Raina mengikuti kegiatan pelatihan, pagi hingga siang dia mendengarkan penjelasan dari tutor dan make up artis yang namanya tidak diragukan lagi, sementara siang hingga sore para peserta diwajibkan untuk mempraktekkan apa yang telah dipelajari tadi, dan tema make up kali ini adalah make up hang out yang sederhana.
Raina mendapatkan model salah satu mahasiswa dari indonesia yang sedang kuliah di Seoul, karena dia hanya mempunyai modal pas-pasan, hingga membuatnya tidak bisa membayarkan tiket pulang pergi untuk sang model jika dia membawanya dari Indonesia.
Alhasil dia mendapatkan koneksi, mencarinya melalui sosial media dan ternyata mahasiswi itu bersedia untuk dijadikan model oleh Raina. Nanti dia akan memberikan sedikit tanda terimakasih pada model yang telah mau dia ajak kerjasama.
Rani namanya, dia asli Jakarta, memiliki tubuh yang ideal, berkulit putih sedikit coklat membuat Raina tidak terlalu sulit untuk memilih make up yang cocok untuk jenis kulit seperti Rani.
Tidak membutuhkan waktu lama, karena Raina sudah terbiasa kerja cepat dan dikejar waktu, sisa waktu yang hanya tinggal tiga puluh menit ia gunakan untuk merapikan dan memilih pakaian yang cocok untuk dikenakan Rani.
Setelah semuanya selesai, para model mulai berjalan untuk memamerkan riasan masing-masing negara, setelah sebelumnya telah diadakan penilaian ditempat. Saat ini saatnya sang model berjalan di catwalk layaknya model busana.
Saat Rani berjalan, banyak dari para peserta maupun juri yang memberikan applause untuknya, hal itu membuat Raina merasa terharu.
Tiba saatnya pengumuman pemenang, Raina berada diurutan kedua setelah Korsel tentunya, karena diakui Raina make up-nya jauh lebih flowless dibandingkan yang lain.
Raina menaiki panggung dengan mata berkaca-kaca akhirnya, dia bisa berada pada posisi ini meski tanpa seorang keluarga pun disampingnya.
Rasa haru tak bisa lagi dia bendung saat buket bunga dan simbol hadiah uang tunai dia terima dari salah satu Artis senior Korsel, membuat air matanya jatuh, kali ini dia gagal membuat bendungan, karena nyatanya bendungan itu jebol.
Dia berada dititik ini, tapi dia tidak tahu dia akan berbangga diri pada siapa. Raina tersenyum miris mengingat jika saat ini dia hanya seorang diri di negara asing.
Meskipun saat selesai acara Rani bersedia menemaninya pergi kemana pun yang Raina inginkan. Usia Raina dua tahun dibawah Rani jadi keduanya sangat nyambung jika mengobrol.
Rani kembali ke apartemennya, karena Raina mengatakan akan menghubunginya jika dia membutuhkan teman. Sementara Raina sendiri keluar dari ballroom dan menuju ke kamar yang telah dia pesan.
Kamarnya berada dilantai sepuluh membuatnya harus menaiki lift untuk sampai ke kamar tanpa lelah. Raina berjalan dengan membawa peralatan make up-nya di dalam tas berbentuk seperti koper kecil, dan membawa tas serta bunga dan simbol uang tunai yang dia dapatkan tadi.
Membuatnya terlihat kewalahan karena barang yang dibawanya terlalu banyak. Dia menekan tombol di lift dan harus menunggu. Saat lift terbuka, didalamnya sudah ada tiga orang laki-laki, dua pria paruh baya dan satu orang pria berumur dua puluhan, ketiga pria itu menepi untuk memberikan Raina tempat, mengingat barang yang dibawa Raina cukup banyak.
Raina memasuki lift tapi sayangnya bunga dan simbol yang dia bawa terjatuh karena membentur pintu lift. Raina membawa tas dan kopernya untuk masuk terlebih dahulu, baru dia akan mengambil bunganya.
Tetapi saat Raina akan berbalik bunga dan simbolnya sudah berada tersodor depannya, Raina menatap pria dengan netra berwarna biru bening itu terlihat menawan.
Pria itu mengangguk sembari memberikan bunga yang berada ditangannya, Raina mengambilnya sambil mengucapkan terimakasih.
"Thank you"
Pria itu hanya mengangguk, tetapi tidak dengan pria paruh baya yang berada tepat didepan Raina, dia terus menatap lekat gadis yang berada didepannya dengan alis hampir bertaut sempurna.
Raina yang ditatap sedemikian rupa itu hanya bisa diam, meskipun rasa tidak nyaman kian menggerogotinya, tetapi dia mencoba untuk bersikap biasa dan tidak menoleh sedikitpun.
Sampai pada lantai yang dituju Raina keluar, tetapi siapa sangka jika ternyata tiga pria itu ikut keluar dari lift. Raina mencoba tidak perduli dan terus berjalan menuju kamar yang dia tuju.
Meskipun sedikit kesulitan karena membawa barang yang banyak, tetapi akhirnya dia bisa sampai di kamarnya, saat Raina akan memasuki kamarnya, dia melihat pintu depannya juga terbuka, pria paruh baya itu ternyata menempati kamar yang berada tepat didepan kamarnya, dan pria yang menolongnya mengambil bucket bunga itu membuka pintu kamar tepat di samping kamarnya.
Meskipun merasa sedikit aneh Raina berusaha mengabaikan hal itu, dia masuk ke kamarnya. Badannya terasa sangat lelah dan ingin segera mandi, dia ingin berendam air hangat, mumpung bisa melakukannya dengan fasilitas hotel.
Selesai dengan rutinitasnya, Raina ingin menuju restoran hotel, karena perutnya merasa sangat lapar. Dia memakai celana jins dan kemeja all size yang pas terlihat pas di badannya yang kecil, Raina hanya membawa tas kecil ditangannya.
Sembari menunggu makanan pesanannya datang, dia melihat malam kota Seoul, Raina yang duduk disebelah dinding kaca itu terlihat termenung, banyak pikiran yang berkecamuk dalam kepalanya.
Tanpa Ia sadari, ada sesosok pria paruh baya yang menatapnya dengan pandangan sulit untuk diartikan. Hingga membuat client yang berada tepat didepannya ikut menoleh dan memandang kearah Raina berada.
Aksa hampir tidak percaya, apa yang dilihatnya ini, dia berulang kali mengedipkan matanya, memastikan apa yang dilihatnya adalah nyata, bukan segedar halusinasi-nya saja.
"Raina!"
Saat itu juga atensi pria yang berada satu meja dengannya melihat ke arah Aksa yang menyebut nama seorang gadis. sedangkan tatapan mata Aksa tidak lepas dari Raina yang sedang termenung dalam diam.
"Anda mengenalnya tuan Aksa?"
"Ya, aku mengenalnya jawab Aksa mantap." Pandangan matanya belum teralihkan dari sosok seorang gadis yang sedang menyendiri diantara hiruk pikuk restoran Secret Hotel.
Aksa ingin menghampirinya, tetapi karena saat ini pria tersebut sedang bersama rekan bisnisnya, membuatnya urung melakukan hal itu. Pandangannya beralih pada tuan Alexander Avram.
Ya, ketiga pria itu merupakan Alexander Avram beserta asistennya, dan sang anak Dimitry Alexander.
"Anda mengenalnya tuan?" Tanya Aksa tanpa basa basi.
"Tidak," Jawab Alexander, dengan tatapan mata masih terus menatap Raina, membuat Aksa yang melihatnya keheranan.
Raina makan dalam diam, karena dia hanya sendiri, bahkan ponselnya yang sejak tadi terus berdering itu sengaja dia senyapkan, Ia dibanjiri ucapan selamat, sesaat dia meng-Upload foto dirinya yang sedang mendapatkan penghargaan nomor dua se-Asia itu.
Terlalu lelah, meskipun begitu banyak ucapan selamat, tetapi dia masih merasa hampa, itulah yang dinamakan didalam keramaian masih merasa sepi, karena nyatanya hatinya saat ini terasa hampa.
.......... Bersambung ...........
Hai... Maaf semuanya telat Up, rencananya novel ku yang ini juga tidak akan banyak bab yaa... Hanya sampai 70-an jadi ikutin terus... dukung terus karya ku dengan cara Vote, like n comen... Jan lupa klik tanda love-nya masukin favorite ☺☺☺
Makasih.... ☺☺☺🙏🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
fahmi
nahhhh ini dia
2023-01-02
1
Anin Nafila
yes ..mafia ketemu mafia ...
2022-10-06
1
Watik Yd
ini yang ku suka bab ngk terlalu panjang,tpi baguuuus
2022-10-01
1