FIVE

Tutup saja matamu dan tenanglah. Biar aku yang menuntun disetiap langkahmu.

•{ protector }•

Sedari tadi di kelas XI Bahasa ini terdengar ricuh. Bukan ribut seperti biasa, tapi mereka harap-harap cemas akan isi rapot yang akan orangtua mereka ambil.

Duh yang pasti mereka harus menyiapkan telinga untuk mendengar omelan dari orangtuanya lebih tepatnya ibu. Pasti jika nilainya jelek atau tak mendapat ranking akan di banding-bandingin sama anak tetangga ataupun nyalahin Hp.

Boro-boro diomelin, melihat rapot Sicka saja bundanya tidak pernah. Jujur saja Sicka juga ingin merasakan gimana rasanya di omelin saat nilainya jelek. Bukankah itu tandanya orang tua yang perhatian? Angan hanyalah angan, Sicka hanya bisa menunggu waktu yang menjawab.

Makanya Sicka terkadang tidak punya semangat dalam belajar, tapi beruntung Bi Sum selalu memberi semangat. Maka dari itu, dia berusaha semaksimal mungkin untuk membuat Bi Sum bangga kepadanya.

Berbeda dengan teman-temannya, Sicka dan Kimi justru ngrumpi dipojok kelas membicarakan kejadian Brandon yang meminta nomor wa Sicka.

"Gue masih nggak percaya deh Rin," Kimi bersandar di tembok dan Sicka pun seperti itu.

"Iya gue juga nggak percaya, rasanya gue kaya mimpi Kim. Tiba\-tiba si Brandon dateng ke rumah terus minta nomor WA." ucap Sicka sembari membayangkan kejadian tadi malam.

Kimi menoleh ke arah Sicka yang masih tersenyum-senyum sendiri. Gue hanya bisa berharap semoga tuh cowok beneran suka sama lo Rin, kalo dia sampe mainin lo. Tenang aja gue yang bakal hajar dia sampe muka gantengnya ilang.

Sicka yang sadar diperhatikan pun menoleh ke arah Kimi yang menatapnya sendu.

"Heh Kimpret lo kenapa liatin gue kayak gitu?" tanyanya sembari menaikkan alis.

"Gue seneng aja liat lo seneng kaya gini. Apapun itu kalo lo seneng gue bakal ikut seneng." ucap Kimi tulus, itu yang dilihat oleh Sicka.

"Uuuu kok cocwiiitt sihhh ... Ututuuuuu tayang kamuhhh deh!" ucap Sicka alay sembari mencoba memeluk Kimi.

Brug

Tiba-tiba lantai yang mereka duduki bergetar lantaran Dodo temannya bergabung dengan mereka.

"Ebusyett Do, pelan\-pelan napa? Nih lantai ampe geter gegara lo duduknya nggak selo." dengus Kimi yang membuat Dodo hanya menyengir. Oh iya Dodo itu termasuk orang yang makmur, makanya tubuhnya over sehat dan over langsing.

"Ya maap maap deh, nih gue gabung nggakpapa kan? Tadi gue juga sempet curi\-curi denger lo pada ngomongin Gendon." Sontak Kimi dan Sicka terkejut lantaran ada yang mendengar pembicaraan tentang 'Brandon' tapi temannya memanggil cowok itu dengan 'Gendon'.

"Itu tuh si Rin, dimintain nomor wa sama si Gendon."

"APAAA??"

Itu bukan suara Dodo, tapi pekikan kaget dari teman sekelasnya, karena saat Kimi menjelaskan ke Dodo kelas sempat hening.

Seketika teman-temannya mengerumun di pojok kelas.

"Eh yang bener Rin?"

"Serius Rin?"

"Widihh gila, kok bisa?"

"Wahh patut dicurigai nih!"

"Ihhhh aku juga pengen dong dimintain nomor sama cogan."

"Mikir aja pea pake kepengen lagi, ini pasti ada apa\-apanya."

Begitulah tanggapan teman sekelasnya baik perempuan maupun laki-laki. Seketika pojokan kelas menjadi tempat mereka bergerumul dan melupakan bahwa sebentar lagi kelas mereka akan kedatangan wali murid.

"Ya gue juga nggak percaya, tapi gimana dong? Satu sisi gue juga seneng banget dimintain nomor wa sama dia. Apalagi lo pada tau kan gue suka sama dia." ucap Sicka yang diangguki semua temannya.

Di SIS yang memang bisa menerima Sicka hanyalah teman sekelasnya, meskipun banyak yang sering menghinanya setidaknya masih ada teman-teman sekelasnya. Walaupun saat Sicka di bully temannya hanya diam, lantaran mereka tidak punya kuasa yang sama seperti orang yang membully Sicka.

"Intinya lo jangan seneng dulu, ini demi kebaikan elo sendiri Rin." ucap Bowo teman sekelasnya yang berbakat dalam bidang bahasa Inggris ini.

"Sedang apa kalian di belakang situ hah?" Suara wali kelasnya Bu Wati membuat mereka menoleh serempak.

"Kita lagi adain doa bareng Bu, biar nilai kita semua bagus\-bagus." celetuk Dodo

"Nah iya Bu, siapa tau pas kita doa bareng gini nilainya tiba\-tiba berubah. Dari yang tuju lima tiba\-tiba jadi sembilan lima." tambah Edo yang merupakan sekawannya Dodo.

"Ck kalian ini. Mana bisa begitu?" Bu Wati hanya geleng\-geleng kepala.

"Lha ibu gimana sih, kalo Allah sudah bilang 'Kun Fayakun' maka semua bisa terjadi Bu," sahut Fahmi yang merupakan anak rokhis di SIS.

"Ya percuma kalian berdoa, seharusnya kalian berdoa sebelum nilai kalian di rata\-rata. Kalo sudah penerimaan rapot begini ya mana bisa berubah." Kadang Bu Wati ini heran dengan anak didiknya ini.

"Nggak ada yang percuma Bu, Allah kan maha mendengar Bu. Ibu ini tak patuut ..." kini Sicka yang berbicara dan mendapat anggukan dari teman\-temannya.

"Haduh terserah kalian sajalah. Yang jelas sekarang kalian rapiin ini kelas, masa ada kemoceng di depan pintu nggak ada yang ngambil. Terus itu kenapa di jendela ada sapu sih." Kini semuanya mulai kelabakan karena sang ibu kepala suku pasti akan tambah marah bila mereka tidak segera membersihkan.

Bu Wati tersenyum puas melihat anak didiknya membersihkan dan merapikan kelas. Ibu salut akan kekompakan kalian batin Bu Wati.

Setelah semua beres, anak kelas sebelas bahasa memilih untuk duduk-duduk di depan kelas. Dan untuk ketua kelas sibuk membantu wali kelas mengambil rapot yang tadi masih di kantor guru.

"Rin nanti yang ngambil rapot lo Bi Sum lagi?" tanya Kimi hati\-hati. Sicka hanya mengangguk lemah sembari matanya menatap ke gedung IPA tepat di lantai dua yang kini dia melihat kedua orangtuanya tengah tertawa bersama San.

Kimi pun melihat apa yang dilihat Sicka, perlahan tangannya mulai mengelus punggung rapuh milik Sicka, "Sabar ya Rin,"

Hingga kedatangan para wali murid  membuat dirinya dan teman-temannya segera berdiri lalu mendampingi orang tuanya. Kimi pun sudah masuk kedalam bersama ibunya.

Sedangkan Sicka, dia masih menung-

"NOONN RINN!" Suara yang sangat dikenal oleh Sicka membuat dia menoleh kemudian tersenyum senang.

"Gimana penampilan mami? Keren kan?" Sicka memperhatikan Bi Sum yang kini memakai atasan kemeja warna peach berlengan tanggung dan celana kulot warna hitam. Dengan rambutnya yang dikuncir kuda, kali ini make up nya juga terlihat natural.

Sicka memberikan acungan jempol "Perfectooo!" keduanya hanya tertawa lalu kemudian masuk ke kelas.

Suasana kelas XI Bahasa nampak hening karena Bu Wati akan membacakan nama yang mendapat ranking 10 besar.

"Berikut murid dengan kategori ranking 10 besar. Ranking satu Nayara Swastika, ranking dua Sickarina Aurelin S ., ranking tiga Kimiarini Cinder, ..." Dan Bu Wati membacakan hingga terakhir yang mendapat ranking 10.

Teman-teman sekelas pun tak ayal bertepuk tangan ketika nama temannya yang masuk ranking 10 besar.

Selanjutnya nama murid satu persatu dipanggil dengan bersamaan wali muridnya yang maju untuk mengambil rapot.

Hingga Bi Sum yang maju untuk mengambil rapot Sicka.

"Terima kasih Bu." ucap Bi Sum setelah menandatangani daftar hadir wali murid dan menerima rapot.

"Iya Bu Sum, Sickarina murid yang pintar. Terus motivasi dia untuk belajar ya," ucap Bu Wati yang diangguki oleh Bi Sum.

Karena Sicka adalah siswa yang absennya paling akhir, Bu Wati pun keluar dari kelas untuk kembali ke kantor. Sedangkan dalam kelas yang sudah sepi Bi Sum tersenyum bangga ke Sicka.

"Mami bangga sama kamu Rin!" ucap Bi Sum sembari memeluk Sicka, begitupun Sicka yang membalas pelukan Bi Sum.

"Makasih udah selalu support Rin mami. *I love you so much*!"

"*Me too dear*."

<•[💙]•>

Sementara di gedung IPS tepatnya di kelas XI IPS 5, lelaki itu duduk santai di depan kelas sembari menikmati pemandangan di bawah sana yang masih banyak wali murid berseliweran.

Dia lebih memilih menunggu hasil rapotnya di depan kelas daripada di dalam. Hingga panggilan seorang perempuan membuatnya menoleh.

"Bang ..." Seorang wanita setengah baya ikut duduk di sampingnya sembari membawa buku berwarna hijau tua yang didepannya bertuliskan nama lengkap Rion.

"Gimana?" tanya Rion kepada mamanya, Silvia.

"Anak mama pasti bangus dong!" ucap Silvia dengan tersenyum bangga.

Rion tak ayal ikut senang melihat mamanya senang.

"Yaudah yuk pulang, mama bareng kamu yak. Tadi kesininya dianter sama Rafisqy." Rion mengangguk. Kemudian mereka melangkah meninggalkan kelas.

Saat mereka akan sampai di parkiran, tiba-tiba Silvia mengerutkan keningnya, "Mama baru liat ternyata anak sini ada yang jalannya pincang."

Karena mereka kini tengah di belakang gadis yang sedikit kesusahan berjalan dan sedang dipapah oleh seorang perempuan. Siapa lagi kalo bukan Sickarina.

"Aku kira Mami ngojek sama mas Parjo," Rion dapat mendengar suara Sicka.

"Hilih nggak mau ngojek sama dia ah Non, dia maa nyari untung mulu!" sahut perempuan yang membantu Sicka berjalan.

Silvia yang berada di belakang Sicka dan Bi Sum sedikit iba dengan Sicka yang nampak kesusahan dalam berjalan.

Dia pun berbisik di telinga Rion, "Bang kasian ya temen kamu itu, kamu bantuin dia gih kalo perlu gendong sana. Pasti temen kamu itu capek jalan begitu." Perkataan Silvia membuat Rion membelalakkan matanya.

"Yang bener aja?" Hanya itu yang dia keluarkan. Dan Silvia tau pasti anaknya akan menolak, diapun segera mendekati Sicka dengan berjalan di samping gadis itu.

"Dek, kamu pasti capek jalan gitu terus. Mbak anak gadisnya biar di gendong anak saya aja ya sampe ke kendaraan mbak." Sontak hal itu membuat Rion menganga apalagi kini Sicka dan Bi Sum juga tengah menatapnya aneh.

"Aduh mbak makasih tawarannya, tapi maaf nggak usah hehe takut ngerepotin," tolak Bi Sum halus dan Sicka pun mengangguk karena dia sudah pernah ditolong oleh Rion. Masa dia harus merepotkannya lagi sih? Tapi Sicka juga sudah lelah, apalagi motor Bi Sum juga masih jauh.

Silvia pun segara menatap anaknya dengan sedikit garang, membuat Rion menghela napas dan tanpa kata-kata dia segera menggendong Sicka ala bridal style.

Dan tau bagaimana Sicka?dia sungguh terkejut ditambah lagi dengan jantungnya yang berdetak tak karuan.

This is Sicka and Rion😳 (ketika Rion hendak menggendong Sicka)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!