SEVEN

Aku lelaki yang memangsa korban tak berdosa.

•{ Bad Liar }•

"idghom bilagunnah yaitu ketika nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf lam atau ro maka tidak boleh dibaca dengung." Anak kecil di depan Sicka ini tengah menghafal tajwid\-tajwid dalam membaca Alquran dengan sangat lancar.

"Bagus, besok kamu hafalin yang ikhfa' haqiqi sama idzhar halqi ya, Aya?" suruh Sicka yang langsung diangguki olehnya.

Memang Sicka selalu memanfaatkan keadaan rumahnya yang sepi untuk tempat mengaji anak-anak di komplek ini. Dan malam ini adalah tepat malam ke tiga setelah keluarganya pergi ke Korea.

Dia tidak mengajar sendiri karena temannya Dhea membantu. Sicka senang sekali bisa mengajarkan ilmu tajwid kepada mereka. Apalagi respon mereka sangat senang saat dia mengajak anak-anak tetangganya itu mengaji di rumahnya untuk pertama kalinya.

"Mbak Rin, besok hafalan lagi, ya?" tanya seorang anak kecil yang kini tengah menatapnya lucu.

"Iya Evan, besok hafalan lagi. Kamu masih semangat belajar tajwid kan?" tanyanya kepada Evan anak tetangga sebelah. Evan mengangguk antusias.

"Pasti dong mbak, aku kan pengen jadi hafidz kaya impian mama hehe ..." ucapnya sembari tertawa yang membuat Sicka gemas dan mencubit pipi tembamnya.

"Amin ... semoga Allah mengabulkan impian kamu ya. Dan kamu juga harus terus belajar, doa juga jangan lupa. Karena usaha tanpa doa itu ... " Sicka sengaja menggantungnya

"Sia\-siaaaaa!" terusnya dengan semangat. Sicka sangat senang dengan Evan ini. Semoga saja Allah mengabulkan keinginan mulia anak itu.

Lalu Sicka merasakan ada yang mencolek lengannya dan ternyata itu Mami. Diapun berbisik di telinganya.

"Non, di depan ada tamu cariin Non. Cogan loh!"

Sicka mengernyit, tapi tak ayal dia pun mengangguk saja. Kemudian berdiri

"Adek-adek kalian lanjut ngaji yaaa, Mbak mau keluar sebentar temuin temen Mbak," ucapnya yang mendapat anggukan dari anak-anak hebat di depannya.

Kemudian Sicka pun melangkah keluar, dan saat dia sampai di pintu. Sicka mendapati punggung tegap lelaki yang dia kenal dan disukai diam-diam. Dia Brandon Revaga.

"Oh elo Bran, kirain siapa ... " sapa Sicka yang membuatnya menoleh lantas tersenyum kikuk sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

*Perasaan dia gugup mulu, padahal gue yang seharusnya gugup*.

"Malam Sicka." sapanya yang dibalas dengan senyuman Sicka. Entah kenapa dia melihat Sicka dari atas sampai bawah, mungkin dia memperhatikan Sicka yang tengah memakai gamis serta jilbab syar'i yang menutupi tubuhnya.

"Aneh ya gue pakai gamis syar'i gini?" tanya Sicka yang membuatnya seketika gelagapan.

<•[💙]•>

Brandon melihat Sicka dari atas sampai bawah yang tengah menggunakan gamis syar'i.

*Kok dia cantik ya? Eh apaan sih gue*.

"Aneh ya gue pake gamis syar'i gini?" tanya Sicka yang membuat Brandon gelagapan.

"Eh e\-enggak kok. Lo cantik malah, keliatan beda." Memang benar, Brandon mengakui itu.

"Btw ada apa kesini?" tanya Sicka, bukannya dia tak senang tapi dia harus kembali mengajar anak\-anak di dalam sampai nanti isya' tiba.

"G\-gue ... gue kangen sama lo. Jadi boleh kan kalo gue kesini?" ucap Brandon agak malu dan membuat Sicka kini terkejut. Namun Sicka segera menormalkan kembali wajahnya.

"Alah sa ae lo Brandon hahaha ..." Sicka tertawa hambar.

"Gue serius kangen sama lo." kini suara Brandon terlihat tajam dari sebelumnya. Membuat suasana seketika canggung.

"Em ... l\-lo masih lama? Kalo iya gue ngajar anak\-anak ngaji dulu ya? Lo tunggu di depan atau dalem juga nggak papa." ucap Sicka mengalihkan percakapan.

"Emang ngajarnya sampe jam berapa?"

"Nanti sampe isya' tib\-"

Tiba-tiba adzan isya' berkumandang yang membuat ucapan Sicka terhenti. Dan di dalam rumah juga terdengar anak-anak tengah membaca doa setelah mengaji.

Mereka sama-sama terdiam, Sicka yang menundukkan kepalanya sedangkan Brandon yang terus menatap Sicka.

Ck kenapa gue jadi liatin dia terus sih? sadar Brandon sadar ... Brandon menggelengkan kepalanya.

"Mbak Riiinnn! Kita pamit pulang dulu yaa?" teriakan  anak\-anak membuat suasana yang tadi canggung kini menjadi ramai karena anak\-anak berebut untuk mencium tangan Sicka.

"Besok ingat, ngaji lagi ya ... " Ingat Sicka kepada anak\-anak lalu diangguki mereka kemudian disusul Dhea yang juga pamit pulang.

"Oh iya masuk Bran, lo kan tamu masa iya gue biarin berdiri di sini?" ajak Sicka yang di iyakan Brandon.

Sicka pergi ke dapur untuk membuatkan minuman kepada Brandon. Sedangkan Brandon duduk sembari melihat-lihat isi rumah ini. Hingga matanya mendapati foto seorang perempuan yang begitu dia kenal, tak hanya dia bahkan satu sekolah pun tau siapa perempuan itu.

Kok ada foto Sandriana?

"Gue nggak tau lo suka minum apa, gue buatin jus jambu aja nggak papa kan?" Suara Sicka mengalihkan pandangan Brandon dari foto Sandriana.

"Nggak papa kok, gue suka apa aja. Btw makasih dan maaf ngerepotin lo." ucap Brandon tak enak.

Sicka duduk agak jauh dari Brandon, "Kalo gitu diminum dong, ntar kalo kurang manis bilang aja. Oh iya itu cemilannya juga dicicipi bikinan gue sendiri hehe ..." suruh Sicka sembari mencomot keciput yang dia buat.

Brandon pun meminum jus itu, lalu meletakkan kembali ke meja. Dia menatap Sicka yang tampak duduk canggung sembari menyemil.

Brandon kembali melihat foto Sandriana lalu kembali ke Sicka lagi.

"Gue boleh tanya?" Karena rasa penasarannya, Brandon mencoba bertanya.

"Iya boleh, tanya apa emang?"

Brandon melihat ke foto Sandriana dan Sicka pun mengikuti pandangan lelaki itu.

Satu hal yang Sicka lupa, bahwa seharusnya dia tak mengajak Brandon masuk ke dalam rumah.

*\*\*\*\*\*\* \*\*\*\*\*\* \*\*\*\*\*\**! Dalam hati Sicka merutuki kecerobohannya.

"Lo siapanya Sandriana?" tanya Brandon yang kini sudah menatapnya penasaran.

"Oh itu ... g\-gue ... pembantu eh maksud gue, gue anaknya pembantu di rumah ini. Jadi gue bukan siapa\-siapanya Kak San." jawab Sicka agak gugup. Beruntung Brandon percaya dengan penjelasan Sicka.

Duh untung gak ada foto gue, kalo ada bisa matek dimarahin kak San kalo sampe Brandon tau.

<•[💙]•>

Suara tawa terdengar menggema di ruangan yang dijadikan tempat berkumpul para remaja ini. Ada juga yang mengumpat ada juga yang hanya diam duduk di sofa sembari memainkan ponsel.

Hingga suara motor yang berhenti membuat mereka semua menoleh ke arah pengendara motor yang tengah melepas helmnya.

"Wessss tuan muda Brandon yang abis ngapelin. Gimana kabar si doi?" tanya salah satu anak yang disitu saat Brandon baru akan duduk di sofa bergabung dengan mereka.

"Ck apaan sih?" Brandon menanggapi itu tak suka.

"Sukses baperin doi? Inget waktu lo nggak banyak. Nanti ulang tahun lo, dia udah harus jadi pacar lo dan lo putusin saat itu juga." Peringat seseorang yang membuat Brandon terpaksa melakukannya.

"Tanpa lo ingetin gue juga udah inget. Gue pastiin gue yang menangin taruhan ini. " ucap Brandon yakin.

"Bagus kalo lo inget."

Brandon terdiam seketika teringat akan taruhan yang teman-temannya buat seminggu yang lalu.

*Saat itu dirumah Brandon tengah sepi, dan dia pun menyuruh teman-temannya untuk datang ke rumah. Setelah 10 menit Brandon menyuruh mereka, kini rumahnya sudah ramai dengan 12 orang yang merupakan teman satu gengnya di sekolah.

Hingga Fajar temannya mengeluh karena merasa bosan, "Sumpah gue bosen banget. Main apa gitu yang seru elah!" gerutuannya membuat salah satu temannya yang lain Brian mengusulkan ide.

"Gimana kalo kita main ToD?" Teman\-temannya pun mengangguk setuju lalu mereka duduk melingkar dengan sebuah botol di tengah.

Suara teriakan, umpatan terdengar saat tiba giliran. Hingga botol tersebut mengarah ke arah Brandon, "Nah truth or dare nih bro?" tanya Fahri temannya.

"Dare lah, jangan kaya si Brian yang beraninya truth." Brandon hanya mengangguk saja.

Teman-temannya pun tengah berpikir tantangan apa yang cocok untuk Brandon.

"NAHHH GUE TAU!" Seruan dari Alex membuat yang lain kaget.

"Biasa aja kampret! Kaget gue nih"

"Apa ide lo? " tanya Brian antusias, sedangkan Brandon was\-was menatap curiga Alex.

Alex pun menyeringai, "Deketin si cacat itu, jadiin pacar lo sampe hari ulang tahun lo dan putusin saat itu juga."  Sontak yang ada disitu semua berdecak.

"Gila aja, nggak mau gue nggak mau. Kenapa harus si cacat itu sih?" tolak Brandon mentah\-mentah.

"Mantuuulll eh Bran, kalo lo bisa lakuin itu. Kita transfer 10 juta ke lo."  goda Adam yang membuat Brandon mengerang kesal.

"Fine.. 10 juta dari kalian. Deal?"

"DEALL!"

"Nah kenapa lo milih si cacat itu kelex?" tanya Fajar yang mendapat anggukan dari yang lain.

Alex kembali menyeringai, "Karena gue denger-denger dia suka Brandon*."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!