Hati yang kuat, pikiran yang kuat. Berjuang untuk apa yang benar setiap saat.
•{ Anonimoûs }•
Senyumnya sedari tadi tidak luntur dari wajahnya. Dia meminum jus jambunya lalu setelah itu kembali tersenyum lagi. Tapi kini raut wajahnya sudah berubah menjadi kesal sekaligus menahan amarah. Ingatan dimana saudaranya yang tertawa senang bersama seseorang membuatnya tidak suka. Dia tidak terima hal itu.
Dia meletakkan gelas berisi jus jambu ke atas nakas dengan kasar, "Sialan !! Ada apa sama mereka? Kenapa si cacat bisa dianter pulang Brandon?" Gadis itu Sandriana, dia menggeram marah, mencengkram seprai kasurnya dengan erat.
"Kalo sampe mereka ada hubungan, gue nggak akan biarin gitu aja. Nggak akan!!" Lalu setelah itu wajahnya kembali senang saat tadi dia melihat saudaranya itu disiksa oleh ayahnya sendiri. Meskipun jauh dari lubuk hatinya dia juga merasakan sakit karena bagaimanapun mereka adalah kembar, mereka berbagi tempat di rahim yang sama. Tapi kebencian sudah menutupinya hingga belas kasihannya sudah tak ada lagi.
"Ah senangnya haha, tanpa harus ngotorin tangan gue pun lo udah kesiksa. Kasian banget sih lo Rin," San menjentikkan jemarinya sembari tertawa.
"Gimanapun gue bakal awasin lo terus." Setelah berucap seperti itu dia pun mulai membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Tertidur dengan kesenangan yang dia rasakan.
<•[💙]•>
Di lain tempat tepatnya di rumah Kimi, Sicka sedang terbaring lemah di kamarnya. Tubuhnya panas dan tubuhnya terdapat banyak luka bekas cambukan.
Kimi sampai menitikkan air matanya melihat kondisi sahabat yang sudah dia anggap saudaranya ini. Tak ingin terlalu lama melihat Sicka, Kimi pun keluar menuju ruang tamu untuk menemui lelaki yang sudah membawa Kimi kemari.
Tampak lelaki itu duduk dengan tatapan kosong, padahal ada adik laki-lakinya yang menemaninya duduk. Saat tatapan adiknya bertemu dengan Kimi, dia mengisyaratkan untuk masuk ke kamarnya. Adiknya pun mengangguk lalu meninggalkan kakaknya itu.
"Thanks udah bawa Rin kesini." Lamunan Rion buyar, dia menatap Kimi yang sudah duduk didepannya. Rion hanya mengangguk saja sebagai balasan.
Tadinya Rion ingin membawa Sicka ke rumahnya, tapi saat di mobil Sicka menggumam nama Kimi sembari terisak kecil. Maka dari itu dia memutuskan untuk membawanya kemari dan untungnya dia pernah mengantar Kimi pulang sewaktu Sicka masih di rumah sakit. Jadi dia tidak tersesat di jalan.
"Udah sering?" tanya Rion ke Kimi.
"Sering gimana maksud lo?" Kimi mana tau maksud Rion, niat bertanya itu harus jelas. Kalau bertanya seperti itu kepada Kimi yang pada dasarnya dari dulu lemot itu sebaiknya jangan. Kimi tidak terbiasa dengan kalimat tanya singkat.
Rion mendengus, "Sickarina." Kimi pun akhirnya paham, dia mengangguk-angguk paham.
"Dia udah sering kaya gitu, tapi kali ini lebih parah. Biasanya dia hanya memar di pipi akibat tamparan dan kali ini bener-bener parah." Kimi sampai geleng-geleng kepala.
"Kenapa nggak dilaporin? Itu udah masuk kasus penganiayaan." balas Rion yang membuat Kimi malah tertawa dan Rion mengernyit karena melihat respon gadis itu.
"Kenapa?"
"Lo mana tau Yon gimana baiknya Rin itu." Kimi menjeda lalu kembali berujar, "Dia nggak akan tega ngelakuin itu, karena dia itu selalu ngerasa bersalah dan menganggap semua siksaan yang dia dapat adalah ganjaran untuknya karena kejadian semasa kecilnya dulu. Dia selalu berharap keluarganya akan sedikit berkurang kebenciannya setelah menyakiti dirinya." Tak sadar air matanya mengalir di pipinya.
Kimi menghapus air matanya, "Karena hasutan setan ******** itu semua keluarga besarnya jadi benci ke Rin. Entah apa yang ngebuat dia bisa sebenci itu sama Rin." Kimi bahkan tidak sudi untuk menyebut nama saudara kembar Sicka, meskipun Sicka tidak pernah menjelekkan San. Tapi Kimi tau bahwa semua itu ulah San.
"Setan ******** siapa?" Rion menaikkan alisnya.
"Siapa lagi kalo nggak si Sandriana, cantik sih tapi \*\*\*\*\*\*\* gitu buat apa? Cih najis!" Kimi selalu berkata kasar jika sudah menyangkut San.
Rion mengangguk paham, dalam hati dia menggumam ternyata pilihannya untuk masuk dalam hidup Sicka tidak salah. Dia memang lelaki yang tak pandai dalam bersosialisasi, tapi bagaimanapun dia masih punya hati untuk bisa bersimpati. Dan yang masih dia bingungkan adalah apa rasa yang tengah dia rasakan hanya sebuah simpati atau ... cinta?
Sebisa mungkin dia menyangkalnya, mungkin dia hanya simpati. Ya sepertinya dia hanya bersimpati, dia terus memantapkan pikirannya.
"Lo pulang aja Yon, lagian ini udah larut malem. Lo juga harus istirahat, Rin aman di rumah gue." Kimi tak berniat mengusir, hanya saja dia tidak enak dengan Rion.
Rion mengangguk, dia harus pulang. Tak baik dia berlama-lama di rumah seorang cewek. Dia pun berdiri lalu keluar rumah Kimi disusul gadis itu di belakangnya.
Sebelum Rion memasuki mobilnya dia menatap Kimi, " Gue bakal bantu jaga dia, kalo ada apa-apa hubungi gue " Kimi mengangguk, setelah itu Rion masuk ke dalam mobil lalu mulai menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Kimi.
"Dia siapanya Rin?" Kimi terkejut akan kehadiran ayahnya.
"Dedi bikin Kimi kaget aja ih!" Kimi mengelus dadanya sebentar lalu menjawab pertanyaan ayahnya "Dia sahabat baru Rin ded, tapi dia orangnya pelit dalam bersabda."
Ayahnya Kimi hanya mengangguk, "Kirain ded dia pacar Rin." Kimi hanya mengendikkan bahunya acuh lalu melangkah masuk untuk memeriksa keadaan Sicka.
Keluarga Kimi sudah tau akan Sicka, maka dari itu rumahnya akan sangat terbuka lebar untuk Sicka. Apalagi orangtua Kimi juga sudah menganggap Sicka seperti anaknya sendiri.
<•[💙]•>
Paginya Sicka sudah bangun dengan keadaan yang sedikit lebih baik. Dan kini Kimi tengah mengolesi salep ke luka bekas cambuk di lengan dan punggungnya ditemani suara musik Dua Lipa feat Blackpink - Kiss and Make Up yang menggema di kamar.
"Kiss and make, kiss, kiss and make up ... " Sicka ikut bergoyang-goyang membuat Kimi yang tengah mengolesi salep dipunggung Sicka berdecak.
"\*\*\* lo diem napa? Jangan gerak\-gerak dulu \*\*\*\*\*!" gerutu Kimi.
"Ck, salah sendiri musiknya kaya buat tubuh gue seakan ingin berjoget. *Tired of hearing sorry ... Kiss and make, kiss, kiss and make up* ..." balas Sicka lalu menyanyi kembali tak lupa badannya yang ikut berjoget.
Kimi hanya menghela nafas, tapi tak ayal dia juga ikut senang. Inilah yang disukai Kimi, Sicka akan bersikap seperti ini seolah-olah dia tak pernah mengalami apapun. Dia tidak pernah dendam dengan apa yang dilakukan orang lain terhadapnya. Baginya adalah karma yang dia dapatkan akibat kesalahan kecilnya.
"Ya ampun Kim! Gue baru nyadar ternyata Blackpink juga keren-keren lagunya, mungkin gue terlalu dibutakan sama mas taehyung and kawan." Kimi hanya mendengus mendengar ocehan nggak jelas Sicka.
"Yaiyalah musik lo aja BTS semua, padahal Wanna One juga ngojos banget lagunya apalagi yang Beautiful. Duh mas jihoon akuhh ..." ucap Kimi sembari membayangkan wajah imut jihoon.
"Tapi sayang bubar." sahut Sicka yang segera mendapat tabokan dari Kimi, gadis itu berdiri dari posisinya kemudian meletakkan salep di meja sembari mendumel.
"Nggak usah diperjelas napa, meskipun bubar Wanna One tetap di hati." Kimi kembali duduk di kasur berhadapan dengan Sicka.
"Eh Rin, kemaren gue liat gimana khawatirnya si semen basi tauk. Jangan\-jangan dia suka sama lo lagi?" tebak Kimi sembari menunjuk wajah Sicka.
Sicka menepis tangan Kimi yang menunjuknya, "Apaan sih! Jelas dong dia khawatir dia kan udah anggep gue sahabat." Sahut Sicka agak kesal tapi setelah itu dia kembali berujar, "Kim lo tau nggak?–"
"Nggak." jawab Kimi yang segera ditabok Sicka.
"Gue belum selesai kampret!" dengus Sicka sedangkan Kimi malah tertawa.
"Iya iya maap, lanjut\-lanjut."
"Gue udah pacaran sama Brandon loh!" ucap Sicka yang tak mendapat tanggapan dari Kimi, sudah dibilang Kimi itu lemot. Setelah sepuluh detik ...
"HAH DARIUS LO \*\*\*?? MASA IYA?"
Pletak
"Serius ******! Sumpah lo lemot banget dah Kim." kesal Sicka. Sudah sering Kimi seperti ini, pernah satu kelas tertawa karena lawakan temannya yang membahas bab selingkuh. Tapi disitu hanya Kimi yang tidak tertawa, saat Kimi baru mengerti dia baru tertawa dan membuat sekelas cengo.
"Iya iya maap, eh tapi kapan dia nembak lo? Pake nyanyian lagu *perfect* eceran nggk?" tanya Kimi penasaran.
"Ih kimiiiii bukan eceran tapi Ed Sheeran." Sicka mengelus dadanya bersabar. "Dia nembak pas gue masih di rum–"
"Nduk ayo makan dulu, Mom wes nyiapke itu ..." interupsi dari ibunya Kimi membuat perkataan Sicka terhenti.
"Masak opo emange Mom?" tanya Kimi berjalan menuju ruang makan dan Sicka yang sudah mendahuluinya. Ibunya Kimi ini memang orang Jawa, kalau berbicara logatnya masih kentara sekali.
"Tumis kangkung sama tahu goreng nduk," balas Mom yang kini mulai menuangkan teh ke gelas suaminya.
Kimi melihat adiknya Harun yang tengah berebut dengan Sicka untuk mengambil tumis kangkung.
"Woy Kerun gue duluan yang ambil" Sicka mencoba mengambil tumis kangkung itu di mangkuk yang terhalang tangan Harun.
"Yang tua ngalah dong kak Rin, gue duluan elah!" Harun masih menghalang\-halangi mangkuk itu.
Ayah dan ibunya Kimi hanya menggeleng memahami kalau anak bungsunya itu tak pernah akur dengan Sicka.
"Biar ded duluan yang ambil, lama nunggu kalian." mangkok tumis itu sudah di bawa oleh ded.
"Yaaaahhh" sahut Sicka dan Harun bersamaan.
Kimi dan ibunya tertawa, suasana sarapan pagi dirumahnya nampak seru karena kehadiran Sicka.
<•[💙]•>
Sicka turun dari motor Kimi, dia melepas helm lalu menyerahkan ke Kimi.
"Thanks ya \*\*\*, udah nganter pulang gue hehe ..." ucap Sicka yang dibalas acungan jempol dari Kimi.
"*Nope*. Lagian lo udah kaya sama siapa aja sih. Tapi lo beneran nggak mau nginep aja dirumah gue dulu?" Jujur Kimi khawatir dengan Sicka, bagaimana kalau dia disakiti keluarganya lagi?
"Nggak ah, kamar lo bau iler. Gue jadi males buat nginep apalagi tidur kamar lo." Raut wajah Kimi kini menjadi datar akibat ucapan Sicka.
"Gitu ya? Oke besok masuk sekolah nggak usah duduk sama gue." Sontak hal itu membuat Sicka segera meminta maaf.
"Jangan gitu dong Kim, baper amat sih lo." Kimi hanya memutar bola matanya malas, lalu matanya tak sengaja bersitatap dengan San yang tengah di balkon kamarnya memperhatikan mereka.
Kimi pun membalas tatapan tak suka dari San, seolah mengatakan, 'Apa lo liat-liat? Mau gue culek tuh mata lo hah?' Sedangkan San hanya mengendikkan bahunya kemudian masuk ke dalam kamarnya.
"Lo liat apaan sih? Kaya ngajak tawuran aja." Heran Sicka sembari ikut menatap apa yang dilihat oleh Kimi. Namun dia tak melihat siapa\-siapa.
"Nggak ada, udah sono lo masuk! Gue juga harus buru\-buru ke toko buku beli pulpen." Sicka mengangguk dan Kimi pun melajukan motornya meninggalkan Sicka di depan rumahnya.
Sicka pun segera melangkah masuk, namun tak jadi lantaran ada yang memanggilnya.
"Sicka," yang dipanggil pun menoleh. Lalu mendapati Brandon.
"Eh Brandon, ada apa?"
"Mau jenguk pacar, nggak boleh ya?" Sicka menggeleng cepat. Lalu Sicka mengajak Brandon untuk masuk ke dalam rumah. Dan tentunya Sicka sudah tau kalau orangtuanya tidak ada di rumah. Mungkin hanya ada saudara\-saudaranya dirumah.
"Gue bikin minum dulu ya?" Brandon mengangguk. Lalu Sicka pun segera ke dapur.
San yang baru turun dari kamarnya terlonjak kaget saat melihat kehadiran orang yang dia sukai. Dia segera menghampiri Brandon.
"Loh Brandon? Lo ngapain di rumah gue?" tanya San yang sudah sampai di ruang tamu lalu segera duduk disamping.
"Eh Sandriana, gue kesini mau ketemu Sicka kebetulan tadi dia didepan dan nyuruh gue masuk." jelas Brandon tak lupa dengan senyumnya.
San mengernyitkan keningnya, " Lo... ada hubungan apa sama dia?" tanya San hati-hati dan jawaban dari Brandon membuatnya hampir saja terkena serangan jantung.
"Pa\-pacar??" San menggeleng tak percaya dengan apa yang dia dengar. Apalagi Brandon mengangguk membalas San.
*Nggak mungkin*.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments