang banyak hal dengan mu Rain,"
"Kita masih memiliki banyak waktu untuk ngobrol mas," Ucap Raina lembut dengan senyuman tersungging manis di bibirnya.
"Baiklah, tapi balas pesan ku, hem?"
Raina mengangguk mantap dengan senyuman manis yang membuat Aksa terpesona dan enggan berpaling, dia mengulurkan tangannya, mengacak pelan puncak kepala Raina dengan gemas.
Membuat Raina seketika mengerucutkan bibirnya karena rambutnya menjadi kacau tak beraturan.
"Good night Rain". Aksa mengantar Raina menuju kamarnya.
"Hemmm.... Makasih udah diantar mas"
Aksa mengangguk dengan disertai senyuman. "Jangan bukakan pintu untuk pria lain, oke?"
"Siap laksanakan komandan." Jawab Raina yang dengan tangan bersikap hormat di kepala, membuat keduanya tertawa renyah secara bersamaan.
.....
"Kau lihat wanita yang berbicara dengan tuan Aksa tadi Rodrigo?"
"Ya tuan, kita bertemu beberapa kali secara tidak sengaja"
"Aku ingin kau mencari tahu semua tentangnya."
Perkataan Alexander Avram membuat sang asisten terkejut dengan mata membulat sempurna. Untuk apa sang tuan ingin menyelidiki gadis itu.
"Maaf tuan tetapi untuk kepentingan apa?"
"Jika hanya kebetulan, dia terlalu mirip dengan Ananta saat masih muda, aku ingin kau mencari tahu apa pun tentangnya."
Klotak, Ponsel yang berada dalam genggaman Rodrigo terjatuh keatas meja, saat sang tuan mengatakan tentang kebenaran dari rasa curiganya.
"Baik tuan, saya akan mencari tahu meskipun agak sulit, mengingat dia tidak satu negara dr
dengan kita."
"Hem... Aku ingin sebelum kita kembali ke Moscow, kau sudah mendapatkan hasilnya,"
"Akan saya usahakan tuan."
"Good, kau boleh kembali ke kamar mu, lihat juga Dimitry, jangan biarkan dia ke club malam ini, karena besok kita mempunyai agenda yang padat."
"Baik tuan, saya permisi."
.........
"Siapa wanita tadi, kenapa aku merasa tertarik padanya, tapi perasaan ini bukan ketertarikan sebagai seorang pria pada wanita, kenapa perasaan ku menjadi aneh saat melihatnya, siapa dia sebenarnya?"
Dimitry berbicara pada dirinya sendiri, setelah bertemu dengan Raina, hatinya menjadi gelisah, seolah gadis itu memiliki daya tarik tersendiri yang membuatnya ingin mengetahui tentangnya.
"Aahhhh.... ****.... "
Dimitry mengumpat kemudian menenggak white wine dalam botol yang berada dalam genggamannya, dia merasa frustasi dengan rasa baru yang membuatnya benar-benar merasa tidak nyaman, tetapi dia sendiri tidak tahu, apa tepatnya perasaan seperti ini.
..........
"Mas.... yakin ingin menjodohkan Aksa dengan Alina Parveen?"
"Kenapa ditanyakan lagi sayang, Alina Parveen, dia sangat sempurna dan cocok sesuai kriteria menantu idaman mu bukan? Kita juga sudah mengenalnya dengan baik, terutama kau, karena dia merupakan anak dari Lala sahabat mu."
Ica membuang nafas perlahan, dia mrnatap sang suami dengan wajah sedikit bimbang dan ragu.
"Aku tau itu, tapi apa Aksa mau menerimanya mas? Aku takut jika Aksa.... "
"Tak ada yang perlu di khawatirkan sayang, Alina Parveen sudah sangat pas untuk Aksa, dia cantik, cerdas, periang dan karirnya bagus, latar belakang keluarganya jelas dan yang pasti dia berhijab seperti mu sayang, untuk alasan apa lagi Aksa menolak gadis yang nyaris sempurna untuk hidupnya, terlebih lagi, yang memilihkan kau, mommy-nya, wanita yang paling dia cintai di dunia ini sayang."
Allard memeluk Ica dari belakang, menyandarkan kepalanya dibahu sang istri yang sedang sanksi dengan keputusannya sendiri.
"Aku hanya takut jika Aksa tidak menyukai pilihan ku mas... "
"Aksa pasti mau menerimanya sayang, tenanglah... Jangan terlalu berpikir buruk pada putra kita, hem... "
Ica mengangguk, dan dia berbalik memeluk Allard, suaminya yang sudah nyaris tiga puluh tahun ini membersamai hidupnya.
........... Bersambung ............
Haaaiiii....
Maaf... Baru bisa Up lagi authornya baru sembuh...
jangan lupa kasih semangat aku ya dengan cara like, comen dan kasih vote.. ☺☺☺ makasih sayang kalian banyak-babyak 😘😘😘🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
fahmi
semangat,,, sehat selalu
2023-01-02
1
Sri Valupi
Assalamualaikum.......sehat selalu ya kakak cantik........semangat ......❤️❤️❤️🙏🙏
2022-10-21
1
Watik Yd
Ok KK, semoga lekas sembuh.tetap semangat
2022-10-19
2