Siapakah namamu? Apakah kau memiliki tempat untuk pulang? Selangkah demi selangkah kau menapak bumi. Dan saat itu, aku ingin merengkuhmu.
•{ protector }•
Bagaimana tanggapanmu ketika namamu digunakan dalam sebuah lirik lagu yang sama sekali tidak ada bagus-bagusnya dalam lagu itu? Jengkel? Itulah yang dirasakan oleh Rionald Bayusendra Dinata. Cowok dengan wajah datar dan sering dipanggil Rion itu hanya menghembuskan nafas mencoba menenangkan dirinya agar tak meninju wajah jahil sahabatnya, Ken Asadipura.
“AKU TANPA BANG RION BAGAIKAN BEBEK TANPA CONGORNYA ... KWEK KWEK...”
“HAHAHAHAHAHA,”
“LANJUTKAN KEN AROK!”
“RION OH RION KENAPA ENGKAU DIEM? MACEM MANA AKU TAK DIEM, MULUTKU SARIAWAN!”
“HAHAHAHAHHA, GUOBLOK!”
Karena sudah tak tahan dia menjadi bahan tertawaan satu kelas, dia memilih keluar dari kelas. Bila dia tetap di kelas jangan salahkan dia kalau tangannya tak akan tinggal diam untuk membungkam Ken.
“LOH BANG RION MAU KEMANA?”
Rion mengacuhkan Leon, sahabat satunya yang sama jahilnya seperti Ken. Nama lengkapnya Leonardo Davindra. Ketika keluar kelas, dia sudah siap mengenakan masker yang sering dia bawa. Alasan dia memakai masker karena dia takut akan dikejar-kejar oleh cewek seperti waktu dia SMP.
Bukan maksud sok ganteng, tapi dulu ketika Rion masih SMP. Dia menolong seorang cewek yang jatuh karena tersandung. Karena dia kasihan akhirnya dia menolong cewek itu. Dan saat itu pula cewek itu menyukai Rion dan terus mengejarnya. Dari situ semua cewek di sekolah SMP nya dulu penasaran dengannya dan menjadi fans-fansnya.
“Duh susah amat sih turunnya, mana kaki udah mulai nyeri lagi.”
Rion terhenti ketika hendak turun ke bawah. Di tangga itu ada seorang cewek yang nampak kesusahan meniti anak tangga, di tangan kanan cewek ini ada ember berisi air dan di tangan kiri memegang gagang pel. Rion tebak cewek ini terkena hukuman. Lalu cewek ini tiba-tiba duduk di anak tangga dengan tangannya yang mengurut kaki kanannya.
*Apa gue harus tolong dia*?
Rion mendekati cewek itu, “Butuh bantuan?” Bagaimanapun dia masih punya sifat peduli sosial untuk membantu orang yang kesusahan.
Sicka terperanjat karena kaget, secepat kilat dia berdiri lagi lalu menyengir, “E-eh n-g-nggak, nggak usah. Lo pasti mau lewat ya tadi? Duh maap gue ngalangin jalan. Kalo gitu gue duluan, ya?” Sicka pun kembali menuruni anak tangga dengan susah payah.
Sicka masih berusaha agar langkahnya segera sampai di bawah, “Sedikit lagi ... huh huh ...” Nafasnya sudah tersendat-sendat karena kelelahan.
Rion sedikit terkejut tatkala melihat Sicka yang berjalan pincang. Rion pun menyusul Sicka lalu mengambil ember berisi air itu. Sicka kaget, “Eh lo lagi, duh maap lo pasti nunggu gue jalan lama banget ya pasti. Em siniin embernya, gue bisa sendiri kok.”
Rion menatap datar cewek di depannya, sudah tau lelah masih saja sok kuat, “Dari yang gue liat, lo butuh bantuan.” Rion juga mengambil pel-pelan di tangan kiri Sicka, setelah itu dia turun terlebih dahulu.
Sicka sempat terdiam melihat Rion yang sudah turun sambil membawa ember dan pel-pelannya. Dia tak menyangka akan ditolong oleh orang. Setelah itu dia pun turun ke bawah.
Sesampainya di lantai dasar, Rion menatap Sicka datar. Cowok itu menunggu Sicka yang menuruni anak tangga dengan pelan.
Sicka melirik name tag cowok di depannya yang memakai masker, Rionald Bayusendra Dinata. Bagus juga namanya euy! Batinnya. Sicka mengambil ember dan pelnya dari tangan Rion, “Hehehe, makasih udah bantuin gue.”
“Hm.”
Tanpa sepatah kata apapun Rion berjalan meninggalkan Sicka menuju ke arah kantin berada yang letakknya ada di samping gedung serbaguna. Sicka terbengong melihat bagaimana cueknya cowok itu.
<•[💙]•>
Sicka yang sudah selesai dengan tugasnya pun duduk di kursi yang tersedia di koridor. Dia menunggu Kimi yang sedang otw menghampirinya. Mereka akan ke ruang BK sama-sama. Tak sedikit adik kelas Sicka menganggunya, seperti menendang kakinya yang lumpuh itu, ada juga yang melemparinya dengan gumpalan kertas kecil.
“WOI KALIAN! JANGAN GANGGU SOBAT GUE!” Kimi datang dari jarak yang tak jauh. Para adik kelas yang mengganggu Sicka nampak ketakutan dan segera berlari ketika Kimi sudah dekat. Mereka takut dengan Kimi, karena Kimi yang terkenal pandai karate.
“Untung ada elo, Kimpret. Bakal digangguin terus gue.” Sicka bernapas lega, pasalnya dia tadi sudah mencoba menghindar dan tak mempedulikan adik kelasnya tetapi adik kelasnya masih mengganggunya.
“Lo kalo digangguin tendang aja mereka, kalo perlu lo sobek aja roknya biar \*\*\*\*\*\*!” Kimi geram sendiri melihat anak Skylar yang selalu memperlakukan Sicka seenaknya.
Sicka berdiri, dia mengibaskan tangannya, “Udahlah gapapa, mending kita ke ruangan Bu Pram. Gue udah laper nih pen makan.”
Keduanya pun berjalan menuju ruang BK untuk menemui Bu Pram, melaporkan bahwa mereka sudah mengerjakan hukuman serta ingin mengambil tas mereka yang dibawa Bu Pram ke ruang BK.
Setelah keluar dari ruang BK, mereka berjalan menuju kelas untuk meletakkan tas mereka sebelum ke kantin. Di perjalanan menyusuri koridor, Sicka bercerita, “Eh Kimpret, tadi ada cowok yang nolongin gue loh!”
“Cowok? Nolongin lo ngapain?”
“Gue ceritain awalnya. Awalnya gue kan mau turun tangga pas di lantai dua gedung IPS. Gue kesusahan kan karena tangan gue masing\-masing megang ember terus pel\-pelan. Terus, tiba\-tiba ada yang ngambil ember dari tangan gue. Gue ngerasa nggak enak dong karena udah pasti ngerepotin dia, tapi dia tetep bantu bawain. Tapi Kim, dia cuek deh orangnya. Masa dia bales ucapan makasih gue cuma 'hm' doang.”
Kimi tertawa melihat wajah Sicka yang sedikit kesal, “Tapi ganteng kan cowoknya? Mayanlah bisa buat washing eyes, wkwwkw,”
“*Washing eyes* segala, cuci mata aja kenapa!” Sicka mendengus geli, “lagian tuh cowok pake masker, mana tau gue ganteng apa kagak.”
“Yaaaah penonton kecewa,” Kimi tertawa begitupula Sicka. Mereka pun masuk ke kelas dan menuju bangku mereka. Teman\-teman sekelasnya ada yang menyapa ada pula yang tengah sibuk masing\-masing dengan urusannya.
<•[💙]•>
Rion memakan mie ayamnya di pojok kantin dan menghadap membelakangi pintu kantin dengan hikmat. Kantin saat ini belum terlalu ramai jadi dia sedikit tenang sambil menikmati makannya. Rion tidak suka dengan keramaian, dia bila ingin ke kantin pasti ketika sudah masuk dan dia ijin ke guru untuk ke toilet padahal dia ke kantin untuk makan.
Suara bel istirahat berbunyi, lalu derap langkah kaki terdengar nyaring menuju kantin. Rion berdecak kesal, “Ck! Kenapa harus sekarang?” Rion melihat mie ayamnya yang masih banyak. Terpaksa dia harus tinggal disini lebih lama dan mempersiapkan kupingnya mendengar kericuhan yang akan terjadi di kantin. Inginnya dia segera pergi, tetapi dia selalu ingat ucapan orang tuanya agar tak membuang makanan, mubazir.
Ketenangan Rion makin terganggu dengan kehadiran teman-temannya yang menyusulnya dan kini duduk di meja panjang dimana dia duduk.
“Ayam kampung dimakan elang, Bang Rion ke kantin kok nggak ngajak\-ngajak!” Ken berseru kesal di sebelah Rion.
“Pantun tak bermutu tinggi, siapa lagi penciptanya kalo bukan Ken Arok!” Leon menggeplak kepala Ken. Dia juga duduk di sebelah Rion sebelah kiri. Teman\-teman Rion yang lain seperti, Tegar, Sam, Tommy duduk di depan Rion.
“Yang bilang gue lagi mantun siapa?” sahut Ken tak terima kepada Leon. Rion yang berposisi di tengah hanya menulikan telinganya.
“Cih gue jadi kasian sama lo Ken, ganteng\-ganteng \*\*\*\*\*\*! Untung kegoblokan gue masih mending ketimbang lo ye.” balas Leon.
Yang lain tertawa terbahak-bahak melihat perdebatan keduanya, “Weh jangan lupakan Le, si Ken Arok kan jones.” Tommy ikut-ikutan.
“Tomcat nggak sadar diri sih, ngaca dong! Situ juga jones, ngemis\-ngemis cinta di Mbak Sori aja kagak berbalas. Uweee sedboi kelas kakap anda!” Ken balas meledek Tommy, Mbak Sori itu anak ibu kantin yang lumayan cantik dan sering digombalin oleh Tommy.
“Bacot!” Rion berdecak kesal, dia meminum es jeruknya dengan cepat.
Karena kerusuhan yang ditimbulkan oleh teman-teman Rion, tak ayal mereka mendapat tatapan tak suka dan mencemooh. Tegar yang melihat itu angkat suara, “Gue heran deh, kenapa orang sukanya mandang harta. Orang yang rendah ditempatin di kelas khusus, heran gue.”
“Betul tuh, disini juga banyak pembullyan terhadap anak beasiswa. Kasian gue liatnya. Tapi untung aja deh, bokap gue nempatin gue di kelas yang ada lo pada. Gue jadi tau mana yang tulus berteman sama gue, hehehe,” Sam ikut berbicara. Sejujurnya teman sekelas Rion itu golongan orang\-orang mampu, tapi mereka masuk sekolah ini lewat jalur beasiswa yang dikhususkan untuk orang tidak mampu.
Seketika pembicaraan mereka terhenti karena kantin yang tiba-tiba riuh. Sam menggelengkan kepalanya, “Gue kasian liat tuh cewek sering banget kena bully. Nggak seharusnya mereka kayak gitu.”
Rion yang sedikit tertarik menolehkan kepalanya ke belakang. Matanya terbelalak mendapati cewek yang ditolongnya tadi tengah terduduk di lantai kantin.
*Cewek pincang itu* ...
<•[💙]•>
Sicka dan Kimi yang sudah lapar pun pergi ke kantin. Sicka membawa bekal yang diberikan Bi Sum kepadanya itu mencari bangku kosong untuk dia duduki bersama Kimi. Kalau Kimi sendiri tengah memesan makanan di stand bakso. Tetapi seorang cowok dengan sengaja menumpahkan kuah bakso yang masih panas ke Sicka dan mengenai pahanya.
“Akhh ... Panas ...” Sicka bahkan menjatuhkan bekalnya hingga berserakan di lantai kantin. Sedangkan cowok itu tersenyum menyeringai dan memasang wajah tanpa rasa bersalah.
“Gue kira tempat sampah, eh malah elo cewek cacat! Maap yak, gue nggak sengaja.” ujar cowok itu.
Bugh
Kimi datang dan langsung menonjok pipi cowok itu, “LO NGGAK PUNYA MATA HAH? LO PIKIR LO SIAPA BERANI NYAKITIN DIA?”
Cowok itu menatap kesal Kimi, “Nggak usah sok pahlawan deh lo! Lagian lo kok mau aja sih temenan sama cewek cacat kayak dia!” Cowok itu menunjuk Sicka yang masih mengipaskan tangannya ke pahanya.
Kimi menarik kerah seragam cowok itu, “Jaga bicara lo!” tekan Kimi disetiap ucapannya. Sicka yang hendak melerai Kimi tiba-tiba tersungkur ke depan hingga dia mencium lantai. Lututnya terasa nyeri karena sepertinya lecet.
Byurr
Kini Sicka tak hanya merasakan nyeri dan panas, tetapi dingin juga basah di seragamnya, warna seragamnya sudah berubah warna menjadi merah. Suara sorakan kantin begitu riuh menertawakan dirinya yang serihg menjadi bulan-bulanan. Saat Sicka mendongak hendak memarahi pelakunya, dia menahan nyeri di hatinya saat mengetahui pelakunya adalah Sandriana, kakak kembarnya sendiri.
“SIALAN LO ANAK SETAN!” Kimi mengumpat ke Sandriana, Kimi hendak maju untuk memberi pelajaran kepada Sandriana, tetapi Sicka menahan tangan Kimi.
“APA? LO NGGAK TERIMA? GIH NGADU SANA NGADU SAMA GURU!”
tantang Sandriana sambil tersenyum meremehkan, “Lagipula mau lo ngadu ke guru nggak akan guna.” sambungnya. Tentu saja hal itu membuat Kimi makin naik darah. Dia kembali hendak maju menyerang Sandriana, dan membuat kantin makin riuh karena ingin melihat Kimi beradu dengan Sandriana. Lagi-lagi Sicka menahannya, tak mungkin dia membiarkan saudara kembarnya disakiti oleh Kimi.
“Kenapa sih lo tahan gue? Dia itu harus dikasi pelajaran buat nggak berbuat seenaknya sama orang!” Kimi kembali memandang sinis Sandriana bersama teman\-temannya.
“Udahlah Kim, biarin aja. Mending lo anter gue ke UKS sama ganti seragam. Daripada lo koar\-koar nggak guna terus berurusan sama guru kan lo sendiri yang repot.” ucapan Sicka tentu saja membuatnya dicemooh.
“HUUUUUUUUUUUUU,”
“KAGAK SERU ELAH! GELUT KEK!”
Sandriana yang sudah merasa puas karena sudah mempermalukan Sicka pun memilih pergi menuju meja kantin dimana dia dan temannya sering duduk sesaat sebelumnya melemparkan tatapan merendahkan kepada Sicka.
“Udah deh kalian diem! Seneng banget liat gue, kalian ngepens apa gimana sama gue?” Semua orang yang ada di kantin bergidik jijik ketika mendengar ucapan Sicka.
“DIH KITA NGEFANS LO? NGIMPI NOH! BANGUN WOI BANGUN! LO BUKAN TUAN PUTRI YANG PANTES BUAT DIJADIIN FAVORIT!”
“MENDINGAN TETANGGA GUE DARIPADA LO CACAT!”
“AMIT\-AMIT KITA NFEFANS SAMA LO! NGGAK GUNA \*\*\*\*\*\*!”
“KAMSEUPAY IYUHH!”
Kimi sedari tadi menutup kedua telinga Sicka agar Sicka tak mendengar semua cacian itu. Meskipun Sicka masih bisa mendengarnya karena suara orang-orang yang begitu kencang.
Sicka menanggapinya dengan tersenyum lebar, Kimi bergegas menarik tangan Sicka keluar dari kantin. Lain kali ingatkan Kimi agar tak lagi membawa Sicka ke kantin.
Kimi membawa Sicka ke UKS setelah tadi sempat ke kamar mandi untuk berganti seragam. Beruntung di loker Kimi ada seragam cadangan.
Saat sudah sampai di UKS, Kimi menatap Sicka yang sedari tadi tersenyum. Hal itu membuat hati Kimi juga merasakan sakit, apalagi saat tadi ia tak sengaja melihat pipi Sicka yang lebam.
“Keluarin!” Sudah cukup. Kimi tidak bisa menatap Sicka yang terus tersenyum sejak dari kantin tadi. Ia tahu bahwa Sicka mencoba menahan agar ia tak menangis.
“Keluarin, Rin!" bentak Kimi kepada Sicka.
*Jenis rasa sakit yang terburuk adalah saat kamu tersenyum hanya untuk menghentikan air mata yang jatuh*.
Sicka menatap Kimi dengan tatapan kosong, senyumnya yang tadi mengembang perlahan memudar. Matanya mulai berkaca-kaca, hingga bulir bulir bergantian mengalir di pipi gadis itu.
“Hiks ... Hiks ... G\-gue nggak bo\-leh cengeng hiks ...” isakan yang menyayat hati menggema di UKS.
Kimi pun ikut menangis, dia membawa Sicka kedalam pelukannya. Mencoba meyakinkan kalau masih ada dirinya yang menerima Sicka, meyakinkan bahwa Sicka tak sendiri, Sicka kuat.
“Hiks.. k\-kalau boleh gue m\-minta waktu hiks... g\-gue pengen memperbaiki s\-semuanya ... t\-tapi salah gue ? Hiks... gue cuma...
"
Sicka mencoba menarik napasnya agar tangisnya tidak semakin parah.
"Hiks... gue cuma mensyukuri apa yang Allah kasih, Kim.” tidak, Sicka tidak bisa menahan tangisnya lagi. Saat ini juga semua air matanya keluar.
“Husttt hiks... Gue tau kok hiks... gue tauuu banget gimana sakitnya elo.. tapi gue yakin hiks .. lo kuat!” Kimi mengelus punggung Sicka sembari terisak, ikut merasakan apa yang dirasakan oleh Sicka.
“G\-gue selamat atas kejadian itu aja gue udah bersyukur banget Kim hiks... Allah sayang gue banget ya Kim.. hiks ..hiks.. sampe dia kasih gue ujian kaya gini.”
Kimi tak bisa menjawab apa-apa, yang mampu ia lakukan hanyalah mengangguk sembari memeluk sahabatnya ini erat-erat.
“Kim hiks.. lepasin gue.. jangan peluk gue lama\-lama hiks.. ntar kalo ada yang ngira kita l\-lesbi gimana?” Sicka lalu mengurai pelukannya.
Pletak
Jitakan Sicka dapatkan dari Kimi, dalam keadaan melow begini Sicka masih saja bercanda. Mereka menghapus air mata mereka.
“Udah melow\-melow tadi juga. Eh lo ngrusak suasana hahahah,” sontak tawa mereka pun pecah memggema di ruangan kesehatan ini.
“Ya salah sendiri, lo meluk gue erat banget. Kan gue jadi mikir lo nggak normal, secara lo juga nggak pernah cerita\-cerita ke gue lo lagi suka sama siapa.” bela Sicka yang membuatnya kembali mendapat jitakan dari Kimi.
“Mulut lo sembarangan amat dah, gue masih normal kali. Gue masih doyan ABS Oppa.”
Lalu Kimi teringat pipi Sicka yang terlihat lebam tadi, ia pun menyingkirkan rambut Sicka ke belakang yang membuat Sicka terbelalak.
*\*\*\*\*\*\* Kimi tau*..
Dan kini Kimi kembali menatap Sicka datar, “Ini kenapa ?”
Sontak Sicka memegang pipinya sendiri, “I-ini?? Ini itu.. anu.. ah iya kemaren malem pas gue lagi nonton tipi eh ada nyamuk yang nyipok pipi gue, yaudah karena gue nggak terima gue tampar lah. Eeehhh malah senjata makan tuan.” jelas Sicka yang tidak di percayai oleh Kimi.
“Serius karena nyamuk? Nggak karena nyokap lo atau keluarga lo yang lain?” Kimi tak mempercayai penjelasan Sicka.
Sicka gelagapan, “Y-ya gitu dehh.”
Kimi menghela napas kasar, ia kemudian beranjak mendekat ke kulkas yang ada di UKS lalu mengambil es batu guna untuk pipi Sicka.
Perlahan Kimi mengompres pipi Sicka yang membuat Sicka harus meringis menahan ngilu sekaligus dingin yang bercampur menjadi satu.
“Shh... Pelan\-pelan kek, sakit tauk!!”
Kimi hanya meringis, “Ya maaf.”
Grrrrrrr
Suara geraman itu membuat Kimi menghentikan gerakannya mengompres, “Eh Rin, masa gue denger suara geraman hewan sih?” tampak sekali raut wajahnya ketakutan.
Sicka terkekeh, “Bukan hewan elah, itu suara ringtone kalo ada wa masuk di hp gue hahaha,” jelas Sicka yang membuat Kimi mencebik kesal.
Sicka pun segera mengecek pesan itu.
Bunda Say 💗
Plng sklh lngsng plng, jgn kmn-mn. Sy sma yg lain mau pergi dan pulang nanti mlm. Tdk usah menunggu mkn mlm. Kmu jaga rumah saja.
*balasan* Iya Bunda.
Sicka mendesah, hal ini sudah biasa. Padahal dalam hatinya dia juga ingin sekali pergi bersama mereka.
*Realita tak sesuai ekspektasi, Rin... Lo harus sabar*!
Kimi menyadari perubahan raut wajah sahabatnya, dia tau semua yang terjadi dengan sahabatnya. Tapi dia hanya bisa diam, karena Sicka pernah bilang kepadanya kalau Sicka seperti ini, Kimi harus bersikap biasa saja. Ya Sicka tidak ingin dikasihani.
“Rin kalo lo udah nggak betah, jangan lupa gue dan keluarga selalu membuka rumah untuk lo pulang.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments