Part 3 : Ancaman si duda

"Oh iya Olivia. Saya mau bicara lebih lanjut dengan mama dan papamu. Kamu mengobrol dulu saja dengan Jamie di ruang kerjanya."sambung Tuan Besar Kudo.

"Oh tidak usah,om. Saya tunggu di ruangan ibu saja."jawab Olivia.

"Tidak! Tidak!"sahut Tuan Kudo.

"Jamie! Tolong kamu ajak Olivia ke ruang kerjamu. Ajak dia ngopi dan ngobrol."perintah Tuan Kudo kepada anaknya.

Jamie yang mendengar perintah ayahnya hanya bisa mengangguk.

"Ikutlah dengan Jamie ya, Olivia!"pinta Tuan kudo.

"Ba-ba-ik om... Saya permisi."jawab Olivia ragu-ragu.

Olivia berjalan di belakang Jamie. Jamie membuka pintu ruang kerjanya lalu dengan sengaja menutupnya kembali. Melihat gelagat Jamie yang seperti itu, membuat Olivia sedikit kesal.

"Sabar sabar, Oliv!"ucap Olivia dalam hati.

Olivia membuka pintu ruang kerja Jamie. Saat masuk dia melihat Jamie sudah duduk di kursi kerjanya sambil jari-jarinya memainkan laptop.

Olivia masih berdiri di depan pintu masuk sambil menunggu dipersilahkan duduk oleh Jamie. Tapi malang nasib Olivia, Jamie tidak mempersilahkan dia duduk atau pun melirik ke arah Olivia.

'Tok Tok Tok' bunyi pintu ruang kerja Jamie di ketuk.

"Masuk!"sahut Jamie yang masih menatap laptopnya.

Seseorang pria yang usianya lebih muda dibanding Jamie membuka pintu ruangan dan dia terkejut melihat Olivia masih berdiri di depan pintu masuk ruangan.

"Maaf Nona...maaf saya tidak tahu kalau nona berdiri disini."ucap pria itu.

"Aahh...tidak apa-apa."jawab Olivia.

"Permisi nona..."pria itu berjalan menuju meja Jamie.

Jamie dan pria muda itu berdiskusi dengan serius masalah pekerjaan. Sesekali Olivia melirik mereka berdua sambil sibuk dengan ponselnya.

Sepuluh menit berjalan, Olivia masih berdiri di depan pintu masuk ruangan Jamie. Dua pria tersebut masih sibuk membahas pekerjaan. Tak lama kemudian, masuklah ayah Jamie dan dia sangat terkejut melihat Olivia berdiri.

"Olivia! Kenapa masih berdiri? Ayo duduk,nak!"ajak Tuan Kudo.

"Tidak apa-apa. Saya berdiri saja Om."ucap Olivia.

"Ayo duduk,Olivia! Kamu pasti cape dari tadi berdiri!"ajak Tuan Kudo untuk kedua kalinya.

"Terima kasih,om."jawab Olivia.

"Jamie! Tega sekali kamu membiarkan Olivia berdiri dari tadi!"Tuan Kudo marah kepada anaknya.

"Dia baru saja berdiri! Dari tadi dia duduk! Ayah tanya Lee aja!"sangkal Jamie.

"Maaf Tuan besar... Saya baru lima menit duduk di kursi ini. Jadi saya tidak tau sudah berapa lama nona itu berdiri."jawab Lee.

"Semenjak kasus itu, kamu pandai berbohong!"teriak ayahnya .

"Tidak usah ayah bahas kasus itu lagi! Aku muak dengarnya!"balas Jamie.

"Itu karena kesalahanmu sendiri! Mudah percaya dengan rayuan manis wanita malam itu. Kamu di dibutakan oleh rayuan dan cinta palsunya sehingga harta yang kamu kumpulkan selama ini raib diambil olehnya! SADAR JAMIE...SADAR!!"Tuan Kudo emosi.

Pertengkaran sengit ayah dan anak ini membuat Olivia dan Rafe hanya bisa berdiam diri. Olivia membantu Tuan Kudo untuk menenangkan dirinya sedangkan Lee menenangkan Jamie.

Olivia menuntun Tuan Kudo ke sofa dimana dia duduk. Dia memeriksa denyut nadi dan menuntun Tuan Kudo untuk mengatur nafasnya.

"Om, sudah lebih baik?"tanya Olivia.

"Iya. Terima kasih Olivia!"jawab Tuan Kudo.

"Sama-sama,Om. Om konsumsi obat jantung atau obat lain?"

"Iya. Obat jantung."

"Om bawa obatnya? Sebentar lagi menjelang makan siang. Om makan dulu baru minum obatnya. Mau aku antar ke ruangan,om?"

"Boleh."

"Mari saya bantu, nona!"sahut Rafe yang berlari mendekati Olivia dan Bos besarnya.

Rafe dan Olivia membopong Tuan Kudo menuju ruang kerjanya. Semua karyawan menatap mereka dan bertanya-tanya, apa yang terjadi dengan Bos besar.

Setelah mengantar Tuan Kudo ke ruangannya. Olivia keluar dari ruangan dan tak sengaja bertemu Jamie di depan pintu keluar ruang kerja Tuan Kudo.

"Karena kamu, ayahku memarahiku! Karena kamu, ayahku kumat lagi sakitnya!"ucap Jamie.

Olivia hanya diam saat Jamie memarahinya.

"Jangan harap aku akan setuju dengan perjodohan ini! Sampai kapan pun, aku tidak akan mencintaimu! Kamu camkan itu!"sambung Jamie.

Jamie masuk kedalam ruang kerja ayahnya. Olivia pun pergi meninggalkan Kudo Building bersama ayahnya.

Rumah Keluarga Kudo...

"Jamie! Darimana saja kamu? Tengah malam baru pulang!"ucap Tuan Kudo.

"Ayah belum tidur?"tanya Jamie.

"Bagaimana aku bisa tidur nyenyak, jika anak tunggalku belum pulang!"

"Aku ini sudah dewasa,ayah. Bukan anak kecil lagi! Jadi, tidak perlu ayah menungguku pulang!"

"Darimana saja kamu? Apa mencari wanita malam itu lagi?!"

"Namanya Helena, ayah. Aku mencarinya karena ingin...."

"Kamu ingin menjalin hubungan dengan dia lagi, kan? Kamu ingin menikahinya lagi? Kamu gak mikir? Dia itu bersetubuh dengan sepupumu saat malam pengantinmu. Masih saja kamu mau mencarinya!"

Jamie tak bisa mengungkapkan kata-kata lagi. Dia ingin marah kepada ayahnya tapi apa yang di ucapkan ayahnya memang benar semua. Jamie hanya bisa mengepalkan kedua tangannya dan berjalan menuju lantai dua. Dia pergi begitu saja meninggalkan ayahnya yang masih berdiri menatap ke arahnya.

Keesokkan paginya di kediaman Keluarga Takahashi.

"Are you ready for today, sweety?"tanya Tuan Takahashi.

"I am ready,daddy."Jawab Olivia.

"Jas putih khusus dokter memang sangat pas untukmu, sayang."

"Benarkah begitu,ayah?"

"Yups... It's fit with you my little sister!"sahut Mario.

"Hey! I'm not little anymore!"ucap Olivia kesal.

"Hahahaha"Mario tertawa kencang sekali.

"Kalian berdua kalau bertemu selalu saja bertengkar!"ucap ayah sambil geleng-geleng kepala.

Tak lama kemudian, Nyonya Takahashi turun dari lantai dua mendekati meja makan yang ada di lantai satu.

"Mau kemana kamu pagi-pagi begini?"tanya ibu.

"Hari ini aku sudah mulai praktek di rumah sakit,bu. Aku sekarang dokter spesialis kanker."ucap Olivia dengan nada bahagia.

"Buat apa kamu praktek di rumah sakit orang lain, padahal ayahmu punya rumah sakit yang lebih bagus dan berkelas. Berapa mereka menggajimu? Pasti kecil kan?"Sindir Ibu.

"Kamu praktek atau magang di rumah sakit milik ayahmu, kamu bisa minta gaji berapapun kamu mau. Seperti Mario yang kerja sama ibu, ibu kasih gaji yang dia mau terkadang uang hariannya ibu kasih."sambung ibu.

"Iya, aku minta banyak buat modal melamar anak orang...hehehe"bisik Mario ke telinga Olivia.

"Sudahlah,bu. Biarkan Olivia menentukan jenjang karirnya. Kalau dia sudah berpengalaman lebih banyak nanti ayah tempatkan di rumah sakit ayah."ucap ayah.

"Terima kasih, ayah. Ayah selalu mengerti kemauan aku."ucap Olivia sambil memeluk erat ayahnya.

Melihat kedekatan ayah dan Olivia, ibu terlihat cemburu. Dia memalingkan wajahnya dan duduk di kursi meja makan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!