Hari-hari dilalui Raina dengan rutinitasnya seperti biasa. Tak terasa dua bulan setelah perpisahannya dengan Aksa terjadi. Aktifitas sedikit membantunya melupakan sejenak sosok yang dia cintai.
Berangkat dini hari, pulang malam, terkadang jika hanya job poto prewed dia masih busa pulang siang atau sore, tetapi karena saat ini sedang musim menikah, membuatnya sedikit kewalahan.
Modal yang pas-pasan untuk membeli alat make up membuatnya belum bisa mendirikan wedding stylist miliknya sendiri, dia masih harus berada dibawah nama besar MUA senior, tetapi bagaimana pun keadaannya dia tetap mensyukurinya.
Raina hanya mengambil job-job yang kecil seperti perias wisuda, prewed, acara-acara tertentu dan terkadang pernikahan dari kalangan kelas menengah kebawah, karena dia belum mampu untuk membeli make up yang bagus tentunya dengan harga yang mahal.
Bukan berarti tidak ada persaingan dipekerjaannya, beberapa kali dia dupercaya merias pengantin oleh sang mempelai, tetapi keluarga mempelai nyatanya sudah menyewa jasa perias pengantin yang lain.
Hal itu terkadang membuat Raina kecil hati, dia pulang dengan diiringi cibiran-cibiran dari keluarga mempelai. Cemoohan dan kata-kata yang merendahkannya pun bukan lagi sebagai cemoohan, melainkan hinaan didepan wajahnya secara frontal.
Tak jarang dia menahan tangisnya, terkadang juga ekpektasi antara mempelai dan orang tua yang berbeda membuat kesalahan ditujukan kepadanya.
Malam ini Raina pulang setelah selesai bekerja, jam menunjukkan pukul 01.00 wib, dia memarkirkan motornya digarasi kos, membuka pintu, membersihkan badan dan mengganti pakaian, untuk selanjutnya mempersiapkan alat-alat make up untuk besok.
Saat sedang menyiapkan alat-alat benda yang terbuat dari emas itu juga ikut terambil tetapi akhirnya terjatuh. Raina mengambil gelang emas itu. Dipandangainya setiap melihat gelang itu, ingatannya selalu tertuju pada surat wasiat mendiang ibu angkatnya.
Raina mengambil nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. "Kemana aku harus mencari mereka? jika tanpa petunjuk apa pun bu,"
Setiap memikirkan itu, pikiran Raina akan semakin kacau, dia takut jika akan mengganggu moodnya esok pagi, Raina memutuskan menyimpan kembali gelang itu dalam tas kecil yang selalu dia bawa kemana pun beserta kartu identitasnya.
............
Moscow Rusia.
"Katakan apa yang kau temukan kali ini Drigo"
"Saya belum bisa menemukan keberadaan putri anda tuan, tapi saya mendatangi rumah lama mantan pelayan anda, dan setelah saya cari tahu, rumah itu kosong tanpa penghuni, menurut beberapa tetangga, dia meninggal lima tahun lalu, dengan meninggalkan seorang putri, tetapi saya masih belum bisa menemukan keberadaannya tuan."
Pria berumur lima puluh tahunan itu meremas gelas yang berada di tangannya hingga bunyi "pyar" terdengar, gelas itu pecah digenggaman tangannya, meskipun darahnya mengucur, dia seolah sama sekali tidak merasakan sakit.
"Terus lanjutkan pencarian mu,"
Perintah Avram dengan bahasa dan logat Rusia kental.
"Baik tuan,"
Suasana mansion besar itu seketika berubah menjadi dingin, setelah Alexander Avram memecahkan gelas, tatapan matanya menajam, seolah bisa menembus siapa saja yang berani mengganggunya.
Tanpa banyak bicara wanita paruh baya berusia empat puluh tujuh tahun itu mendatangi dan membersihkan pecahan gelas ditangan suaminya. Membersihkan lukanya hingga bersih dan membalutnya dengan hati-hati.
Ya, hanya sang istri yang berani melakukan itu saat Avram tengah tersulut emosi. Dia sudah terbiasa bersama Avram sejak dua puluh tujuh tahun yang lalu, senang dan menderita telah mereka lalui bertiga bersama sang putra.
"Berhenti bertindak bodoh dan melukai diri mu sendiri Avram."
Ucap Ananta Atmaja, wanita berdarah Asli Indonesia itu sekilas terlihat khawatir dalam tatapan matanya. Tetapi dia bersikap biasa, karena ketika dia memutuskan untuk hidup bersama dengan Avram Alexander, itu berarti dia juga harus menyiapkan mental dan fisik yang kuat.
Hidup dengan menyandang status mafia nomor satu di Rusia, artinya kehidupannya memanglah lebih keras dari pada kehidupannya sebelumnya.
"Aku akan membantu mencarinya dengan koneksi yang ku miliki di Indonesia dad."
Pria muda dengan postur tubuh tinggi tegap dan berkulit putih yang terlihat menawan itu menimpali percakapan sang ayah dan orang suruhannya.
"Harus, kau harus bisa menemukan keberadaan adik perempuan mu, sebelum semuanya terlambat Dimitry."
"Ya, jika informasi yang dia dapatkan itu valid, artinya kita hanya tinggal mencari keberadaannya di Indonesia saja, bukan di seluruh dunia dad"
Jawab pria bernama Alexander Dimitry itu dengan pandangan menerawang.
"Ya, kau pikir mudah menemukan keberadaannya saat princes hanya seorang diri?"
Avram sangat menghawatirkan keadaan anak gadisnya yang menghilang bersama salah satu pelayan wanita yang dibawa sang istri.
Usianya baru dua tahun saat Ana membawanya entah kemana.
"Aku tau dad, tapi setidaknya kita sudah menemukan titik terang dari keberadaan princes"
Avram memang berbeda saat menamai anaknya dulu, jika Dimitry memakai nama Alexander dibelakangnya, berbeda dengan sang putri, yang diberi nama oleh istrinya, tanpa embel-embel Alexander dibelakangnya. Karena dia tidak ingin sang putri terlibat dalam peperangan antar dunia hitam kala itu. Tetapi Ananta tetap menyematkan nama belakang sang putri meskipun dengan sedikit berbeda, yakni menjadi Riana Alexa.
Saat keduanya tengah membicarakan sang princes, Ananta meninggalkan ruang keluarga itu dan berlari masuk ke kamar pribadinya. Setiap mengingat peristiwa itu, jantungnya terasa diremas, rasa sakit karena kehilangan nyatanya tidak mudah untuk dia atasi hingga tujuh belas tahun lamanya.
Avram yang melihat kepergian istri yang sangat dia cintai itu hanya menarik nafas dalam dan menatap sendu kepergiannya. Nyatanya sang istri sangat terluka karena kehilangan sang princes, begitu pula dengannya, tetapi dia harus menegarkan diri, untuk selalu bisa menghibur sang istri yang hingga saat ini masih terus menangisi kepergian princes tercintanya.
...........
Seoul, Korsel
"Tuan, tiga hari anda dijadwalkan bertemu dengan Alexander Avram, pengusaha perhiasan dari Rusia."
Aksa menoleh saat Ki Tae mengingatkan jadwalnya, pertemuannya kali ini cukup membuatnya tertarik meskipun dia memiliki kekhawatiran sendiri, karena mengingat sepak terjang seorang Alexander Avram yang notabene adalah mafia ternama di Rusia.
Kali ini dia harus berdiskusi pada Daddy-nya, langkah apa yang harus dia ambil untuk kerjasama ini. Dia juga harus mempelajari kepribadian Alexander Avram dari sang Daddy.
Mereka dulu pernah berbisnis bersama sebelum kerusuhan yang terjadi di Rusia, yang mengakibatkan kehebohan karena peperangan itu terjadi dengan sesama mafia, dan Allard memilih mundur dari kerjasama itu, karena dia sudah berhenti dan tidak ingin terlibat lagi dengan para mafia dan dunia hitam, atas permintaan sang istri, Zantica Rahma Hadiningrat.
Allard memilih fokus membersihkan nama baik dan perusahaannya dari pengaruh dunia hitam, meskipun tidak bisa dipungkiri jika terkadang dia merasa rindu dengan aktifitas yang memacu adrenaline-nya.
"Baiklah, siapkan berkasnya sesempurna mungkin, aku tidak ingin ada kesalahan, mengingat siapa yang akan kita ajak kerjasama"
"Baik tuan, akan saya persiapkan mulai hari ini."
"Kau boleh keluar, aku sedang ingin berpikir."
.......... Bersambung ..........
Hai-hai sayang... Gimana bab ini menarik g menurut kalian,,, komennya sepi bener 😁😁😁😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Tristan Adya Nugroho
Mafia dunia hitam sekaligus model dan aktor terkenal? Apa gak berlebihan, thor? Sibuk dg dunia entertainment kapan latihan serius beladirinya? (Utk Allard maksudnya)Yah.. namanya dunia novel.. sah2 aja lah ya… wkwkwkwwkwk….
2023-03-19
0
fahmi
mantappppp
2023-01-02
1
Watik Yd
sangat menarik say
2022-10-01
1