Pagi hari disambut dengan hawa dingin karena kota Seoul diguyur hujan lebat, membuat siapa pun lebih memilih merapatkan selimutnya, karena kebetulan hari ini adalah weekend.
Tetapi itu tidak berlaku untuk Aksa, dia bergegas mandi dan bersiap, saat belum satu pun dari anggota keluarganya keluar kamar, dia menuruni anak tangga dengan tergesa, saat hendak menuju pintu utama lantai bawah, dia bertemu mila, kepala pelayan yang sudah mengabdikan dirinya semenjak sang ayah masih remaja.
" Sampaikan pada mommy, aku ada urusan diluar jangan menunggu ku "
Setelah mengatakan hal itu pada kepala pelayan, Aksa terburu-buru menuruti tangga depan menuju gerbang utama, menaiki mobil porsche hitam salah satu koleksi miliknya, dia melaju dengan kecepatan sedang karena mengingat hujan yang turun cukup lebat.
Sampai di Penthouse Aksa langsung mencari keberadaan Mina. Semalaman dia tidak bisa tidur nyenyak karena memikirkan kondisi gadis yang dia bawa ke penthouse miliknya.
" Bagaimana keadannya Mina, apakah dia sudah bangun? "
" Keadannya masih sangat buruk tuan, dia menolak makanan yang saya bawakan, hanya meminum jus yang saya buatkan, tetapi obatnya sudah diminum "
Aksa menghela nafas lelahnya, dia tahu harusnya gadis ini mendapatkan pertolongan dirumah sakit, tetapi karena keterbatasannya tadi malam membuatnya berpikir dua kali untuk membawa gadis itu ke rumah sakit.
Aksa berjalan memasuki kamar tempat Raina berada, dia membawa Raina ke kamar tamu yang letaknya bersebelahan dengan kamar pribadinya.
Ceklek...
Pintu terbuka, dan aksa melihat seorang gadis terbaring masih lengkap dengan selang infus, matanya terpejam, wajahnya pucat dan lingkaran hitam terlihat jelas disekitar matanya.
Aksa mendekat, mengamati gadis dengan piyama tidur milik Mina sang pelayan. Karena memang di penthouse Aksa tidak menyimpan pakaian wanita, berbeda dengan sang ayah dan iparnya saat belum menikah.
Mereka seolah berlomba menciptakan rekor dengan teman kencan terbanyak, Aksa tifak tertarik dengan wanita mana pun, hingga membuat sang daddy dan mommy-nya khawatir.
Sang mommy berulang kali mengatakan akan menjodohkannya dengan anak sahabatnya yang berasal dari Indonesia, tetapi Aksa selalu menolak baginya, perasaannya adalah miliknya, dan tidak ada yang boleh ikut campur untuk urusan hati.
Aksa duduk di sisi ranjang tempat berbaring Raina, dia melihat dengan teliti sudut bibir yang terdapat darah yabg sudah mengering, beberapa lebam kebiruan di dahinya.
Saat melihat gadis itu seperti ini jantungnya berdesir, ada rasa baru yang sulit untuk dia ungkapkan, rasa iba, rasa tak tega jika dia berada jauh, atau mungkin lebih tepatnya tidak rela.
" Apa yang salah pada ku, mengapa perasaan ku kacau saat melihat mu seperti ini, meskipun kita belum saling mengenal, "
Meskipun Aksa sudah memeriksa data diri Raina, tetapi dia sesungguhnya belum mengenal sosok Raina, dia hanya mengetahui jika Raina adalah warga negara Indonesia.
" Raina Ghiska Zoya, nama yang indah "
Ucap Aksa pelan, meskipun seseorang yang di ajak bicara sedang memejamkan mata, lama Aksa menunggu hingga Raina terlihat melenguh dia membuka mata sembari meringis, merasakan sekujur tubuhnya yang terasa remuk. Sungguh pengalaman yang mengerikan batinnya.
" Hey... sudah bangun? "
Raina terkejut saat mendengar suara bariton seorang pria disampingnya, sontak dia lekas menoleh, dan benar saja ternyata seseorang tidak asing yang wajahnya sempat dia lihat sebelum akhirnya dia tidak sadarkan diri semalam ada disampingnya.
" A-anda..... "
Dengan sedikit terbata Raina berusaha mendudukkan dirinya tetapi karena tubuhnya sedang tidak baik-baik saja, akhirnya membuat dia meringis.
" Tidak usah bangun, berbaring lah "
Ucap Aksa dengan formal, karena dia merasa sedikit canggung. Tetapi Raina kekeh ingin tetap duduk alhasil aksa membantunya menaruh bantal fi belakang punggungnya.
" Terimakasih tuan, sudah menyelamatkan saya... "
Ucap Raina dengan wajah tertunduk, dia terlalu malu, apa lagi saat dia mengingat jika baju yang dia kenakan malam itu telah sobek. Raina membuang pandangannya ke segala arah terkecuali ke arah Aksa.
" Bagaimana kondisi mu? "
" Ba-baik tuan... saya sudah lebih baik, "
" Syukurlah.... "
Raina kemudian mengangkat dagunya, dengan ekspresi sedikit terkejut, karena dia mengingat penerbangannya dalam waktu dua jam lagi. Dia bergerak gelisah, bagaimana dia bisa pulang jika saat ini badannya sedang terasa remuk.
" Ada apa? apa kau pikirkan? "
" A.. saya... ada jadwal penerbangan dua jam lagi tu-tuan "
Aksa tampak mengeryitkan dahinya saat dia memahami maksud perkataan Raina.
" Kau akan melakukan penerbangan dengan kondisi seperti ini? "
" Tapi... itu sudah tiket yang diberikan oleh perusahaan untuk saya "
" Perusahaan, oh... ya visa mu, visa kerja bukan? kau bekerja dimana? "
Raina terkejut saat mendengar ucapan Aksa, karena seingatnya dia belum mengatakan itu pada siapa pun.
" Anda.... "
" Maaf aku lancang membuka identitas mu, tapi... tadi malam aku bingung akan mengantar mu kemana, ternyata kau orang Indonesia "
" aa.... y-ya, saya asli Indonesia, saya kemari karena urusan pekerjaan, jadi tidak bisa meng-cancel jadwal penerbangan "
" Mengapa tidak bisa? harusnya itu bisa dilakukan, dimana kau bekerja "
" Tidak bisa tuan, jika di cancel artinya, aku harus membeli tiket pulang sendiri "
Raina menjawab dengan nada rendah diakhir kalimatnya, hingga saat ini, dia masih harus pintar-pintar mengatur keuangannya, karena dia masih harus membayar biaya kos, dan lagi dia harus menabung untuk bisa membeli rumah untuk tempat tinggalnya, karena pekerjaannya di kota, jadi dia tidak bisa tinggal di desa di tempat dia berasal.
" Memangnya kenapa jika kau harus membayar tiket pulang mu sendiri? apa kau... "
" Aku tidak sekaya itu tuan, harga tiket itu lumayan, bisa ku gunakan untuk membayar biaya kos ku beberapa bulan "
Aksa tercengang mendengar ucapan Raina, bagaimana bisa, orang bekerja hingga keluar negri, tetapi masih tidak mampu membeli tiket pulangnya sendiri.
" Apa sebenarnya pekerjaan mu? "
Tanya Aksa dengan raut wajah curiga, awalnya dia menyangka, mungkinkah Raina ini sugar baby atau semacamnya, karena melihat penampilannya yang stylish cantik, tapi tidak terlalu kaya.
" Aku MUA, aku kemari untuk merias salah satu artis yang jadi brand ambasador salah satu produk baru dari Magic Cosmetic "
" Magic Cosmetic? are u serious? "
Aksa masih tidak percaya, nyatanya gadis ini bekerja sebagai perias artis dari produk baru kakak perempuannya Cheyra.
" Ya, apa tuan tidak percaya? bahkan aku sudah bertemu dengan owner-nya kemarin "
" K-kau bertemu owner-nya? "
" Ya, kenapa? "
" Nothing "
" Aksa,.. "
Tiba-tiba Aksa menjulurkan tangannya kehadapan Raina, dengan memperkenalkan namanya. Dengan ragu-ragu Raina menjabat tangan Aksa, dengan sedikit mengernyit karena punggung tangan kanan Cheyra terdapat memar dan sedikit membengkak, saat dia jatuh karena dilemparkan oleh preman semalam.
" Raina... anda pasti sudah mengetahui nama lengkap saya bukan? "
" Ya... Raina Ghiska Zoya... "
Aksa mengangguk mantap sembari menatap intens wajah yang berfokus pada netra Raina, membuat yang ditatap sedemikian rupa menjadi salah tingkah.
(" Ada apa ini, kenapa jantung ku berdebar kencang ")
Batin Raina, tetapi dia berusaha bersikap biasa, dan memaksakan senyumnya yang terkesan seperti terpaksa.
Setelah pembicaraan itu, Raina tetap kukuh ingin pulang sesuai jadwal awal, tetapi Aksa tetap tidak mengizinkan dengan mengatakan akan menahan pasport dan visa Raina, hingga dia benar-benar sembuh.
" Pulanglah saat kau sudah benar-benar pulih, aku yang akan membelikan tiket untuk mu"
Ucap Aksa final setelah perdebatan yang cukup alot, Aksa menyudahinya dengan perkataan tegasnya, setelah itu dia berjalan keluar meninggalkan Raina yang sedang menggerutu karena sikap diktator Aksa.
............... Bersambung ..............
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
bukan diktator sih, cuma tegas aja mengingat kondisi Raina aja
2023-01-15
1
fahmi
👍👍👍👍👍
2023-01-02
1
Watik Yd
ikutin ajlah ,tenang aj ad babang ganteng 😁
2022-10-01
1