FOUR

 

Aku dan hatiku yang terluka, aku butuh sedikit cinta malam ini.

•{ Anonimoûs }•

"Hah?" Sicka terkejut bukan main. Bagaimana bisa seorang Brandon mencarinya? Sicka kira dia mencari Kak San kembarannya, eh tapi kan di sekolah tidak ada yang tahu kalau dia adik Kak San.

 

Dia tersenyum kikuk, dan betapa imutnya saat dia seperti itu. Dan apa ini? Dada Sicka berdegup kencang sekali rasanya ada yang dangdutan di dalam sana.

 

"I\-iya gue nyari elo. Boleh gue minta nomer wa lo?"

 

Sumpah demi apa? Dia kesini cuma mau minta nomer wa gue?? Wahhh daebaek. Kalau sampai warga sekolah tau ... bumi gonjang-ganjing pasti. Batin Sicka.

"Hah?" Dan parahnya sedari tadi dia hanya hah heh hah heh, ya karena dia masih terkejut.

"Gimana? Boleh nggak gue minta wa lo? Gue udah jauh\-jauh loh dari rumah gue kesini demi dapet nomor wa lo." ucapnya melas.

"Ehm ... boleh, emangnya alesan lo apa sampe minta nomor wa gue? Bukannya kita sama sekali nggak pernah ketemu satu sama lain?" Sicka mencoba bersikap biasa, biar terlihat jual mahal sedikitlah.

Dia kembali menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Eh ... itu ... g-gue udah lama perhatiin lo. Gue ... g-gue su ..."

"Lo su.. apa?"

"Gue suka sama lo." ucapnya cepat, dan membuat Sicka terkejut dan kembali lagi mulutnya terbuka. *Sumpah pasti dia jadi ilfeel liat ekspresi gue*. Rutuk Sicka dalam hati.

"Hah? Yang bener lo?" Sicka benar\-benar tidak percaya akan apa yang dia dengar. Dia suka gadis sepertinya? Yang cacat ini?

"Kalau gue nggak suka, nggak mungkin bela\-belain kesini biar dapet wa lo." ucapnya meyakinkan. "Jadi mana nomer lo?" Dia pun mengeluarkan hpnya dari dalam saku.

Sicka pun segera memberitahu, dan dia mengetik nomor Sicka dengan senyum yang mengembang. Tapi ... senyumnya aneh.

<•[💙]•>

Setelah kepergian Brandon, Sicka segera ke kamarnya dan berbaring di atasnya. Dia masih kepikiran dengan apa yang baru saja terjadi. Sesekali dia menutup mukanya dengan bantal lantaran dia masih tak menyangka.

Brandon itu idaman semua siswi di SIS. Dan anehnya kenapa dia bisa suka dengan Sicka?

"Ih bodo ah, yang penting ada yang suka gue huaaaaa! Muka Brandon tadi imut banget!" Dia pun segera mengambil hpnya yang diatas nakas, lalu segera mencari nomor seseorang kemudian menelponnya.

"*Hmmmm apaan telpon gue*?"

"Duh Kimpret gue mimpi apa semalem, ya? Gue tadi ... sumpah sumpah gue masih seneng banget iniiii!" Sicka masih diliputi euforia yang belum kesudahan.

"*Ya mana tau lo mimpi apa? Emang kenapa lo bisa seneng gitu? Tumben*?"

"Tadi ... \(Sicka menggigit jarinya\) tadi ... Brandon kesini oiii."

"*Ohhh ngapain*?"  tanya Kimi dengan nada malas di seberang sana.

"Dia minta nomor wa gue kimmm!"

"*Ohhh nomor wa lo ... HAH APA??? NOMOR WA LO??? YANG BENER AJA ANAK GAJAH*!"  Suara lengkingan Kimi membuat Sicka menjauhkan hp nya dari telinganya. Kemudian ia mendekatkannya lagi.

"Nggak usah teriak bisa nggak sih? Bisa budeg nih kuping gue!" dengus Sicka.

"*Hehe ya maaf, refleks tadi Rin. Tapi ... kok bisa sih? Eh gue bukan maksud apa\-apa ya Rin gue cuma ngerasa aneh aja*."

"Nah itu... gue juga nggak tau, tapi gue emang udah lama sih jadi *secret admirernya*. Hehehe ..."

"*Yeuuu anak gajah ... yaudah ah lanjut besok aja yak. Gue mau ritual malam*."

"Hadehh ... kasian samsaknya lo pukulin mulu dah. Yaudah yaudah gue matiin yak dadaaaa,"

Sicka hanya geleng-geleng kepala,yang dimaksud 'ritual malam' oleh Kimi itu kebiasannya memukuli samsak sebelum dia tidur. Katanya buat pemuas diri.

Saat Sicka akan membaringkan tubuhnya, dia mendengar suara beberapa orang yang tertawa senang dari arah bawah. Diapun segera melangkah turun untuk melihat.

Saat dia sudah sampai di tangga, dia melihat kedua orang tuanya dan para saudaranya seperti orang habis mabuk.

"Astaghfirullah!" Sicka menatap miris hal itu, pasti di rumah salah satu kerabatnya tadi mengadakan pesta. Sicka pun segera turun menghampiri mereka.

"Tadi seru banget hahaha pestanya Pa, nanti adain yak dirumah." ucap Aurin kepada Afkar yang setengah sadar dan sedang dirangkul oleh Afkar.

"SETUJUUU!" Para saudara Sicka mengacungkan tangannya sembari tertawa terbahak\-bahak.

"Nggak boleh ada pesta miras!" Seketika mereka berhenti tertawa, lalu menatap Sicka yang kini tengah menatap mereka.

San mendelik marah lalu mendekat ke arah Sicka kemudian mendorong tubuh Sicka hingga tersungkur.

San mencengkram rahang Sicka kuat, "Heh siapa lo pake nglarang-nglarang? Mau sok suci? Cihhh manusia penuh dosa kaya lo aja sok sok-an!" Dapat Sicka cium bau alkohol yang keluar dari mulut San, dia pun segera melepaskan tangan San dari rahangnya kemudian berdiri.

Mereka menatap sinis Sicka.

"Kumohon yah Bun, Kak ... jangan minum minuman yang dilarang oleh Allah. Itu dosa yah Bun."

PLAKKK

"TAU APA KAMU SOAL DOSA HAH?" Sicka memegang pipinya yang mendapat tamparan dari seorang lelaki yang begitu dia hormati, ayahnya.

"KALO LO EMANG NGGAK MAU DOSA YA ITU SERAH LO, BUKAN URUSAN KITA \*\*\*\*\*\*\*!" bentak Satria marah.

Air mata Sicka sudah mengalir membasahi pipinya. Dia tak menyangka akan dikatai oleh kakaknya sendiri yang selama ini dia kira masih peduli dengannya. Karena memang saat kedua orangtuanya, San dan Satya ketika memarahinya, Satria tidak pernah ikutan.

"Udahlah Pa, kita masuk kamar aja. Biarin aja anak nggak guna ini. Udah cacat aja masih berani ceramahi kita tentang dosa." Sungguh hati Sicka seperti di tusuk\-tusuk dengan pisau. Perkataan bundanya sangat menyakitinya.

"Tauk tuh, padahal dia yang lebih berdosa udah hampir mencelakai San." tambah Satya.

Sicka menutup kedua telinganya, dia terduduk sembari menangis. Memang dasar mereka tidak punya hati, bukannya merasa bersalah justru mereka semakin memaki Sicka.

"BERHENTI MENANGIS SICKARINA, TANGISANMU TIDAK AKAN MERUBAH APAPUN!" Bentak Afkar di depan Sicka, dadanya naik turun mencoba mengontrol emosinya yang membuncah.

Sedangkan Aurin dia mencoba menenangkan suaminya dengan mengelus bahunya sembari mengucapkan kata 'tenang sayang'.

"Kamu fikir air mata buayamu itu bisa membuat kita luluh? TIDAK AKAN!! Aku tau pasti kamu berniat juga kan untuk mencelakai salah satu diantara kami." tuduh Aurin ke Sicka.

"STOPP YAH BUN, RIN MOHON ... " teriak Sicka dengan mengucapkan nama kecilnya 'Rin'.

"Rin nggak mungkin hiks ... celakain keluarga sendiri ..." lirih Sicka yang masih berderai air mata. Siapapun yang melihat posisi Sicka pasti mereka tau bagaimana rasa sakitnya gadis itu.

Keluarganya sudah dibutakan oleh kebencian dan hasutan. Mereka sudah tidak punya belas kasihan untuk Sicka sedikitpun.

"Alahh bohong lo ... Ah udahlah capek gue. Mending gue tidur buat siap\-siap besok pengambilan rapot." ucap San

"Kalian dateng kan besok?" tanya San kepada kedua orangtuanya.

"Kami pasti datang untukmu sayang." sahut Satya lalu mereka semua beranjak pergi meninggalkan Sicka yang masih terduduk sambil menangis.

Setelah kepergian mereka, Bi Sum datang dari arah depan yang  langsung berlari setelah melihat Sicka seperti ini.

"Ya gusti Non Rin!" pekik Bi sum setelah mendekat ke arah Sicka. Bi Sum melihat keadaan Sicka yang membuat hatinya merasa sakit juga apalagi melihat pipi Sicka yang lagi\-lagi memerah dan ada bekas tangan.

"Non nggak papa kan? Ya Allah baru Mami tinggal ke warung udah kayak gini. Duh sayang bangun yuk bangun," Bi Sum mencoba membantu Sicka berdiri, kemudian memapahnya ke kamar.

Bi sum mendudukkan Sicka ditepi ranjangnya. Dia kemudian berjongkok di depan Sicka yang masih menangis, perlahan tangan Bi Sum membelai pipi Sicka lembut.

"Sicka hiks ... nggak papa kok hiks hiks ... Mami nggak usah khawatir hiks ... " Sicka mencoba bersuara meskipun masih sesenggukan.

Bi Sum tersenyum, "Non Rin, apapun yang terjadi. Tetaplah berusaha semangat dan tawakal, ketahuilah dibalik cobaan tersembunyi kebahagiaan."

Sicka mengangguk, ya dia harus semangat. Dia harus kuat, rasa sakit yang dia rasakan tak akan sebanding dengan kebahagiaan yang akan dia dapatkan suatu saat nanti.

Kemudian Bi Sum mulai mengompres pipi Sicka dengan air yang memang selalu Sicka sediakan di kamar untuk berjaga-jaga saat dia mengalami hal seperti tadi.

"Kamu udah makan non?" tanya Bi Sum di sela\-sela mengompres. Sicka hanya mengangguk, padahal dari tadi pagi dia belum makan. Entah kenapa dia tak bernafsu untuk makan.

"Bagus kalo gitu, sekarang kamu istirahat okey ... tidurlah dengan nyenyak. Lupain apa yang baru aja terjadi, anggap aja tadi itu lagi syuting terus keblabasan hehe ..." Sicka tertawa mendengar celetukan Bi Sum.

"Wkwkw iya deh Mami, aku anggep tadi lagi syuting hahaha. Calon artis besar akutuuu," Sicka menimpali hingga tawa mereka pun menggema.

Tanpa mereka sadari ada yang tersenyum puas dibalik pintu kamar Sicka yang sedikit terbuka, "Lo pantes dapetin ini Rin, sorry gue nggak mau kalo sampe Ayah sama Bunda ngebenci gue. Karena gue pengen gue jadi yang paling disayang di rumah ini selamanya." gumamnya kemudian melangkah pergi.

Setelah melihat Sicka yang sudah bisa tertawa, Bi Sum pun keluar dari kamar Sicka membiarkan gadis itu istirahat.

Sicka pun bersiap untuk memejamkan matanya setelah membaca doa tidur.

"Bagiku, tidur bukanlah sekadar melepas lelah, melainkan sebuah pelarian." gumamnya itu matanya menutup perlahan. Dan mimpi pun membawanya sejenak keluar dari kenyataan.

This is a Brandon Revaga

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!