"Ayah..."panggil lembut Olivia yang masih terbaring lemas di ranjang.
"Eh...sayangku. Kamu sudah sadar?"tanya Tuan Takahashi sambil mengelus lembut pipi putrinya itu.
"Ayah, dimana Jamie? Apa dia baik-baik saja?"
"Dia baik-baik saja."jawab Tuan Takahashi.
"Syukurlah..."ucap Olivia dengan lega.
"Tapi...dimana dia sekarang? Mengapa ayah yang menunggu aku di rumah sakit?"
"Jamie baik-baik saja,sayangku. Dia ada di rumahnya. Jangan khawatirkan dia, pikirkanlah kesehatanmu."
"Aku baik-baik saja,ayah." jawab Olivia sambil berusaha duduk tegap di atas ranjangnya.
"Lihat! Aku sudah bisa duduk,kan?"sambung Olivia.
Tuan Takahashi tersenyum sambil meneteskan air matanya. Olivia melihat tetesan air mata langsung mengangkat tangannya dan mengusap air mata yang jatuh di pipi ayahnya.
"Ayah, mengapa menangis? Aku baik-baik saja."ucap Olivia menenagkan ayahnya.
"Ayah tidak bisa membendung rasa bahagia karena kamu sudah sadar dan sehat."
Olivia tersenyum manis mendengar ucapan ayahnya tersebut.
"Kamu ingin makan dan minum,sayang?"
"Aku mau ayah. Tapi aku ingin makan sendiri. Aku malu kalau dilihat perawat makan di suapin ayah."ucap Olivia sambil tertawa kecil.
"Ayah lupa! Kamu sudah menjadi seorang dokter."
"Satu lagi..."
"Apa itu?"tanya Tuan Takahashi bingung.
"Aku sekarang Nyonya Kudo."jawab Olivia.
Mendengar ucapan Olivia, wajah Tuan Takahashi berubah masam. Di dalam hatinya, dia senang putrinya sudah sehat tapi dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa putrinya sudah menjadi milik lelaki lain.
Sejak awal, Tuan Takahashi tidak menyetujui perjodohan putrinya dengan Jamie Kudo tapi dia terpaksa merestui pernikahan putrinya tersebut dengan satu syarat. Jamie harus melindungi, menjaga dan mencintai putrinya dengan segenap jiwa dan raganya.
'ceklek' (bunyi suara pegangan pintu di buka)
"Se-se-selamat pagi, Tuan Takahashi."sapa Jamie sambil menundukkan kepala.
"Selamat pagi, istriku."ucap Jamie sambil tersenyum manis menatap Olivia.
Olivia membalas sapaan Jamie dengan tersenyum lebar, sedangkan Tuan Takahashi memasang muka masam mendengar ucapan dari menantunya itu.
"Jamie, kamu baik-baik saja?"tanya Olivia cemas.
"Aku baik-baik saja,sayang."jawab Jamie sambil berjalan mendekati ranjang sebelah kiri Olivia dan berdiri saling berhadapan dengan ayah mertuanya.
"Syukurlah. Aku mencemaskanmu."
"Tidak perlu kamu cemaskan dia! Dia sudah dewasa bukan anak kecil lagi yang perlu kamu khawatirkan!"ucap ketus Tuan Takahashi.
"Yang diucapkan ayahmu benar, sayang. Lebih baik kamu pikirkan kesehatanmu. Jika kamu sudah sehat kita bisa berbulan madu dan memberikan cucu yang banyak untuk ayahku dan ayahmu."sahut Jamie.
"Putriku bukan pabrik pembuat anak! Hati-hati kalau berbicara!"ucap ketus Tuan Takahashi sambil menatap sinis menantunya.
"Ayah... Jamie hanya bercanda. Jangan dimasukkan ke hati."ucap Olivia menenangkan ayahnya yang sudah mulai naik darah.
Tuan Takahashi tidak menghiraukan ucapan putrinya itu. Kedua matanya menatap tajam menantunya, seolah-olah mengatakan bahwa dia tidak suka dengan kehadiran menantunya itu.
"Aahh...sayangku! Kamu sudah sadar!"teriak ibu di depan pintu masuk ruang rawat Olivia.
Nyonya Takahashi berlari mendekati ranjang sebelah kanan putrinya, yang dimana suaminya sendiri sedang berdiri.
"Ibu sangat mengkhawatirkanmu. Kakimu tidak apa-apa kan,sayang?"tanya Nyonya Takahashi.
"Aku baik-baik saja, ibu. Kaki ku sudah diobati, mungkin satu atau dua minggu sudah bisa berjalan normal."jawab Olivia.
"Syukurlah!"sahut Nyonya Takahashi.
"Eh...ada menantu! Kamu juga menginap disini semalaman?"tanya Nyonya Takahashi kepada Jamie.
"Saya..."
Belum sempat menjawab pertanyaan dari ibu mertuanya, tiba-tiba ayah mertuanya menyela ucapannya.
"Dia tidur nyenyak di rumahnya yang megah. Sedangkan aku menjaga putriku yang sakit seorang diri di ruangan ini!"sindir Tuan Takahashi.
"Suami macam apa yang tega membiarkan istrinya menjadi korban penganiayaan dan penusukkan oleh mantan istrinya!"ucap ketus Ayah Olivia.
Jamie hanya bisa menundukkan kepalanya sebagai tanda pasrah mendengar ucapan ayah mertuanya itu.
Olivia dapat melihat ekspresi kesal dan kecewa di raut wajah Jamie.
"Ayah, jangan seperti itu kepada menantu kita. Lagi pula dia sudah tidak mencintai mantan istrinya itu. "ucap Nyonya Takahashi.
"Bagaimana kamu bisa tahu kalau dia sudah tidak mencintai mantan istrinya itu?"tanya ayah emosi.
"Buktinya dia menyelamatkan istrinya, yaitu putri kita dari kekejaman mantan istrinya itu."jawab ibu.
"Itu kewajibannya sebagai seorang suami untuk menjaga, melindungi dan mencintai segenap jiwa dan raga istrinya, karena dia sudah berjanji kepada Tuhan dan kita sebagai orang tua Olivia."ucap ayah dengan tegas.
"Aku tanya sekali lagi kepadamu!" Tuan Takahashi menunjuk ke arah Jamie.
"Apakah kamu masih mencintai Helena, mantan istrimu itu?"
"JAWAB!"Teriak Tuan Takahashi.
Jamie tidak bisa menjawab pertanyaan Tuan Takahashi.
"Jika kamu laki-laki jantan, kamu pasti akan berkata jujur dihadapan istrimu!"
Jamie semakin terdesak dengan segala perkataan yang dilontarkan oleh ayah mertuanya itu. Dia tidak bisa membohongi diri sendiri dan dia tidak menyakiti perasaan istri yang baru dinikahinya itu.
"A-a-aku masih ada rasa dengan Helena! Aku belum bisa melupakannya!"jawab Jamie menatap wajah Tuan Takahashi.
"Ma-maafkan aku, Olivia."ucap Jamie sambil menundukkan pandangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments