TEN

Kesedihan dalam diammu yang mengguncangku.

•{ Protector }•

Sedari tadi dia terus mondar mandir di luar ruangan, entah kenapa rasa cemas hinggap di hatinya melihat gadis yang sempat dia tolong saat dia akan pulang tadi.

Ceklek

Pintu terbuka dan menampilkan dokter yang menangani gadis itu, "Anda keluarga dari pasien?" tanya dokter yang membuat lelaki ini terdiam.

 

Iya juga, gue siapanya dia?

 "Saya tunangannya Dok, gimana keadaan gadis saya?" Dia terkejut dengan ucapannya sendiri.

 

"Kalau begitu anda bisa ikut ke ruangan saya, kita bicarakan di situ."

 

Lelaki itu mengangguk lalu mengikuti dokter tersebut menuju ruangannya. Sesampainya di ruangan dokter tersebut, dia duduk berhadapan dengan dokter.

"Nama anda siapa?" tanya dokter tersebut sembari memegang bolpoin untuk menulis.

"Rionald Bayusendra Dinata." jawab lelaki itu dan langsung ditulis oleh dokter di sebuah kertas.

"Siapa nama tunangan anda?" Pertanyaan dokter membuatnya terdiam, dia bahkan tidak tau siapa nama gadis yang dia tolong. Dan dokter di depannya pun masih menunggu jawaban dari Rion.

 

Seketika Rion teringat, saat di sekolah dia mendengar teman-temannya gadis itu memanggilnya 'Rin'.

"Tulis Rin aja Dok." jawab Rion dan dokter pun menuruti lalu segera menulis di kertas lagi. Selesai menulis itu, dokter menyerahkan kertas tersebut ke Rion.

"Harus diopname ya dok?" Tanya Rion setelah melihat isi kertas itu. Dokter mengangguk, tanpa berpikir segera Rion menandatangani surat itu lalu menyerahkan ke dokter lagi.

"Nona Rin keadaannya saat ini tengah drop, mimisan yang dialami Nona Rin efek dari tubuhnya yang tengah drop itu. Dan juga Nona Rin mengalami anemia." 

 

Rion terdiam masih diam mendengar penjelasan dokter, " Pola makan Nona Rin juga sepertinya tidak teratur, nanti setelah dia sadar cobalah tanya apakah dia makan teratur atau tidak."

  "Kalo begitu terimakasih Dok, saya pamit." Rion berdiri menuju ruang rawat Sicka berada.

 

<•[💙]•>

*Rin kecil nampak gugup untuk masuk ke kamar saudaranya itu, dengan tertatih-tatih dia menaiki tangga karena kakinya yang juga tengah sakit akibat kecelakaan itu membuatnya sedikit kesusahan.

Saat Rin kecil sudah berhasil melewati beberapa anak tangga itu, dia kemudian mencoba melangkah menuju kamar San, saudara kembarnya*.

  "Kamu ngapain di depan aku hah? Gara-gara kamu kepala aku jadi sakit kaya gini tau nggak!" teriak San kencang dan membuat Rin bersedih.

"*Maaf kak, Rin nggak tau kalo bakal kaya gini jadinya. Tapi kak San liat kaki aku, aku juga sakit kak. Kita maafan yuk!" Rin menyodorkan tangannya*.

"*AKU NGGAK MAU MAAFIN KAMU RIN JELEK!" San kecil menepis tangan Rin*.

"*Hiks ... kak San maafin Rin kak ..." tangis Rin pecah hingga menggema ke seluruh rumah*.

"*AKU NGGAK MAU YA NGGAK!" teriak San sambil mendorong Rin* *yang* *membuat Rin kehilangan* *keseimbangan* *dan membuat Rin jatuh ke tangga. Tepat saat itu orang\\-orang rumah datang untuk melihat keributan itu*.

"*AAAA" Rin berteriak saat dia jatuh, San hanya diam saat melihat adik kembarnya itu terbentur\-bentur anak tangga*.

"*ASTAGHFIRULLAH SICKARINA!" Seorang wanita berlari menghampiri Rin yang tergeletak lemas dan kepalanya mengeluarkan darah*.

"*Ya ampun San! Kamu nggak apa\\-apa kan?" Aurin mendekati San yang nampak ketakutan dan hanya diam saja setelah mendorong Rin*.

"*Aurin apa yang lo pikirin hah? Sicka yang terluka parah disini!" teriak marah wanita yang masih memeluk Rin kecil*.

"*Anak gue* *cuma Sandriana Helen, bukan dia. Biarkan saja anak itu." balas Aurin dari atas tangga*.

 

Herman dan Afkar datang bersamaan, tapi hanya Herman yang menghampiri Rin yang berada di gendongan Helena. Sedangkan Afkar malah mendekati San dan Aurin berada.

  "Pah ayo kita bawa Sicka ke rumah sakit sekarang!" Helen segara berlari keluar rumah. Herman memandang kedua sahabatnya itu kecewa.

"*Lo berdua orang tua \*\*\*\*, \*\*\*\*\*!" Setelah mengatakan itu Herman menyusul istrinya*.

 

**

Helen terus mencium tangan Rin kecil  yang tengah memejamkan mata dan dokter yang sedang memeriksa keadaan Rin.

  "Gimana keadaannya Dok?" tanya Herman.

"*Dia mengalami cidera di otak bagian kiri nya, kemungkinan dia akan mengalami kelumpuhan monoplegia sebagai efek kerusakan saraf dan otot di otak kirinya. Ditambah lagi kaki kanannya yang belum sembuh total membuat kelumpuhan memungkinkan terjadi." Penjelasan sang dokter membuat tangis Helena pecah*.

"*Ya Allah hiks ... kenapa hal ini harus terjadi kepada kamu nak ..." Helena menangis tersedu\-sedu dan Herman hanya bisa memeluk istrinya mencoba menenangkan*.

 

Rion sedikit terkejut saat melihat sudut mata Sicka yang tertutup mengeluarkan air mata. Hingga perlahan mata itu mulai bergerak dan membuka mata.

Rion segera memencet tombol untuk memanggil dokter. Dan tanpa menunggu lama dokter datang lalu memeriksa Sicka.

 

"Apa yang kamu rasakan nona?" Dokter mencoba bertanya kepada Sicka.

"Kepala saya pusing banget dok dan nyeri bagian belakang. Tubuh saya juga lemes banget." jawab Sicka pelan

"Kepalamu pusing karena efek benturan keras saat kamu jatuh pingsan." Sicka mengangguk menanggapi dokter.

"Kalau begitu nona istirahat. Saya akan memeriksa nona setiap setengah jam, saya permisi untuk memeriksa pasien lain." Rion dan Sicka mengangguk.

 

Sepeninggal dokter Sicka masih belum menyadari kehadiran Rion. Dia masih memijit kepalanya yang terasa sangat pusing dan mengingat akan mimpinya tadi. Ternyata cerita Om Herman sampe kebawa mimpi. Jadi aku lumpuh gara-gara itu?

Suara deheman Rion membuat Sicka akhirnya menyadari bahwa dia tak sendiri di ruangan ini. Matanya terbelalak saat melihat ada orang lain di ruangan dia berada.

  "El- elo yang bawa gue kesini?" tanya Sicka dan mencoba ingin duduk. Namun Rion segera menyegah Sicka, menyuruhnya agar tetap berbaring.

"Hm." hanya itu yang dia jawab.

Sicka mendengus, lalu menyuruh agar Rion mendekat. Rion agak ragu, namun dia mendekatkan kepalanya saja. Sicka kemudian berbisik

"Kayaknya cctv nya nggak ngerekam suara deh, lo aman kalo mau ngomong banyak. Jangan malu, gue juga nggak bakal bilang ke orang kok." Hal itu membuat sudut bibir Rion melengkung menahan tawa.

"Oh" tanggap Rion sembari menjauhkan kepalanya. Rion menggeser kursi yang dia duduki agar lebih dekat dengan Sicka.

Sicka masih memperhatikan Rion, hingga Rion balik menatapnya membuat dia terkejut kemudian pura-pura melihat langit-langit ruang inapnya.

"Minum?" Sicka menoleh, dia menatap Rion lalu mengangguk. Rion pun membantu Sicka duduk kemudian mengambil gelas berisi air putih.

Rion membantu Sicka minum, setelah selesai Rion mengembalikan gelas di atas meja samping ranjangnya.

Keadaan begitu canggung diantara keduanya, masing-masing ragu untuk membuka pembicaraan.

"Tadi dokter tanya nggak lo siapa gue?" tanya Sicka mencoba mengusir rasa canggung itu.

"Iya."

"Terus lo jawab apa bro?"

"Gue bilang lo tunangan gue." seketika Sicka melotot tak percaya

"APAAA? TUNANGAN? GILA AJA LO KAMPRET!" Rion memejamkan matanya karena teriakan Sicka.

"Nggak usah teriak, gue nggak budeg." Rion mengusap telinganya yang berdengung. Sicka menyengir sadar akan teriakannya tadi. Sicka tadi refleks saat mendengar apa yang di ucapkan oleh Rion.

"Lagian lo aneh banget Yon. Kita aja akrab nggak, temen juga bukan. Kenapa lo ngaku\-ngaku jadi tunangan gue?" Rion juga tidak tau kenapa dia bisa mengakui seperti itu.

"Iseng aja." ucapnya dengan raut datar. Sicka makin menganga dibuatnya.

*Iseng? Iseng katanya? Nggak nyadar apa kalo keisengannya bikin jantung orang mau copot*.

"Rion kampret dah!"

"Lo tau nama gue?" Sicka menatap aneh ke Rion saat melempar pertanyaan seperti itu.

"Tau lah, kan gue sempet baca *name tag* lo pas lo bantuin gue bawa ember sama pel," Dan Rion hanya mengangguk. "paling lo yang nggak tau nama gue kan?" tebak Sicka sembari menuding Rion dengan jari telunjuknya.

"Siapa nama lo?"

"Gue Sickarina Aurelin Sinegar." jawab Sicka dengan tersenyum lebar. Rion yang nampak tak asing dengan nama belakang Sicka pun mencoba mengingat sesuatu.

*Sinegar bukannya nama belakangnya Sandriana si gadis inceran semua cowok di SIS*?

"Lo keluarga Sinegar? Saudaranya Sandriana?" tanya Rion.

Sicka terkejut, lalu memukul kepalanya sembari merutuki kecerobohannya lagi.

*GILAAA KECEPLOSAN ANJER! Duh gimana ini ya Allah*...

"Lo diem jawabannya iya." Sicka hanya bisa pasrah saat orang lain mulai mengetahui dirinya keluarga Sinegar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!