SIXTEEN

**Aku mencintaimu. Bisakah kau mendengarnya?

Sekalipun kau menoleh ke belakang hanya sebentar. Sekalipun kau melewatiku.

Tidak masalah, aku selalu disini untukmu.

•{ Protector** }•

Jika bukan karena Ken yang memaksanya datang ke kantin dengan mengancam akan mengadu ke mamanya yang tidak-tidak dia tidak akan mau menuruti Ken.

Tatapan kagum dari beberapa siswi sungguh mengganggunya. Apalagi saat mendengar mereka memuji wajahnya, dia sungguh benci hal itu. Maka itu dia mempercepat langkahnya.

Drrttt drtt

Hp yang berada di sakunya bergetar, segera lelaki itu mengambilnya lalu mengecek layar ponselnya sambil terus berjalan.

Ken(arok)jndanaksatu💩

P

Sdh sampai manakah engkau Rionald?^_^

Aku aduin Mom Silpi nih kamuh ga dateng:*

P

*Sini Ken gendong :* biar cepet nympe

(Replay*)

Njs.

Otw. 

Brukk

  "Aduhh ..."

Rion terlalu fokus menanggapi chat dari Ken sampai tak menyadari kalau dia menabrak seorang gadis, dan saat melihat gadis itu sontak dia segera membantunya berdiri. Raut wajahnya terlihat khawatir saat melihat wajah kesakitan dari gadis di depannya.

  "Rin nggak papa?" tanyanya sembari melihat kaki Sicka.

Sicka tak menjawab, dia hanya menahan sakit serta air matanya agar tidak jatuh di depan Rion yang membuatnya tak ingin di cap sebagai gadis lemah.

  "Rin? Nggak papa? Sakit?" tanya Rion lagi dan hanya dibalas anggukan oleh Sicka.

Rion tau Sicka tak baik-baik saja, gadis itu hanya berusaha kuat. Lalu tanpa persetujuan Sicka, Rion menggendong Sicka yang membuat siswa-siswi disitu memekik tak percaya. Sedangkan Sicka segera meronta agar diturunkan.

  "Diem atau gue jatuhin." Seketika Sicka terdiam karena mendengar ucapan Rion yang seperti itu.

 

<•[💙]•>

Mereka sama sama memandang sinis dan saling meremehkan sedari tadi. Berusaha menjatuhkan tangan sang lawan yang masih tertaut dengan tangannya.

  "Udahlah nyerah aja lo ..." suruhnya dengan suara tertahan karena sebagian kekuatannya masih berpusat di tangannya untuk menjatuhkan tangan lawannya.

"Gue? Nyerah? Sorry aja, Brandon Revaga nggak akan nyerahh!" balas nya juga dengan suara tertahan. Brian yang menjadi lawan adu panco dengan Brandon mendengus dan semakin menambah kekuatan untuk menjatuhkan Brandon.

Fajar dan Fahri hanya menggeleng kepala melihat dua temannya selalu seperti ini. Lalu tiba-tiba mata Fahri membulat saat melihat pintu kantin, tangannya dia gunakan untuk menepuk lengan Brandon.

  "Bran brandon itu kenapa Sicka digendong sama cowok?" Mendengar nama Sicka, Brandon lantas menoleh dimana Fahri menunjuk.

Matanya melihat Sicka sedang didudukkan lelaki yang dia ketahui adalah Rionald anak IPS 5 yang dia pernah lihat dirumah sakit yang lalu. Dia bertanya-tanya dalam hati saat melihat Sicka merintih kesakitan saat Rion memegang kaki kirinya.

Di mejanya dia bisa mendengar teman-teman gadis itu bertanya kenapa dia bisa seperti itu namun gadis itu hanya menggeleng kepala.

  "G-gue tadi abis kepleset di toilet Kim, makanya nih kaki gue kese– AAAA Onald sakit ih!" rintih Sicka saat Rion mencoba mengurut kakinya.

Kimi menatap tak percaya ke Sicka, "Lo beneran kepleset atau di bully?" Tatapan Kimi begitu menyelidik yang membuat Sicka menelan ludah.

  "Sicka lo kenapa?" Brandon datang lalu langsung mendorong Rion yang sedang berjongkok di depan Sicka.

"E\-eh Brandon, gue nggak papa kok cuma keseleo doang." jawab Sicka gugup.

Rion mendengus ke Brandon karena dorongan tadi, segera dia bangkit, "Harusnya lo lawan, jangan cuma diem." ucap Rion sembari mengelus rambut Sicka dan melangkah pergi menghampiri teman-temannya.

Brandon menatap tak suka atas perlakuan Rion tadi, diapun kembali menatap Sicka yang hanya diam, "Sicka jawab gue, lo sebenernya kenapa?" 

  "Dia begini mungkin karena lo." Kimi menjawab dengan suara sinis. Brandon yang merasa tertuduh pun berdiri.

"Tau apa lo? Kenapa jadi gue?" tanya Brandon tak terima.

Kimi maju selangkah lalu dia menyilangkan tangannya, "Yaiyalah karena lo, dia pasti kena bully lantaran fans fans lo itu pada nggak suka lo pacaran sama Sicka."

  "Udah udah Kim, lo kenapa dah marah-marah? Gue nggak papa kok, beneran. Kaki gue udah enakan abis di urut Onald tadi." Sicka mencoba melerai kedua orang didepannya yang tengah bersitatap sinis.

"Iya Kim lo jadi cewek kalem dikit elah. Jangan sangar sangar gitu," timpal Sinta yang sedari tadi hanya diam.

"Dengerin tuh temen lo!" ujar Brandon ketus ke Kimi yang ditanggapi gadis itu dengan mengendikkan bahunya acuh lalu dia kembali duduk di samping Naya.

Brandon kembali berjongkok didepan Sicka, "Nanti pulang sekolah gue anter mau? Sekalian mampir ke rumah gue." Sicka pun mengangguk dengan senyuman yang lebar.

  "Awas aja lo macem-macem sama Rin!" sahut Kimi tiba-tiba.

"Iya iya tenang aja. Sahabat lo aman." balas Brandon ketus.

 

Dikejauhan, Rionald memandang Sicka dengan pandangan yang tak bisa diartikan.

<•[💙]•>

Sicka begitu gugup saat akan memasuki rumah didepannya. Namun genggaman tangan Brandon yang berdiri di sampingnya membuat dirinya sedikit tenang. Setelah menekan bel rumah dua kali tak berselang lama pintu terbuka, menampilkan seorang wanita cantik dengan pakaiannya yang terlihat begitu fashionable.

  "Udah pulang kak, eh kamu bawa siapa?" tanya wanita yang Sicka ketahui adalah ibu dari Brandon.

"Dia Sickarina Mi, pacar kakak." Brandon mengenalkan Sicka dan ibu Brandon agak sedikit terkejut.

"Hai Tan, saya Sickarina." sapa Sicka sembari menyalami tangan ibu Brandon.

"Saya Reva ibu Brandon, yaudah masuk yuk!"

Mereka pun masuk ke dalam rumah, Sicka duduk diruang tamu bersama Reva sedangkan Brandon ganti baju di kamarnya.

Sicka agak gugup saat ditatap Reva dari atas sampai bawah, mungkin dia tengah menilai kalau gadis cacat sepertinya tidak cocok dengan anak laki-lakinya.

  "Saya terkejut saat Brandon mengenalkan kamu sebagai pacarnya," Sicka menatap wajah Reva yang kini tengah tersenyum kepadanya.

"Kenapa Tante terkejut? Apa karena ... fisik saya ya Tan?" tanya Sicka hati\-hati. Pertanyaan dari Sicka menimbulkan tawa dari Reva.

"Bukan begitu Nak, saya hanya terkejut saja ternyata Brandon bisa punya pacar. Padahal dulu dia pernah bilang kalau dia nggak mau punya pacar." jelas Reva masih dengan sedikit tawanya.

Sicka ikut tersenyum tipis tak tau harus menanggapi apa.

Tak lama Brandon datang menghampiri kedua perempuan yang tengah mengobrol itu. Sicka terpana saat melihat Brandon mengenakan kaos warna merah yang dipadukan dengan celana jeans warna hitam tak lupa sneakers putih yang dikakinya.

  "Mau pulang sekarang?" tanya Brandon ketika sudah berada didepan Sicka, gadis itu hanya mengangguk saja.

"Eh kan belum makan masa iya mau pulang?" ujar Reva kepada anaknya.

"Kakak mau makan diluar aja sama Sicka Mi," jawab Brandon. Reva mendengus namun tak ayal mengangguk paham, namanya juga anak muda pasti ingin menghabiskan waktu berdua pikir Reva.

"Kalo begitu saya pamit Tan." ucap Sicka sembari menyalimi Reva disusul Brandon juga yang menyalimi tangan ibunya.

<•[💙]•>

Duduk tak jauh dari meja dimana dia terus mengawasi gadis yang tengah tertawa bersama lelaki yang disukai gadis itu. Entah kenapa melihat gadis itu tertawa karena orang lain membuat sesuatu di dalam dadanya berdenyut nyeri. Ada rasa tak terima yang menyusup jauh dalam benaknya.

Tangannya mencengkram dadanya saat melihat gadis itu dikecup pipinya oleh lelaki itu. Dan seolah kenyataan menyadarkannya, memangnya dia siapa? Kenapa dia tak rela? Kenapa juga dia harus menguntit seperti ini? Padahal sebelumnya dia tak pernah melakukan ini.

Dia Rionald, lelaki yang sepertinya mengalami apa itu jatuh cinta pandangan pertama saat bertemu Sicka di tangga gedung IPS. Dan kali ini dia tak menampik akan hatinya yang benar-benar mencintai Sicka.

Meskipun Sicka tidak bersamanya sebisa mungkin dia akan menjaga Sicka dari kejauhan. Dia tahu betul betapa rapuhnya gadis yang sukses mencuri hatinya itu.

Seperti saat ini, dia bahkan tidak pulang setelah pulang dari sekolah mengikuti dimana Sicka yang tadi di rumah Brandon dan sekarang berada di restoran hanya demi memastikan bahwa Sicka baik-baik saja.

Dia segera merogoh saku jaketnya lalu mengeluarkan ponselnya. Dia membuka kamera di ponselnya lalu diarahkan dimana Sicka berada.

Ckrek

Satu foto berhasil Rion ambil, dia mengamati wajah Sicka yang tertawa di layar ponselnya. Hal itu membuat dia juga ikut tersenyum, siapapun yang melihat tawa Sicka pasti beranggapan bahwa dia adalah orang paling bahagia padahal dia adalah orang yang paling rapuh, kesakitan dalam hidupnya.

Matanya kembali teralih kepada Sicka yang kini sudah duduk sendiri dengan wajah sendu. Lalu Sicka berdiri dari tempatnya, berjalan hingga langkahnya dekat dimana Rion berada. Segera saja Rion menahan tangan gadis itu.

Raut gadis itu nampak terkejut saat melihat Rion yang kini sudah berdiri di depannya.

  "Onald juga disini? Sejak kapan ?Sendirian?" tanya Sicka setelah menormalkan raut terkejutnya.

Rion hanya diam, dia menatap Sicka dalam.

  "Mau pulang sendiri?" tanya Rion setelah puas menatap mata belo Sicka.

"Tadinya gue mau dianter pulang Brandon tapi dia tadi angkat telpon terus kaya orang khawatir gitu eh tiba\-tiba dia berdiri ninggalin gue disini." Cerita Sicka yang membuat Rion paham kenapa tiba\-tiba Sicka duduk sendiri.

"Pulang sama gue aja." ucap Rion lalu segera menarik tangan Sicka keluar restoran.

Rion mengangkat tubuh Sicka untuk duduk di jok belakang motornya, lalu dia pun segera menaiki motornya kemudian melajukannya dengan kecepatan sedang.

Tapi tiba-tiba saja saat ditengah perjalanan hujan turun begitu deras yang membuat Rion segera mencari tempat berteduh. Halte adalah pilihan Rion untuk berteduh dengan Sicka dan di halte ini mereka hanya berdua saja.

Hujan begitu deras dan angin juga berhembus kencang, membuat Sicka mengusap lengannya akibat kedinginan. Rion yang melihat Sicka kedinginan mendekatkan dirinya lalu memeluk Sicka.

  "Eh? O-onald ngapain?" Sicka begitu terkejut atas perlakuan Rion ini. Dan parahnya jantung Sicka berdetak sangat kencang di dalam sana.

*Hujan aja terus, kalo bisa jangan berhenti*.

 

Rion tak menjawab, dia hanya diam sambil mempererat pelukannya. Dalam hatinya dia begitu senang, tenang bercampur jadi satu saat memeluk Sicka. Jantungnya berdetak kencang dan itu dapat dirasakan oleh Sicka.

  Semoga lo paham arti detakan jantung gue Rin. Seulas senyum mampir dibibir Rion saat hatinya berbicara seperti itu.

Sicka yang berada dipelukan Rion mulai paham maksud tindakan lelaki itu. Dia paham kalau Rion memeluknya agar tidak merasa kedinginan. Tapi yang aneh kenapa dia bisa merasakan detak jantung Rion yang berdetak kencang?

  "Onald gue denger detak jantung lo yang cepet banget!" ucap Sicka yang masih dipelukan Rion.

Rion yang menumpukan dagunya dikepala Sicka berujar, "Cuma lo yang bisa buat jantung gue gini."

  "Ha?" Sontak saja Sicka melepas pelukannya lalu menatap Rion yang juga menatapnya.

"Lupain, hujannya udah agak reda. Kita lanjut." ucap Rion lalu mengangkat Sicka lagi untuk dia dudukkan di jok belakang motornya. Lalu dia pun menyusul menaiki motornya kemudian melajukannya. Sicka yang berada di belakang masih bingung akan ucapan Rion tadi.

*Apa maksud si semen basi*?

Dia sungguh bingung, bukan dia tak paham maksud ucapan itu. Hanya saja dia tak ingin menduga-duga apa yang tidak seharusnya dia pikirkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!