EIGHTEEN

**Mata akan lupa siapa yang ia lihat. Akan tetapi hati tidak akan lupa siapa yang ia cinta.

•{ Anonimoûs** }•

Rasa khawatir meliputi Rion sedari tadi karena Sicka masih tak sadarkan diri. Rion sudah menepuk pipinya sembari memanggil namanya berulang kali tapi Sicka masih belum sadar.

Rion mengusap pelipis Sicka yang terluka dan mengeluarkan darah. Melihat Sicka terluka seperti ini membuatnya merasa tak bisa menjaganya dengan baik. Rion juga terluka, tapi rasa khawatirnya kepada gadis di depannya ini membuat Rion melupakan lukanya.

Rion melirik mobil yang nampak rusak agak parah di bagian depan serta banyak goresan.

  "Eunghh ..." Rion segera mengangkat kepala Sicka dan menaruhnya di pangkuannya lalu memanggil namanya.

"Rin bangun Rin ... lo denger suara gue nggak?" Rion menepuk\-nepuk pipi Sicka pelan dan dia merasakan Sicka mengangguk sebagai respon. Mata belonya itu mulai terbuka lalu menatap Rion lama.

"Apa kita udah mati Nald?" tanyanya.

"Lo ngarep banget kita mati?" Rion balik bertanya dan membantu cewek itu duduk sedangkan Sicka memegang kepalanya yang mungkin pusing.

"Kita tunggu bentar, tiga puluh menit lagi temen gue dateng kesini." Sicka menatap Rion, cowok itu terkejut dengan tangan Sicka yang memegang keningnya.

"Onald lo berdarah ..." Sicka nampak panik saat melihat luka di kening Rion padahal dia juga terluka. Rion merasakan tubuhnya menghangat saat melihat raut wajah khawatir Sicka, tanpa sadar dia sudah memeluk Sicka.

"Fiks beneran kita selamat Nald!" Rion terkekeh saat mendengar ucapan Sicka setelah dia peluk.

"Kalo pun iya mati, pasti lo seneng karena lo nggak mati sendiri," Giliran Sicka tertawa dan Rion merasakan cewek itu membalas pelukannya.

Rion mengurai pelukan dengannya, dia menatap Sicka sembari tersenyum tipis.

  Liat wajah senangnya sekarang aja udah buat jantung gue kembali berdetak kencang.

Sicka melirik mobil yang posisinya masih sama seperti tadi yaitu bagian depan mobil yang didekat pohon lalu pintu mobil yang terbuka. Seketika dia menepuk jidatnya dan menoleh kepada Rion.

 

"****** gue Nald! Gimana nih?" Rion menaikkan alis bingung.

"Mobil Abang gue rusak, duh pasti dia marah banget ntar sama gue. Mana dia di Bandung cuma bentar Minggu malem udah pulang." Sicka menjelaskan sembari menggigit kukunya.

Rion memegang bahu Sicka yang membuatnya terdiam seketika. "Biar gue urus mobil lo."

 

"Tapi gue ... udah sering ngrepotin lo," ucapnya lirih sembari memalingkan wajah ke samping. Rion tidak suka melihatnya seperti ini. Segera dia menangkup wajah Sicka menghadapnya.

"*Everything for you Relin*."

 

<•[💙]•>

Rion menatap Relin yang tengah di obati.

 

Hmm Relin, apakah dia marah bila gue manggil dia Relin?

Rion ingin memanggilnya Relin agar berbeda dari temannya maupun keluarganya saat memanggil namanya.

Entah pikiran Rion yang terlalu berlebihan atau karena feel nya benar merasakan kalau dia adalah gadis yang di khususkan untuknya dari Tuhan, Rion akan memiliki keluarga kecil bersamanya nanti. Melihatnya di pagi hari memasak sarapan untuknya lalu menyalimi tangannya saat dia akan berangkat kerja.

Hal itulah yang terlintas di pikiran Rion saat menatap Sicka.

  "Onald lo ngelamun kesambet suster ngesot ****** lo!" Suara itu membuat Rion tersadar dan langsung menatap cewek itu yang tengah tertawa lebar. Sepertinya Sicka tengah membayangakan Rion kerasukan suster ngesot.

Tuk

Sicka mengaduh setelah Rion menyentil jidatnya yang tak terluka, "Sakit tauk!" dengusnya.

  "Gue tau lo ngebayangin gue kerasukan suster ngesot." Rion menyahut ketus yang malah membuat Sicka kembali tertawa. Beruntung dokter perempuan yang mengobati mereka sudah keluar, jadi tidak ada yang melihat Sicka tertawa lebar seperti itu. Sicka terlalu menikmati tawanya sampai kejaiman yang biasanya melekat pada perempuan kini tak menempel kepadanya.

"Gue ngebayangin lo ngesot\-ngesot di lantai hahahaha ... Terus lo ngejar tiap cowok yang lewat depan lo, bwahahhaha .... pasti bagus tuh!"

Hiiiiihihihihi hiiiihihihi

Suara tawa mbak kunti terdengar, sepertinya ada yang menelpon cewek itu. Ternyata Sicka belum mengganti ringtone ponselnya. Kemudian dia mengangkat telpon.

 

"Halo bran," Oh ternyata lelaki itu. Batin Rion menebak.

Sicka nampak begitu senang saat di telpon oleh Brandon dan hal itu membuat Rion merasa tak suka.

  Apakah dia akan senang seperti itu bila gue yang telpon? Tapi emang gue siapanya?

Pantaskah kalau Rion cemburu? Ck, baru kali ini Rion seperti bukan Rion dan itu karena Sickarina Aurelin yang membuatnya seperti ini. Sejujurnya Rion tidak menyukai Sicka terlalu dekat dengan lelaki seperti Brandon, dia yakin cowok itu pasti mempunyai alasan kenapa mendekati Sicka dan yang jelas itu bukan karena cinta.

Rion hanya tak ingin perempuan yang dia cintai itu tersakiti oleh cowok seperti Brandon, tapi dia juga tak yakin dia akan menyakitinya juga, yang jelas Rion tidak akan mampu untuk hal itu. Tujuannya saat ini, besok, dan selamanya adalah memberinya cinta.

  "Ngapain dia telpon?" tanya Rion kepada Sicka saat cewek itu mengakhiri panggilan.

"Bundanya Brandon pengen ketemu sama gue, nggak tau mau ngapain." jawabnya yang Rion angguki. Rion pun berdiri lalu berjongkok di depan Sicka.

"Onald lo ngapain jongkok gitu? Mau nyari kotoran cicak? Duh nggak ada faedahnya banget deh lo." Rion berdecak mendengar ucapan Sicka,

*Sepertinya dia nggak peka sama apa yang gue lakuin*.

"Lo naik, gue anter lo ke rumah tu cowok." tekan Rion sembari menunjuk punggungnya dengan dagunya. Nampak Sicka mengangguk\-angguk paham, lalu segera naik ke punggung Rion.

"Punggung lo *sandarable* banget Nald hehe ... Beruntung deh yang jadi cewek lo nanti." ucapnya dengan kepalanya yang memyender di punggung Rion.

Rion berjalan menyusuri koridor rumah sakit ditemani tatapan tatapan dari orang yang melintas ataupun duduk di tepian ruangan rumah sakit.

Rion hanya terkekeh membalas perkataan Sicka yang katanya punggungnya sandarable. Tapi cewek yang beruntung itu Rion inginnya hanya Sicka. Tidak ada cewek lain, just her.

Cowok itu melihat mobil Papanya yang tadi dia telpon untuk menjemputnya di rumah sakit. Beliau sempat terkejut saat mengetahui Rion masuk ke jurang tadi, tapi setelah mengetahui apa alasannya dia pun mengerti.

Rion membuka pintu belakang mobil, lalu mendudukkan Sicka di situ. Kemudian cowok itu menutupnya lalu dia duduk di samping Papanya yang menyetir mobil. Meskipun Rion ingin duduk di sebelah Sicka tapi rasanya tak sopan karena Papanya yang seperti sopir saja.

Rion melihat Sicka dari kaca spion mobil yang menampakkan sekali Sicka tengah gugup, mungkin karena aura Papanya yang dingin seperti Rion.

  "Kamu Sickarina anaknya Afkar?" tanya Papa dengan suara datarnya, sepertinya sudah jelas Rion ini mirip siapa.

"Eh.. iy\-iya Om," jawab Relin gugup. Rion ingin sekali tertawa saat melihat wajah Sicka, lucu sekali.

"Terimakasih." ucap Papa yang membuat Rion menatapnya dengan heran, begitupula Sicka. Rion dapat melihat Papa yang tersenyum tipis.

"Kenapa Om terimakasih? Padahal saya udah buat anak Om mau mati loh," tanya Relin yang sepertinya lupa akan kegugupannya tadi.

"Om berterimakasih udah masuk di hidup Rionald. Oh iya nama Om, Sendra. Jangan terlalu kaku sama Om, santai saja." Rion hampir membuka mulutnya lantaran mendengar perkataan Papa.

"Ha? O\-oh oke Om Sendra. Panggil aku Rin aja hehe ... Kalo Sickarina kepanjangan." Setelahnya perjalanan di isi dengan obrolan Papa dan juga Sicka sedangkan Rion hanya menjadi pendengar setia tanpa mau ikut nimbrung sampai Relin turun memasuki rumah Brandon.

<•[💙]•>

Rion duduk berhadapan dengan papa dan juga mama di ruang tamu.

  Sepertinya mereka ingin tahu sesuatu dari gue.

"Ada apa?" tanya Rion sambil mengambil kerupuk rengginang kesukaannya. Lalu mengunyahnya dengan santai sembari menatap wajah kedua orangtuanya. Mama dengan wajah terlihat senang dan Papa dengan wajah datarnya.

"Kamu suka sama Rin?" Papa memang tak pernah basa\-basi, dia selalu *to the point*  berbeda dengan Mama yang selalu berbasa\-basi dahulu.

Rion menggeleng yang membuat mereka menampilkan wajah bingung.

  "Kamu tu gimana sih Bang sebenernya?" Mama mencebik kesal, "Padahal Mama udah seneng banget loh kamu bisa deket sama cewek. Kirain Mama kamu homo sama Ken dan Leo."

Papa tertawa sedangkan Rion mendelik kesal, masa anak sendiri dibilang homo. Rion masih normal, buktinya dia cinta dengan Sicka, jelas itu bukan suka lagi karena dia berada ditingkat cinta.

  Astaga kenapa gue jadi bucin begini?

"Ya terus maksud gelengan kamu tadi apa bang?" tanya Mama.

"Aku cinta sama Relin Ma," jawab Rion yang membuat dahi orangtuanya berkerut.

"Relin siapa lagi, Bang?" tanya Papa dengan wajahnya yang terlihat begitu polos menurut Rion, karena baru kali ini Rion melihat Papanya seperti itu.

"Relin ya Sickarina Aurelin lah! Aku lebih suka manggil dia Relin karena udah banyak yang manggil dia Rin." Sontak Mama segera mencemooh Rion dan Papa hanya mengangguk paham, memahaminya yang tengah terkena sindrom cinta.

"Suka sama cinta beda Ma, Pa. Kalo suka belum tentu cinta dan sayang. Tapi kalo cinta sudah pasti suka dan sayang. Rasanya kalo liat dia Abang kaya liat masa depan dimana dia yang mencium tangan Abang sewaktu akan berangkat kerja." jelas Rion panjang lebar.

"MASYAALLOH DOA GUE BUAT ABANG DULU MANJUR JUGA!! ALHAMDULILLAH MAKASIH YA ALLAH ENGKAU TELAH MENGABULKAN DOA HAMBA DULU." mendengar itu Rion menoleh dan mendapati Rafisqy yang tiba\-tiba muncul lalu duduk di sebelahnya dengan kedua tangannya yang menengadah.

Rion melihat Mama dan Papa yang terbahak-bahak dengan ucapan Rafisqy.

  Dasar anak ini!

Rion beralih menatapnya tajam, dan Rafisqy hanya menyengir lebar yang membuat Rion ingin sekali memukulnya andai tak ada Mama dan Papanya. Malu yang Rion rasakan saat Mama dan Papa menertawakannya.

  "Makanya bang jangan ngata-ngatain gue, kena batunya kan lo? Hahaha ... Betewe enak kan rasanya jatuh cinta?" Rion tau Rafisqy sedang meledeknya. Tanpa ingin menjawabnya Rion lebih memilih pergi dari sini menuju kamarnya lalu merebahkan di kasur kesayangannya.

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!