Part 7 : Menjebak Jamie & Olivia

Pada saat Tuan Kudo mengadakan acara ulang tahun di kediamannya, Olivia tidak datang. Hanya Ibu, ayah, Mario dan kekasihnya menghadiri acara tersebut. Tuan Kudo merasa kecewa dengan ketidakhadiran Olivia di acara tersebut. Di berencana ingin menyatukan Jamie dengan Olivia di acara tersebut. Untuk menghilangkan rasa kecewanya, Tuan Kudo merencanakan sesuatu dengan ibunya Olivia dan ajudan Lee untu

Untuk melancarkan rencananya, Tuan Kudo datang ke rumah sakit di malam hari.

"Selamat malam, dokter."sapa Tuan Kudo.

"Tuan Kudo? Apa yang sedang anda lakukan disini?"tanya Olivia terkejut dengan kedatangannya.

"Aku ingin bertemu denganmu. Bolehkan kita bicara santai, dokter."

"Silahkan duduk,Tuan Kudo."

"Terima kasih, Olivia."

"Apa yang bisa saya bantu?"

"Aku dengar sebulan yang lalu kamu ke ruangan Jamie."

"Iya. Betul."

"Untuk apa kamu serahkan ini ke Jamie?"Tuan Kudo menyodorkan dokumen riwayat kesehatan Helena."

"Dari mana anda dapat ini?"

"Lee yang memberikannya kepadaku."

"Hmm...Jamie pernah bilang kalau dia masih mencintai Helena, mantan istrinya. Dia sudah mencari Helena kemana-mana tapi tidak pernah ketemu. Waktu itu aku kedatangan seorang pasien dari dokter yang lama, dia diarahkan untuk berkonsultasi dengan ku mengenai penyakit kanker serviksnya. Nama pasiennya Helena Smith dan wajahnya persis seperti mantan istrinya Jamie. Jadi, aku berikan informasi tentang Helena kepada Jamie agar dia bisa bertemu dengan mantan istrinya. Apakah yang aku lakukan salah,tuan?"

"Yang kamu lakukan tidak salah. Sebenarnya aku tahu dimana Helena tinggal, apa yang dia lakukan, dan mengenai penyakitnya ini. Aku memata-matai dia tanpa sepengetahuan Jamie. Karena aku tidak ingin dia datang kedalam kehidupan kami lagi."jawab Tuan Kudo.

"Tapi aku bersyukur setelah kamu memberikan informasi ini, Jamie jadi paham bahwa mantan istrinya itu tidak pernah berubah sifat dan sikapnya. Setelah kejadian dia datang ke apartemen Helena, Jamie mulai menutup pintu hatinya untuk Helena."sambung Tuan Kudo.

"Apa yang membuat Jamie menutup pintu hatinya untuk Helena?"

"Jamie memergoki Helena sedang melayani nafsu seorang pria tua di apartemennya. Aku tahu hal ini dari Lee."

"Apa?"

"Itulah Helena. Wanita yang isi kepalanya hanya harta, uang dan kepuasan ****. Dia tidak akan berubah sampai kapan pun, meskipun sekarang dia diagnosa kanker serviks, dia pasti akan melakukan hal-hal yang dia suka walaupun bahaya ada di depan matanya."

"Bagaimana keadaan Jamie?"

"Dia lebih baik."

"Syukurlah."

"Olivia... apa aku boleh meminta sesuatu kepadamu?"

"Apa itu Tuan Kudo?"

"Bersediakah kamu menjadi istri Jamie?"

"Hah? Kenapa om yang meminta?"

"Kalau Jamie yang meminta, apakah kamu bersedia?"

"Bukan... bukan begitu om. Bukan begitu maksudku. Aduh...bagaimana jelaskannya ya..."ucap Olivia sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Aku dan Jamie tidak saling mencintai. Kami bagaikan kuncing dan anjing. Setiap kali bertemu dengannya dia selalu membuatku emosi."sambung Olivia.

"Apa betul aku seperti itu dimata mu?"ucap Jamie yang tiba-tiba masuk kedalam ruangan.

Olivia terkejut dengan kedatangan Jamie dan dia langsung membeku seperti es.

"Sedang apa kamu disini?!"tanya Olivia ketus.

"Aku menemani ayahku kesini. Memangnya tidak boleh?"Jamie menanya balik Olivia dengan nada ketus.

"Sudah! Sudah! Jamie jangan seperti itu kepada Olivia!"sahut Tuan Kudo.

"Jamie! Kamu tanya Olivia langsung, apakah dia mau menjadi istrimu?!"

"Aku tidak sudi merendahkan harga diriku di depan dokter muda ini!"jawab Jamie dengan angkuh.

"Aku lebih tidak sudi menjadi istrimu! Hidup bersama orang menyebalkan dan sombong seperti mu, bagaikan hidup di dalam penjara!"

Jawab Olivia ketus.

Mendengar dua orang ini saling adu mulut, akhirnya Tuan Kudo keluar dari ruangan tersebut dan mengunci pintunya dari luar. Tuan kudo berencana mengunci mereka berdua agar mereka bisa saling memahami satu sama lain. Rencana Tuan Kudo ini sudah disetujui oleh Nyonya Takahashi.

"Papa! Papa! Kenapa dikunci? Aku masih didalam! Buka pintunya!"teriak Jamie dari dalam ruangan.

"Tuan kudo, aku mohon tolong keluarkan aku dari sini! Aku ingin pulang,om..."teriak Olivia juga dari dalam ruangan.

"Kalian berdua di sini saja. Besok pagi ajudan Lee akan membukakan pintu untuk kalian. Itu juga tergantung kalian bisa berdamai atau tidak."ucap Tuan Kudo dari balik pintu.

"Ayo Lee, kita tinggalkan mereka berdua!"ajak Tuan Kudo.

"Siap, tuan!"jawab ajudan Lee.

"Hei,Lee! Buka pintunya! Dasar kamu ajudan berengsek!"umpat Jamie.

Jamie dan Olivia berdiri sejajar di belakang pintu. Mereka saling menatap, tidak lama kemudian mereka saling berpencar mencari tempat duduk. Olivia duduk di kursi kerjanya, sedangkan Jamie duduk di sofa tamu. Mereka mencoba mengutak-atik ponsel masing-masing, tapi malang Tuan Kudo sudah memerintahkan Lee untuk mematikan wifi di sekitar rumah sakit dan mengganggu sinyal ponsel milik mereka berdua.

"Sialan kau,Lee! Berani sekali kamu melakukan ini kepada ku!"umpat Jamie sambil memasang wajah kesal.

Jika Jamie tidak berhenti mengumpat ajudannya, berbeda dengan Olivia. Dia duduk tenang di kursi kerjanya sambil menyelesaikan pekerjaannya. Tidak ada wajah kesal, sedih atau sedih di raut wajah Olivia. Melihat hal tersebut, Jamie menyangka jika Olivia bersekongkol dengan ayahnya dan ajudannya.

"Olivia! Kenapa kamu begitu tenang sekali! Jangan-jangan kamu ikut merencanakan hal ini,kan?!"

"Tuan muda yang terhormat! Jangan suka berpikir negatif kepada semua orang! Hal itu bisa membuatmu cepat stres. Sekarang sudah malam, lebih baik kamu relekskan jiwa dan ragamu. Di lemari belakangmu, ada selimut dan bantal untuk mu tidur malam ini. Sepertinya kita berdua akan tidur disini."

"Kenapa kamu begitu pasrah? Harusnya kita mencari solusi agar bisa keluar dari sini!"ucap Jamie emosi.

"Aku lebih memilih tidur di ruangan ini daripada membuang energi dengan berpikir keras mencari jalan keluar dari sini."

"Dasar perempuan lemah!"Jamie menghina Olivia.

Olivia yang mendengar hinaan Jamie hanya bisa menyabarkan dirinya.

"Apa kamu lapar? Aku punya ramen dan nasi kari. Kamu mau yang mana?"tanya Olivia dengan lembut.

"Ramen saja!"

"Ok!"

Olivia berjalan ke arah lorong yang menuju toilet yang ada didalam ruangannya. Di lorong tersebut, terdapat dispenser air, kompor listrik, microwave dan kulkas. Semua itu fasilitas yang Olivia miliki, jika sewaktu-waktu dia harus menginap di rumah sakit.

Setelah memanaskan ramen dan nasi kari, Olivia membawa makanan tersebut ke meja tamu, dimana Jamie duduk dengan wajah kesal.

"Silahkan dimakan!"ucap Olivia dengan sopan.

"Terima kasih!"sahut Jamie.

Mereka berdua duduk saling berhadapan. Jamie menyantap ramen sangat lahap sampai kening dia berkeringat. Melihat Jamie berkeringat, Olivia memberikan segelas air mineral botol dan selembar tisu. Jamie yang diperhatikan seperti itu langsung terdiam.

"Sudah kenyang?"tanya Olivia.

Jamie hanya menganggukkan kepalanya.

"Baiklah."

Saat Olivia sibuk membersihkan bekas mereka makan, tiba-tiba Jamie membantu dengan membuang sampah sisa makanan mereka.

"Terima kasih makan malamnya."ucap Jamie.

"Sama-sama."

Setelah selesai makan, mereka menonton televisi bersama sambil berbaring di sofa.

"Olivia."

"Ya."

"Kenapa kamu sangat baik kepada ku? Padahal aku sering memarahimu dan menghinamu?"

"Ayahku mengajarkanku untuk baik kepada semua orang. Lagipula, kita hidup di dunia ini hanya sementara, aku ingin menjadi hamba Tuhan yang baik."

"Maafkan aku, Olivia."

"Tanpa kamu pinta, aku sudah memaafkanmu."

"Terima kasih."

"Hooaahh... aku sudah mengantuk. Aku tidur duluan ya... kalau kamu mau menonton tv silahkan."

"Aku juga sudah mengantuk."

Mereka pun tidur pulas di sofa ruang tamu sampai matahari terbit.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!