Cukup lama Raina berada di restoran secret hotel, selain menunggu makanan yang masuk kedalam mulutnya agar bisa dicerna dengan baik. Dia juga sedang berusaha mengusir rasa aneh di hatinya yang tiba-tiba datang tanpa dia tahu penyebabnya.
Hatinya merasa tidak nyaman saat setelah dia bertemu dengan tiga pria didalam lift, ada rasa asing baru, yang sulit dia ungkapkan dengan kata-kata, hanya saja rasa itu membuatnya terus merasa gelisah. Pandangan mata pria paruh baya dengan tatapan tajam dan terkesan menelisik itu, membuat hati kecilnya seolah juga ikut merasa penasaran.
Raina menikmati dessert yang sudah terhidang didepannya, dibandingkan menghabiskan menu utama yang masih separuh, padahal tujuannya kemari adalah karena dia merasa sangat lapar, tetapi ketika berada disini, semua rasa laparnya menguar setelah dia makan beberapa suap, pikirannya terus mengingat bagaimana tatapan mata berwarna biru safir itu terus tertuju kepadanya.
Sambil membalas pesan dari klien dan rekan seprofesinya, Raina terus menghabiskan dissert dan orange jus yang dia pesan, berusaha mengalihkan pikirannya dari pria paruh baya yang tanpa sengaja dia temui.
Merasa cukup lama berada di sana, Raina pun memutuskan beranjak, setelah memastikan bil-nya masuk ke tagihan atas namanya, dan akan dia bayar saat cek out dari hotel.
Raina berjalan pelan sembari menuju ke kamarnya, saat menunggu pintu lift terbuka, Raina menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Rasa tidak nyaman dalam hatinya belum sepenuhnya hilang, pintu lift terbuka dan saat akan menaiki lift dia tertegun melihat lima pria yang berada didalam lift.
Mata Raina membulat sempurna, melihat siapa saja sosok pria yang berada didepannya saat ini, bahkan dia terdiam beberapa saat hingga membuat pintu lift akan segera menutup kembali, tetapi saat tinggal sedikit lagi pintu itu akan menutup, salah satu pria didalam menghentikannya, dia menekan tombol yang membuat pintu lift itu tidak jadi tertutup.
Pintu lift kembali terbuka sempurna, dan pria paruhbaya yang merupakan asisten Alexander Avram itu membuka suara.
"Apakah anda ingin masuk atau tidak nona?."
Pertanyaan Pedro dengan aksen Inggris itu membuatnya mendongak. Gelagapan, Raina seakan tersadar dari lamunannya. Dia melangkah masuk setelah berperang dalam hatinya sendiri, untuk memilih masuk atau tidak. Ketidaksengajaan macam apa ini, hingga terus berulang, dan yang membuatnya lebih syok adalah karena keberadaan Aksa didalam sana.
Ya pria yang berusaha membuka kembali pintu lift adalah Aksa, membuatnya bingung dan linglung, tetapi dia mengikuti hati kecilnya yang mengatakan, "Masuklah tidak apa, semua akan baik-baik saja."
"Terimakasih." Ucap Raina sembari membungkukkan badannya, dia memilih tetap melakukan itu hingga suara Aksa memenuhi indra pendengarannya.
"Apa kabar Rain?"
"Hah... emmm.... Ba-baik, aku baik."
Jawab Raina dengan gagu, karena jantungnya berdegup cepat, membuatnya sulit mengucapkan kata.
"Mas Aksa gimana kabarnya?"
Balas Raina lirih, dia berusaha menanyakan pertanyaan basa-basi supaya tidak terkesan cuek.
Sementara pria paruh baya dan yang lainnya terlihat menyimak obrolan mereka berdua, Mereka sama sekali tidak menyangka jika Raina merupakan orang Indonesia. Setidaknya dari cara bicara dan aksen Raina yang membuat mereka yakin jika dia orang Indonesia sama seperti istrinya.
Avram dibuat terkejut saat mendengar obrolan mereka, meskipun begitu dia bersikap biasa karena tidak ingin membuat kecurigaan sedikit pun. Dia mengamati semua gerak gerik Raina, terutama pada pergelangan tangannya.
Tetapi rupanya apa yang dia cari, tidak dia temukan di kedua pergelangan tangan gadis bernama Raina itu, membuat Avram merasa jika kebahagiaan yang tadi sempat dia rasakan menjadi menghilang begitu saja, berganti dengan lubang baru didalam hatinya.
Berbeda dengan sang ayah, Dimitry lebih tertarik melihat bagaimana cara Aksa bersikap dan menatap gadis yang baru saja menaiki lift bersamanya.
Di kedua pasang mata itu jelas terlihat bagaimana perasaan sang pemiliknya, tatapan itu begitu teduh dan penuh cinta. Dimitry tersenyum samar melihat bagaimana reaksi Raina yang juga menatap penuh kekaguman.
"Kita bertemu lagi Rain, ku rasa kita perlu bicara setelah ini, aku tidak menerima penolakan dari mu."
Ucap Aksa final, dia sengaja tidak memberikan kesempatan pada Raina untuk menghindarinya lagi kali ini.
Raina hanya diam, tanpa menjawab, dia menggigit bibir bawahnya, rasa gerogi dan bingung kembali menyeruak dalam hatinya, membuatnya hanya diam, karena terlalu takut jika Aksa menyadari suaranya yang bergetar.
.......
Aksa menekan beberapa kali tombol bel didepan pintu kamar hotel tempat Raina menginap. Tidak sulit bagi Aksa mencari keberadaan Raina dihotel itu, dengan kuasanya dia dengan cepat mendapatkan informasi.
Raina yang sedang melamun karena kejadian didalam lift tadi benar-benar mengganggunya, seketika terlonjak saat mendengar bel didepan pintu kamarnya, dia bergegas membukakan pintu dan perasaannya semakin kacau saat melihat sosok pria yang sangat dia rindukan beberapa bulan terakhir ini.
"Kenapa lama sekali membukakan pintunya?"
Ucap Aksa terlihat sedikit gusar, matanya melihat kearah dalam sembari berusaha mencari seseorang, dia masuk tanpa izin, dan room tour sesuka hatinya, Aksa bernafas lega saat tidak mendapati siapa pun berada dikamar itu terkecuali Raina.
"Apa yang mas Aksa cari sebenarnya?"
Tanpa Raina penasaran
Tetapi kelihatannya Aksa sama sekali tidak tertarik untuk menjawab pertanyaan Raina. Dia lebih suka melihat kedalam netra coklat gelap milik perempuan yang sangat dia rindukan, selama beberapa bulan, Aksa sungguh sangat tersiksa dengan rasa rindu itu.
Tanpa kata, Aksa menarik Raina kedalam pelukannya, mendekapnya hangat, seolah berusaha menyalurkan rasa rindunya yang sudah sangat menggunung.
"Aku merindukan mu, sangat.... "
Ucap Aksa dengan tanpa melepaskan pelukannya, dia menghirup aroma tubuh Raina yang membuatnya merasa tenang.
Sementara Raina hanya terdiam, dia mematung karena sangat terkejut dengan perlakuan Aksa yang demikian.
Aksa membawanya duduk di sofa, dia tak henti mengulas senyum dan mengelus pipi Raina yang lebih tirus dari pada terakhir kali dia bertemu.
"Mulai saat ini, kau milik ku, aku tidak menerima penolakan apa pun, karena aku tidak butuh izin dari mu."
Sikap diktator Allard menurun pada Aksa, begitulah seharusnya karena buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.
"Apa maksud mas Aksa?"
Jawab Raina polos, dia bingung dengan ucapan Aksa yang sangat jelas. Tetapi karena degup jantungnya yang menggila membuatnya tidak bisa berpikir jernih.
"Kau ingat bukan, saat perpisahan kita terakhir kali, kau mengatakan apa? atau sekarang kau akan mengingkari ucapan mu hem?." Aksa menelisik kedalam netra Raina, dia menatap lekat wajah manis yang membuatnya selalu merindu itu.
"A-aku.... Tapi kita berbeda mas...."
"Syuuuttt..... sudah ku bilang kan, aku tidak menerima penolakan dari mu, dan aku tidak perlu izin mu untuk memberi label, jika mulai sekarang kau adalah milik ku, Raina Ghiska Zoya."
Aksa menempelkan jari telunjuknya didepan bibir ranum Raina, sembari memberikan tatapan intens dan terkesan mengintimidasi. Membuat Raina terperangah heran dengan sikap sang pewaris Dennison Group itu.
........ Bersambung ........
Hai... Selamat malam semua... Maaf baru bisa Up lagi... Jangan lupa ksih smangat author yaa... Dengan like, comen dan vote... Malasih banyak sayang... 😘😘😘😘😘☺☺☺☺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Tamnu Qoshdy
semoga sehat selalu author...
2022-10-10
1
Watik Yd
duh knpa aq yg baper😘😘👍💪💪
2022-10-01
1
Tamnu Qoshdy
𝙠𝙖𝙣𝙜𝙚𝙣𝙣𝙮𝙖𝙖𝙖𝙖..... 𝙖𝙠𝙨𝙖 >𝙧𝙖𝙞𝙣𝙖
𝙖𝙫𝙧𝙖𝙢>𝙨𝙞𝙖𝙥𝙖 𝙙𝙞𝙖?.....
𝙡𝙖𝙣𝙟𝙪𝙩 𝙩𝙝𝙤𝙧..
2022-09-30
2