Setelah kepergian Olivia, ajudan Lee datang menghampiri tuannya dan meminta kedua pelayan hotel segera meninggalkan kamar tersebut.
"Apa kamu dengar yang tadi kami bicarakan,Lee?"tanya Jamie kepada ajudannya.
"Iya, tuan."jawab singkat Lee.
"Dia meminta surat perjanjian pernikahan. Aku tidak sama sekali memikirkan hal itu."
"Apa tuan ingin membuatnya sekarang?"
"Tidak, Lee."
"Mengapa tidak,tuan? Tuan tidak mencintai Nona Olivia. Ayah tuan menjodohkan kalian berdua. Lagipula tuan masih punya perasaan dengan Nona Helena, bukan?"
"Lee, aku akan jujur kepada mu. Setelah kita ke apartemen Helena waktu itu, aku menyadari bahwa Helena bukanlah wanita baik-baik untuk ku seperti yang dulu almarhumah ibuku pernah bilang. Selama ini aku dibutakan oleh cinta, sehingga aku menentang banyak orang termasuk ayah dan ibuku. Saat pertama kali aku bertemu dengan Olivia, aku melihat dia wanita baik-baik, cerdas, jujur dan sederhana. Dia berasal dari keluarga kaya raya tapi dia tidak pernah memamerkan kekayaan keluarganya. Aku menyukai kesederhanaannya itu. Berbeda dengan Helena, dia memiliki nasib yang malang dari kecil sehingga dia berambisi untuk menjadi kaya dengan jalan yang haram."ucap Jamie.
"Aku menerima perjodohan ini karena aku ingin belajar mencintai Olivia dan melupakan Helena. Benih-benih cinta baru terasa saat aku terjebak dalam satu ruangan dengan dirinya. Aku merasakan kelembutan, kenyamanan dan kehangatan berada di dekatnya."sambung Jamie.
"Saya sangat bersyukur jika tuan mulai muncul benih-benih cinta kepada Nona Olivia."jawab Lee.
"Tapi Lee..."
"Tapi apa tuan?"
"Jika aku sudah jatuh cinta dengan Olivia, aku takut dia akan kembali ke pelukan mantan kekasihnya itu. Dia bisa datang kapan saja,kan?"
"Kalau tuan takut kehilangan Nona Olivia, lebih baik tuan menjaga dan merawat benih-benih cinta itu, agar Nona Olivia juga tidak meninggalkan tuan. Saya yakin cinta kalian akan kuat dan abadi."
"Begitukah menurutmu?"
"Iya, tuan."
"Aku kok ragu, ya?"
"Kenapa anda bicara begitu?"
"Kata-kata mu bijak sekali seperti orang yang sudah banyak pengalaman dalam percintaan tapi... Mengapa sampai saat ini kamu masih jomblo? Aku tidak pernah dengar kamu dekat dengan wanita mana pun?"tanya Jamie penasaran.
"Eng itu...itu...karena..."jawab Lee ragu-ragu.
"Jangan-jangan kamu homo?! Iihh... Aku jadi takut sama kamu! Aku normal loh Lee, hanya aku belum pernah bercinta dengan gadis yang tepat saja!"ucap Jamie sambil berdiri ketakutan.
"Aku ini lelaki normal! Aku juga suka wanita, tuan! Tapi aku sangat selektif dengan wanita yang akan menjadi kekasihku nanti!"jawab Lee kesal kepada tuannya.
"Aku kok masih belum yakin,ya?"
"Perlu aku buktikan sekarang,tuan?"Lee menantang tuannya.
"Aku hanya becanda, kamu kok jadi emosi? Hahahahaha..."Jamie tertawa dengan lantang sambil berjalan meninggalkan ruangan tersebut.
"Majikan sialan!"gumam Lee dalam hati.
Setelah menghadiri makan malam romantis, Olivia pergi menuju kamar hotel khusus keluarga Takahashi. Dia mendatangi ayahnya yang sedang menyendiri di balkon kamar hotel sambil meminum segelas sake.
"Ayah belum tidur?"tanya Olivia.
"Eh, kamu sudah pulang, sayang?"tanya ayah balik.
"Sudah, ayah. Mengapa ayah minum sake? Ayah harus menjaga kesehatan. Minuman ini tidak bagus untuk kesehatan ayah di umur ayah yang akan menginjak enam puluh tahun."Olivia menasehati ayahnya.
"Maafkan ayah, sayang. Penyakit insomnia ayah kambuh lagi, ayah pikir minum sake dapat membantu ayah tidur."
"Ayah... Aku sayang ayah. Aku ingin ayah selalu sehat agar bisa mendampingiku selamanya."ucap Olivia sambil memeluk erat ayahnya.
"Aahh...anak ku. Aku akan selalu mendampingimu sampai ajal menjemputku. Kamu tahu, kamu itu lebih berharga dibandingkan harta kekayaan yang ayah miliki. Ayah rela melakukan apa saja demi dirimu, sayang."ucap Tuan Takahashi membalas pelukan Olivia.
"Malam ini bolehkan aku tidur disamping ayah dan ibu? Karena malam ini, malam terakhir kita bisa berkumpul."
"Tentu saja, sayangku. Ayo kita menyusl ibu tidur di kamar."ajak Tuan Takahashi.
Olivia dan ayahnya berjalan bersama menuju kamar utama khusus untuk Nyonya dan Tuan Takahashi.
Di hari pernikahan...
Suasana di hotel dimana Jamie dan Olivia akan menikah sangat ramai. Para tamu undangan sangat antusias menghadiri acara tersebut. Para pegawai hotel sibuk mempersiapkan semuanya agar acara perhelatan akbar ini berjalan dengan lancar dan khidmat.
Di sebuah kamar, Jamie sedang memakai sebuah Jas hitam dipadukan dengan kemeja tangan panjang putih yang membuat dia terlihat gagah dan menawan. Di kamar tersebut, Tuan Kudo duduk di kursi roda, menatap wajah putra semata wayangnya. Dia tersenyum memandang Jamie dan sesekali mengeluarkan air mata. Dia berharap ibunya Jamie bisa melihat Jamie menikah dengan wanita yang menurut dia tepat. Jamie mendekati ayahnya dan memeluknya sambil berkata...
"Jangan sedih papa, mama selalu ada di samping kita. Jika kita bahagia, mama pun akan bahagia di surga."
"Iya. Mama mu pasti bahagia melihat mu sekarang. Dia pasti bangga, akhirnya kamu mendapatkan wanita yang tepat."jawab Tuan Kudo.
"Iya, ayah. Aku berdoa semoga ini pernikahan terakhir untuk ku."
"Aamiin. Ayah juga berdoa seperti itu."jawab Tuan Kudo.
Di kamar yang lain, calon mempelai perempuan, Olivia, sangat anggun dan cantik dengan memakai gaun putih berjuntai kristal dan juga mahkota berhias kristal. Tuan Takahashi takjub melihat putrinya sangat cantik mengenakan gaun tersebut.
"Putriku, kamu sangat cantik dan anggun sayang."ucap Tuan Kudo sambil memeluk putrinya.
"Ayah, terima kasih sudah menyayangiku dan menemaniku selama ini."ucap Olivia.
"Aku akan selalu memyayangimu, sayangku."balas Tuan Takahashi.
Mereka berdua keluar dari kamar dan menuju aula hotel untuk melaksanakan prosesi pernikahan. Seluruh tamu undangan sudah datang dan tidak sabar melihat calon mempelai wanita. Begitu juga dengan Jamie yang sangat gugup walaupun ini pernikahan yang kedua baginya.
"Kamu sudah siap, sayang?"tanya Tuan Takahashi.
"Siap, ayah!"jawab Olivia.
"Jangan gugup! Ayah akan memegang tangan mu erat!"
"Iya, ayah."
Mereka berdua berjalan perlahan-lahan menuju altar pernikahan, semua mata tertuju kepada Olivia. Semua orang termasuk Jamie mengagumi kecantikan yang dimiliki Olivia. Sampai di depan altar, Tuan Takahashi menyerahkan Olivia kepada Jamie.
"Aku serahkan putriku kepadamu. Jaga, bahagiakan dan sayangilah dia sebagaimana aku menjaga, membahagiakan dan menyayanginya sejak dia lahir sampai saat ini."ucap Tuan Takahashi.
"Saya akan menjaga, membahagiakan, dan menyayanginya."ucap Jamie sambil menggenggam tangan Olivia.
Olivia tersenyum manis mendengar ucapan ayahnya dan Jamie.
Prosesi pernikahan berjalan dengan lancar. Senyum dari kedua mempelai pun menyebar ke semua tamu undangan. Setelah mengikat janji suci, acara selanjutnya makan malam dan ramah tamah pihak keluarga dengan para tamu.
Di tengah acara, Olivia meminta izin untuk ke toilet kepada Jamie. Jamie menawarkan dirinya untuk menemani Olivia tapi ditolak, karena masih banyak para tamu undangan yang ingin mengucapkan selamat kepada mereka.
Saat bercermin di kaca toilet, tiba-tiba seorang wanita yang memakai tudung dan jaket hitam menghampiri Olivia.
"Selamat atas pernikahanmu, Dokter Olivia."ucap wanita misterius.
"Te-terima kasih nyonya. Maaf apakah aku mengenalimu?"tanya Olivia.
"Aku salah satu pasien mu. Apakah kamu lupa dengan ku?"tanya wanita itu.
Olivia masih berpikir, siapa wanita yang bertudung itu.
"Baiklah. Aku akan membuka tudungku."ucap wanita itu sambil membuka tudungnya.
Alangkah terkejutnya Olivia, wanita misterius itu adalah Helena, mantan istri Jamie. Wajah Helana berubah, tidak putih dan mulus lagi. Terdapat luka lebam biru di pipi kanan dan kiri.
"He-he-lena! A-apa yang terjadi dengan wajahmu?"tanya Olivia.
"Ini hanyalah luka kecil yang bisa terobati. Tapi menikah dengan Jamie, mantan suamiku, itu adalah luka yang tak bisa terobati. Kamu mengambil salah satu sumber mata uangku! Teganya kamu!"ucap Helena dengan emosi.
"Apa maksud mu? Aku tidak merebut Jamie dari mu. Kalian sudah bercerai."jawab Olivia.
"Tutup mulut mu!"Helena menarik tangan Olivia dan mencekiknya, sehingga Olivia kesulitan bernafas.
"Le-le-paskan! Le-le-paskan!"Olivia berusaha untuk melepaskan lengan Helena dari lehernya.
Olivia berusaha mendorong Helena sekuat tenaga dan menendang kaki kirinya hingga Helena jatuh. Olivia berusaha kabur tapi Helena menarik kaki kanab Olivia sehingga dia jatuh tersungkur. Helena mengikat kedua tangan Olivia dengan sebuah kawat, lalu dia menyuruh Olivia untuk berdiri.
Terlihat di cermin toilet, mata Olivia bengkak, hidungnya berdarah dan rambutnya berantakan.
"Sekarang kamu harus turuti kemauanku! Atau aku akan menghabisi nyawamu di malam pernikahanmu!"ancam Helena sambil menjambak rambut Olivia.
"Ayo, jalan! Aku ingin melihat wajah Jamie, ketika aku membunuh istri barunya!"ucap Helena sambil mendorong tubuh Olivia untuk bergerak keluar toilet.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments