Matahari mulai tenggelam, mobil Jamie terparkir di halaman rumah keluarga Takahashi. Jamie datang untuk menjemput istrinya, Olivia. Dia diperintahkan oleh ayahnya untuk menjemput menantu kesayangannya. Sejujurnya, Jamie lebih senang Olivia tinggal bersama orang tuanya, tapi dia harus menjemput istrinya itu untuk menghindari cibiran orang lain.
"Kita sudah sampai,tuan. Anda tidak turun?"tanya ajudannya.
"Huft...(Jamie menghela nafas sejenak). Sebenarnya aku males kesini,Lee. Tapi apa daya, aku harus menjemput Olivia yang sekarang sudah menjadi istriku."
"Tuan, terimalah pernikahan ini dengan ikhlas. Mungkin di awal pernikahan, tuan tidak mencintainya tapi berusahalah menjadi suami yang penyayang dan bertanggung jawab. Seiring waktu, benih-benih cinta akan muncul dan tuan pasti akan mencintai Nona Olivia segenap jiwa dan raga."ucap ajudan Lee.
"Mengapa kamu seyakin itu?"
"Karena nona Olivia itu salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Dia cantik, kaya, pintar, dermawan, ramah, dan penuh perhatian."jawab Lee.
"Wah...Hebat sekali! Kamu bisa berbicara seperti itu tentang istri majikanmu. Apa kamu menyukainya?"tanya Jamie dengan nada kesal.
"Kalau saya bilang saya suka dengan Nona Olivia, bagaimana tuan?"
"Jika kamu berani suka dengan istriku, aku cekik lehermu sampai habis nafasmu! Dengar itu, Lee!"Jamie membuka pintu mobil kemudian dia turun dari mobil dan membanting pintu mobilnya itu.
"Tuan tuan...(Lee menggelengkan kepalanya). Sikapmu mudah di tebak! Bilang saja kalau suka sama Nona Olivia, tapi kamu malu untuk mengungkapkannya."ucap Lee sambil tertawa di dalam mobil.
Jamie berjalan menuju pintu utama rumah keluarga Takahashi. Dia merapihkan jasnya sebelum menekan bel pintu rumah tersebut. Belum sempat menekan bel, pintu tersebut sudah dibukakan oleh Nyonya Takahashi.
"Eh, Jamie. Kamu sudah lama sampai?"tanya Nyonya Takahashi.
"Selamat sore,nyonya. Saya baru saja sampai."jawab Jamie.
"Jangan panggil aku 'nyonya'. Aku ini ibunya Olivia, istrimu, berarti aku juga orang tuamu. Panggil saja Ibu, sama seperti Olivia memanggilku."
"Baik, ibu."
"Ayo, masuk! Kami sudah menunggumu dari tadi."
Nyonya Takahashi menuntun Jamie menuju ruang makan. Di ruangan itu, Tuan Takahashi, Olivia dan Mario beserta istrinya sedang duduk di meja makan. Olivia yang melihat kedatangan Jamie, bangkit dari duduknya dan menyambut Jamie dengan mencium tangan kanan suaminya itu.
"Selamat sore, suamiku."ucap Olivia.
Jamie yang mendapat perlakuan istimewa dari Olivia tak bisa berkata-kata. Dia berdiri kaku dan menatap Olivia dengan takjub.
Dia merasa, baru kali ini ada wanita yang menghormati dan memperlakukannya dengan istimewa. Selama ini wanita-wanita yang mendekatinya hanya menginginkan harta dan kekuasaan yang dimilikinya.
"Wow! Suamiku. Kamu tidak pernah menyapaku dengan kata-kata itu, Miyuki."Ledek Mario sambil menatap tunangannya.
"Setiap pasangan punya panggilannya masing-masing."ucap Miyuki.
"Dulu waktu ayah dan ibu baru menikah, kami saling memanggil dengan sebutan cintaku. Ibu rasa itu hal yang wajar."sahut Nyonya Takahashi.
"Kamu saja yang iri,Mario!"sambung Nyonya Takahashi.
"Untuk apa aku iri? Aku sudah lebih dulu menikmati malam pertama dibandingkan mereka. Mereka malam pertama di rumah sakit, apa nikmatnya!"sindir Mario.
Mendengar ucapan Mario, Olivia dan Jamie hanya bisa menundukkan kepala mereka.
"Sudah sudah! Lebih baik kita segera menyantap makanan yang sudah di hidangkan oleh koki Ho. Ayah sudah sangat lapar menunggu kedatangan menantu kesayangan ibumu!"sindir Tuan Takahashi.
Jamie menuntun Olivia untuk kembali duduk di kursinya, setelah itu dia duduk di samping istrinya itu. Mereka semua menyantap makan malam dengan penuh lahap.
"Apa kamu suka dengan makanan yang kami hidangkan, Jamie?"tanya Nyonya Takahashi.
"Iya, makanannya sangat lezat sekali, nyonya. Aku sangat menyukainya."
"Syukurlah."jawab ibu mertuanya.
"Jamie, kalau kamu sudah makannya temani aku mengopi di ruang kerja."
Jamie terkejut dengan permintaan ayah mertuanya itu. Dia berharap setelah makan malam ini, dia bisa langsung membawa istrinya pulang, tapi ternyata tidak sesuai yang dia harapkan.
"Aku sudah selesai, tuan."jawab Jamie.
"Mengapa kamu memanggilnya 'tuan', panggil saja 'ayah' dia orangtua mu juga."ucap ibu mertuanya.
"Biarkan saja kalau dia memanggilku 'Tuan Takahashi'. Aku pun tak melarangnya, jika dia memanggilmu 'ibu', ucap sinis tuan Takahashi.
"Ayo, Jamie temani aku mengopi!"ajak ayah mertuanya.
Jamie hanya menganggukkan kepalanya, kemudian dia menatap wajah Olivia.
"Aku temani ayahmu dulu."ucap Jamie.
"Ok."jawab Olivia singkat.
"Saya permisi dulu Mario, Miyuki dan ibu mertua."sapa Jamie.
Jamie beranjak dari kursinya dan pergi meninggalkan mereka berempat.
Mario melihat wajah Olivia yang sedang menatap kepergian Jamie.
"Dia tidak akan pergi jauh, dia hanya pergi ngopi dengan ayah. Jangan bersedih begitu!"ledek Mario.
"Aku tidak sedih!"sahut Olivia.
"Lalu, kenapa kamu menatap suamimu seperti itu?"
"Aku hanya bingung kenapa ayah tiba-tiba mengajak Jamie ngopi? Setahu aku, ayah tidak suka kopi. Dia lebih suka secangkir teh hangat."
"Oh, iya. Benar juga ucapanmu."
"Hmm, mungkin ayah ingin ngobrol penting tapi santai dengan suamimu. Biarlah mereka berbicara antara para lelaki."ucap ibu.
"Kalau obrolan tentang laki-laki, kenapa dia tidak ikut?"Olivia menunjuk ke arah Mario.
"Jangan-jangan suamimu itu tidak seperkasa seperti ucapannya, Miyuki."ledek Olivia.
"Hei! Hei! Aku ini lelaki tulen! Mau aku tunjukkan sekarang juga? Oke kalau begitu!"Mario berusaha membuka resleting celana jeansnya namun tindakannya tersebut di halangi oleh istrinya.
"Tenang sayangku...tenanglah! Adikmu itu hanya iri karena kita lebih dulu menikmati malam pertama padahal kita belum mengikat janji suci, hihihi..."ucap Miyuki sambil tertawa kecil.
"Bilang saja kamu iri! Dasar anak kecil!"sindir Mario.
"Sudah, sudah! Kalian ini kalau bertemu seperti anjing dan kucing. Selalu saja bertengkar! Ibu mau ke kamar dulu. Pusing mendengar kalian bertengkar!"Nyonya Takahashi beranjak dari kursinya.
Saat hendak berjalan keluar dari ruang makan, dia berpapasan dengan Albert, ajudan suaminya.
"Permisi Nyonya."
"Ada apa,Albert?"
"Saya disuruh tuan besar untuk memanggil tuan muda Mario."
"Ada apa ayah memanggilku?"tanya Mario penasaran.
"Saya kurang tahu. Tuan besar hanya menyuruh saya untuk membawa Tuan Mario ke ruang kerjanya sekarang."
"Apa kamu melakukan kesalahan,kak?"tanya Olivia penasaran.
"Aku tidak melakukan keburukan selama tiga bulan ini. Aku yakin itu."jawab Mario meyakinkan semua orang.
"Jangan kalian membuat persepsi masing-masing! Lebih baik kamu segera ke ruang kerja. Jangan sampai ayahmu menunggu lama, nanti dia marah. Kamu tahu kan apa yang akan terjadi jika dia marah."
"Eh, baik ibu. Aku akan ke ruang kerja ayah sekarang juga."
"Aku tinggal dulu, sayangku. Mengobrollah dulu dengan Olivia dan ibuku. Aku hanya sebentar."ucap Mario kepada tunangannya.
"Baik,sayangku. Aku akan selalu menunggumu."jawab Miyuki.
Mario berjalan mengikuti Albert menuju ruang kerja Tuan Takahashi.
Di dalam hatinya, Olivia masih penasaran dengan topik yang akan dibicarakan oleh ayahnya dengan Jamie dan Mario. Dia ingin sekali mencari tahu apa saja yang dibicarakan oleh ketiga laki-laki itu tapi dia lebih baik menunggu salah satu laki-laki itu berbicara langsung kepadanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments