Dear Doctor Olivia

Dear Doctor Olivia

Part 1 : I'm coming home

Setelah 5 tahun menimba ilmu di negeri orang, akhirnya aku kembali menginjakkan kakiku di tanah kelahiranku. Saat ini aku sudah menginjakkan kaki ku di bandara. Jika teman-temanku di jemput oleh orang tuanya atau keluarganya di bandara, lain halnya dengan diriku. Meskipun aku sudah menghubungi ibuku tapi tetap saja hanya sopir dan pengawalku yang akan menjemputku di bandara.

Saat melewati gerbang pintu kedatangan, aku melihat dua orang pria berbadan kekar mengenakan jas, dasi, dan kacamata hitam. Salah seorang pria membawa sebuah papan kecil bertuliskan "Olivia Takahashi". Aku tak mengenali pria yang membawa tulisan tersebut, tapi aku mengenali pria kekar yang satunya lagi, pria kekar itu Albert, pengawal ku sejak sekolah dasar. Tahun ini usia Albert akan menginjak 57 tahun, terlihat jelas rambutnya sudah berubah menjadi putih, tapi postur tubuhnya masih gagah dan kekar.

Aku menghampiri kedua pria tersebut, aku langsung memeluk Albert dengan erat.

"It has been along time, I didn't meet you, Albert."ucap Olivia yang masih memeluk tubuh Albert.

"How are you, my big bodyguard?"tanya Olivia sambil melepaskan pelukannya.

"I'm very well, Miss Takahashi."jawab Albert.

"Tidak perlu tertalu formal. Aku sudah kenal dirimu sejak kecil Albert. Panggil aku Olivia saja, seperti dulu."

"Baiklah nona. Aku perkenalkan sopir keluarga kita yang baru. Ini Toni, dia sudah bekerja dengan keluargamu selama dua tahun."

"Toni... ini Nona Olivia. Anak dari Tuan dan nyonya Takahashi serta adik kandung dari Tuan Mario."Albert memperkenalkan Olivia kepada Toni.

"Saya Toni. Salam kenal Nona. Saya yang akan mengantarkan anda selama anda disini."Toni menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat.

"Salam kenal Toni. Terima kasih sudah menjemputku."jawab Olivia.

"Izinkan aku membawa ranselmu dan Toni membawa kopermu."pinta Albert.

"Terima kasih Albert...Toni..."ucap Olivia.

Mereka berjalan ke arah parkiran mobil. Sampailah mereka di depan mobil sport asal Jerman keluaran terbaru.

"Nice car, Albert!"sahut Olivia.

Albert dan Toni hanya tersenyum mendengar pujian dari majikannya itu.

Albert membukakan pintu mobil belakang untuk Olivia.

"Silahkan masuk, nona."

"Mari kita pulang nona. Hari sudah semakin sore."ucap Albert.

"Tak perlu terburu-buru Albert. Ibu dan ayahku pasti belum ada di rumah jam segini."sahut Olivia.

"Bagaimana kalau kita mampir makan dulu. Aku lapar. Di pesawat makanannya tidak menggugah seleraku."sambung Olivia.

"Anda ingin makan di rumah atau di luar, nona?"tanya Albert yang duduk di kursi depan samping sopir.

"Aku mau makan di luar saja. Apa kamu punya rekomendasi restoran yang murah, enak dan nyaman?"

"Kalau nona kehabisan uang, nona bisa pinjam uang saya dulu untuk makan di restoran mewah."jawab Albert.

"Kamu kira aku 'kere' pulang dari Sydney? Aku disana kerja part time Albert dan aku punya uang sendiri!"ucap Olivia kesal.

"Maaf nona, maafkan ucapan saya tadi. Saya tidak bermaksud meremehkan nona. Saya hanya menawarkan saja, karena tuan dan nyonya tidak pernah makan di restoran yang seperti nona minta."ucap Albert.

"Jangan kamu samakan aku dengan kedua orang tuaku! Aku ini masih merintis karir Albert. Aku tidak ingin menghambur-hamburkan uang orang tuaku. Aku tau bagaimana susahnya mendapatkan uang selama tinggal di negeri orang."

"Sekali lagi, maafkan saya nona."sahut Albert.

"Carikan restoran atau cafe yang tadi aku pinta, sekarang!"perintah Olivia.

"Baik, nona. Akan saya carikan."ucap Albert.

Setelah menyelusuri jalan ibu kota, mobil yang di tumpangi Olivia berhenti di sebuah restoran Jepang begaya modern. Suasana restoran pun tak begitu ramai, hanya beberapa anak muda yang sedang berkerumun.

Olivia menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju dengan pilihan Albert.

"Kalian berdua turun! Aku tak ingin makan sendiri! Bukalah jas dan dasi kalian. Bergayalah seperti orang normal."perintah Olivia.

Mendengar perintah Olivia, Albert dan Toni saling tatap dan segera melakukan apa yang di perintahkan nonanya itu.

Mereka bertiga masuk kedalam cafe beriringan. Suasana di dalam restoran pun sangat nyaman. Olivia memilih posisi tempat duduk dekat kolam ikan dan air mancur.

Olivia memesan seporsi ramen panas dan segelas oca panas. Albert dan Toni pun memesan menu yang sama dengan nonanya.

Beberapa menit kemudian makanan mereka pun datang. Olivia beserta kedua pengawalnya makan dengan lahap. Setelah selesai makan Olivia memesan 3 gelas capucino hangat dan 3 porsi buah takoyaki.

Tak perlu menunggu lama pesanan tambahan Olivia pun datang. Olivia memberikan segelas capucino dan 1 porsi takoyaki kepada Toni.

"Maaf Toni, aku ingin berbicara empat mata dengan Albert. Kamu bisa menunggu kami di mobil sambil ngopi dan ngemil cantik di mobil." Ucap Olivia.

Setelah mendengar perintah Olivia, Toni menatap wajah Albert dan Albert pun menganggukkan kepalanya.

"Baik, nona. Terima kasih makan malamnya. Saya permisi, nona."ucap Toni.

Toni pun meninggalkan mereka berdua menuju parkiran mobil. Albert menatap Toni yang sedang berjalan menuju pintu keluar restoran. Saat memutar kembalu kepalanya menghadap nonanya, tiba-tiba Olivia menatap wajahnya dengan sinis.

"Jawab pertanyaanku dengan jujur!" Pinta Olivia.

"Apa betul orang tua ku ingin menjodohkan aku dengan anak dari rekan bisnisnya? Jawab!"

"Sa-sa-saya tidak tau,nona."jawab Albert terbata-bata.

"Aku sudah mengenalmu sejak kecil, Albert! Kamu itu tidak bisa berbohong!"

"Siapa pria yang ingin dijodohkan orang tuaku kepadaku? JAWAB!"

Albert masih diam dan tidak berani berbicara.

"Baiklah. Kalau kamu tidak mau jawab pertanyaanku! Aku kabur saja sekarang juga!" Olivia segera berdiri dari kursinya dan berlari menuju pintu keluar.

Albert segera menyusul dan menarik kencang tangan nonanya itu.

"Tolong jangan lakukan itu lagi, nona! Saya masih tidak bisa melupakan kejadian saat nona berlari menyebrang jalan tanpa melihat kanan kiri dan sebuah mobil container menabrak nona."ucap Albert dengan suara pelan.

"Mari kita kembali duduk,nona!"pinta Albert.

Olivia dan Albert kembali ke kursi mereka masing-masing.

"Ibu nona yang ingin menjodohkan nona dengan anak rekan bisnisnya, yaitu anak dari tuan Kudo. Tuan Takahashi dan Tuan muda Mario tidak setuju dengan ide ibu nona, karena usia nona dengan anak dari Tuan Kudo berbeda jauh, sekitar 15 tahun. Apalagi anak Tuan Kudo pernah gagal dalam pernikahan."

"APA? Jadi ibu mau menjodohkan aku dengan duda?!"teriak Olivia sambil berdiri dari kursinya.

Seluruh pengunjung menatap ke arah Olivia.

Olivia langsung terduduk lemas dan menempelkan wajahnya ke atas meja restoran.

"Apakah wajahku sejelek itu sampai harus di jodohkan dengan seorang duda, Albert?"

"Dari kecil sampai sekarang kecantikan wajah dan hati nona tidak pernah pudar."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!