Melihat Brian berusaha mengeluarkan Olivia, Helena tidak tinggal diam. Dia membuka pintu mobil dan berenang mendekati Brian. Brian membuka tali yang mengikat tangan Olivia dan membuka kain yang membekap mulutnya. Setelah menolong Olivia, Brian mengajak Olivia untuk berenang menuju ke permukaaan, namun sayang, Helena menancapkan sebilah pisau ke perut Brian lalu dia menancapkan lagi pisau tersebut ke dada Brian.
"Inilah hukuman bagi orang yang tidak menuruti perintahku!"gumam Helena sambil menusukkan pisau bertubi-tubi ke dada Brian.
Olivia yang melihat kejadian tersebut langsung berenang menuju ke permukaan seorang diri. Dia terpaksa meninggalkan Brian yang sudah tenggelam menuju dasar danau. Setelah memastikan Brian mati dan hanyut ke dasar danau, Helena segera mengejar Olivia yang sedang berusaha berenang ke atas permukaan danau.
Di atas jembatan...
Setelah melihat mobil yang dikemudikan Brian terjun bebas kedalam danau, Lee mengerem mobil yang dikemudikannya. Lee dan Jamie spontan keluar dari mobil dan berlari menuju pinggir jembatan.
"Olivia!"teriak Jamie.
Jamie dan Lee loncat kedalam danau. Mereka menyelam untuk menyelamatkan Olivia yang ikut tenggelam bersama mobil Brian tersebut.
Saat mereka berenang ke dalam danau, mereka melihat Helena sedang menarik kaki Olivia yang hendak berenang ke atas.
Jamie memberikan isyarat kepada Lee untuk mengurus Helena, sedangkan dia menyelamatkan Olivia dari cengkraman Helena. Jamie mendorong badan Helena agar menjauh dari Olivia sedangkan Lee berusaha mengambil pisau dari tangan kanan Helena.
Helena tidak menyerah begitu saja, dia berusaha menusukkan pisau yang ada di tangan kanannya ke arah Lee namun Lee dapat menangkisnya. Sedangkan Jamie mencoba untuk melepaskan tangan kiri Helena yang masih kuat memegang pergelangan kaki kanan Olivia.
Helena yang melihat Jamie sedang membantu Olivia, akhirnya dia menancapkan pisau di telapak kaki Olivia. Darah merah keluar terus menerus dari telapak kaki kanan Olivia. Olivia hanya bisa meringis dan menahan rasa sakit di telapak kakinya tersebut.
Lee mengambil paksa pisau dari tangan Helena tapi Helena mencoba mengayunkan pisau itu untuk melukai Lee. Niat hati ingin melukai Lee, pisau itu malah melukai lengan kanan Jamie, sehingga Jamie harus mengeluarkan darah segar dari lengannya itu. Jamie menuntun Olivia untuk naik ke atas permukaan meskipun lengannya terluka.
Melihat tuannya terluka, Lee langsung memukul wajah Olivia dan merebut pisau tersebut dengan paksa. Lee mengikat kedua tangan Helena dengan borgol bekas yang tadi mengikat Olivia.
Sampai di atas permukaan, Jamie menuntun Olivia menuju pinggir danau. Olivia dan Jamie duduk sambil menunggu bantuan datang.
"Biar kulihat telapak kaki mu."pinta Jamie.
"Aaww..."teriak Olivia kesakitan.
"Sorry..."jawab Jamie.
"That's okay."sahut Olivia sambil melirik lengan kanan Jamie yang berdarah.
"Dia melukai lengan mu, Jamie. Aku perban ya..."Olivia merobek sebagian gaunnya untuk menutupi sementara luka yang di lengan kanan Jamie.
Jamie tertegun melihat cara Olivia dengan sigap mengobati luka di lengannya.
"Ini pertolongan sementara, sampai bantuan datang menolong kita."ucap Olivia.
"Mengapa kamu mengobatiku, sedangkan luka mu lebih parah dibandingkan luka ku?"tanya Jamie bingung.
"Aku bisa mengobati luka ku sendiri karena ini tidak terlalu sakit. Sakit yang kamu rasakan lebih dalam dibandingkan luka ku ini. Betulkan?"tanya Olivia.
"Ini bukan luka serius, bisa diobati."jawab Jamie.
"Tapi...luka di hatimu masih belum terobati kan, Jamie?"tanya Olivia lagi.
Jamie berpikir sejenak, dia bingung harus memberikan jawaban apa untuk pertanyaan yang dilontarkan oleh Olivia.
Saat Jamie ingin menjawab pertanyaan Olivia, terdengar suara ajudan Lee memanggil nama Jamie.
"Tuan muda! Aku sudah menangkap wanita gila ini!"ucap Lee sambil memegang kedua tangan Helena yang di borgol.
"Good job,Lee!"sahut Jamie.
"Hahahah... Kalian pikir, kalian bisa menghentikan langkahku? Tidak akan!"sahut Helena.
"Anda akan membusuk di penjara, nona!"ucap Lee dengan nada tegas.
"Betulkan begitu, Jamie? Aku rasa tuan muda mu tidak akan membiarkanku mendekam di penjara seumur hidup. Betulkah begitu tuan muda ku tersayang..."ucap Helena sambil menatap Jamie denga tatapan merayu.
Jamie tidak mengelak sepatah kata pun ucapan Helena. Dia hanya menatap wajah Helena dengan penuh arti. Olivia yang melihat kejadian itu, seakan mengerti bahwa Jamie masih memiliki perasaan terhadap Helena.
"Tuan muda!"teriak Lee dengan nada tegas. Dia melakukan itu agar tuannya berhenti menatap Helena.
"Ya, Lee."jawab Jamie.
"Apa yang harus kita lakukan dengan wanita gila ini?"tanya Lee.
"Kamu bawa Helena ke kantor polisi, aku akan membawa Olivia ke rumah sakit."jawab Jamie.
"Baik, tuan!"
Saat mereka hendak berjalan, tiba-tiba ayah Olivia dan Mario datang bersama para pengawal mereka dan beberapa polisi. Tuan Takahashi dan Mario berlari mendekati Olivia.
"Putriku! Kamu tidak apa-apa,nak?"tanya Tuan Takahashi.
"Aku baik-baik saja,ayah. Tidak perlu khawatir."jawab Olivia.
"Telapak kakimu terluka, sayangku. Ayah gendong ya...kita ke rumah sakit sekarang ya..."pinta Tuan Takahashi.
"Ini hanya luka kecil,ayah. Jangan berlebihan begitu."ucap Olivia.
"Bagaimana aku tidak berlebihan, darah mu keluar banyak seperti itu. Kamu bisa kehabisan darah, Olivia!"ucap Tuan Takahashi panik.
"Ayah...ayah tenang dulu, jangan panik begitu. Nanti penyakit asam lambung ayah kumat."
"Biarkan asam lambung ayah kumat! Yang penting kamu tidak kehabisan darah!"ucap Tuan Takahashi.
"Albert, Toni! Tolong bantu aku!"teriak ayah memanggil kedua pengawalnya.
"Biar saya saja yang menggendong nona, tuan!"pinta Albert.
"Iya, tolong kamu gendong Olivia ku!"perintah Tuan Takahashi.
Olivia di gendong oleh Albert, sedangkan Toni berlari menuju mobil dan membukakan pintu jok belakang untuk nonanya itu.
Tuan Takahashi, Mario, Jamie dan Lee berkumpul mengelilingi Helena. Mario tidak bisa menahan emosinya, dia menampar wajah Helena bertubi-tubi.
'PLAK! PLAK! PLAK!' (suara kencang tamparan di pipi Helena)
"Ini balasan untuk mu yang sudah melukai adikku!"ucap Mario.
Setelah mendapat tamparan dari Mario, Helena tertawa kencang.
"Hahahahaha...tamparanmu itu seperti banci! Tidak berarti apa pun bagiku!"jawab Helena.
"Kurang ajar!"Mario bersiap-siap untuk menampar wajah Helena kembali tapi tangan Mario langsung ditangkis oleh Jamie.
"Apa yang kamu lakukan?!"tanya Mario heran.
"Aku tahu dia bersalah, bagimana pun kita tidak bisa main hakim sendiri. Biarkan polisi yang akan menghukum wanita ini."Jawab Jamie.
"Yang diucapkan Jamie benar, Mario. Kamu tidak perlu mengotori tanganmu dengan menampar wajah wanita sinting ini. Ayah akan memastikan wanita ini akan mendapatkan hukuman mati!"ucap Tuan Takahashi.
Jamie terkejut mendengar ucapan ayah mertuanya itu dan langsung memberikan tatapan tajam kepada ayah mertuanya itu.
"Mengapa kamu menatap ku tajam seperti itu? Sepertinya kamu tidak suka dengan ucapanku tadi, Jamie?"tanya Tuan Takahashi heran.
"Aaahh...tidak tuan."jawab Jamie singkat.
"Tentu saja dia tidak setuju dengan ucapanmu, Tuan Takahashi yang terhormat! Karena dia tidak mencintai anakmu, dia masih sangat mencintaiku. Betul begitu kan mantan suamiku...hahahaha"ucap Helena.
"DIAM KAU!"ajudan Lee membekap mulut Helena dengan dasinya, agar Helen berhenti berkicau.
Tuan Takahashi menatap tajam ke arah Jamie, di dalam dadanya, dia merasa menyesal telah menyerahkan putri kesayangannya kepada pria yang masih belum bisa melupakan masa lalunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments