Pagi ini aku mendapatkan pesan dari kak Yoga tentang bunga mawar itu. Aku memang menunggu kiriman bunga itu tetapi tidak terlalu berharap bukan karena tidak peduli tetapi aku berpikir takutnya kak Yoga lupa, karena setau aku kak Yoga adalah bos muda yang sangat sibuk dengan pekerjaannya.
[Gimana Ana bagus ngak] pesan kak Yoga masuk ke pesan di wa ku. Gambar bunga mawar merah darah dalam pot itu terlihat sangat cantik. Pesan ini baru ku balas setelah 30 menit dari terkirimnya pesan.
[ bagus sekali kak] balasku.
"Omah liat deh kak Yoga ingin memberikan aku bunga mawar ini untuk di rawat" aku menunjukkan gambar yang telah di kirimkan oleh cucunya.
"Bagus itu Ana warnanya merah darah terlihat elegan" ucap omah kagum.
"Iya omah sangat cantik warnanya"
" Tumben yoga mau ngasih kamu bunga Ana?" Tanya wanita tua yang selama ini aku rawat.
"Aku kan kemarin udah bilang sama omah kalau mindahin bunga mawar dari semak ke dalam pot, nah aku fotoin deh mawar yang aku pindahin itu. Taunya kak Yoga liat dan mau ngasih aku bunga lagi asal aku mau merawatnya"
"Hemm begitu"
"Iya omah, oh iya omah mau mandi sekarang atau mau jemuran dulu?"
"Mandi aja Ana, tumben banget pagi ini udah terasa sangat panas"
"Oke omah aku siapin air hangat dulu ya?"
"Jangan air hangat dulu Ana ntar tambah panas" cegah omah.
"Omah kan ngak di bolehin mandi air dingin, udah omah nurut aja nanti aku bikinin air yang ngak terlalu hangat" aku langsung menuju kamar mandi dan menyalanya kan air panas untuk di tampung di bak mandi khusus omah.
Seperti biasa omah selalu aku siapkan air hangat untuk mandi karena sangat bagus untuk omah. Aku juga waktu masih di rumah sering mandi air hangat kalau pagi-pagi sebelum pergi ke laut mencari kerang, air hangat yang aku dapatkan tentunya harus di masak di atas kompor. Berbeda dengan sekarang aku tinggal memutar kran shower mandi ini mau yang hangat atau dingin tidak perlu menunggu lama.
Setelah selesai memandikan omah adalah jadwalnya makan lalu minum obat. Setelah semua itu selesai aku akan mengajak omah duduk sebentar di teras rumah untuk menjemur diri kalau cuaca tidak terlalu panas lalu setelah di rasa cukup. Omah akan aku baringkan kembali lalu memijit Santai omah.
Itulah rutinitas ku dari pagi sampai sore hanya itulah yang aku ulang setiap hari dan ada beberapa pekerjaan tambahan lain seperti mencuci baju ku sendiri.
[Ana bunganya aku titip pak satpam lagi ya soalnya aku ngak sempat mampir] balasan dari cucu kesayangan omah.
[Oke kak, makasih loh bunganya] balas ku setelah beberapa pesan itu terkirim.
Beneran saja sekitar setengah jam datang pak satpam mengetuk kamar untuk memberikan bunga itu. Ternyata bunga itu lebih cantik dari pada yang di gambar.
"Omah liat deh cantik banget kan bunganya" aku menunjuk kepada omah bunga mawar yang telah di janjikan kak Yoga.
"Iya Ana, kamu rawat dengan baik-baik itu, bagus banget itu"
"Siap omah" jawabku dengan mengajungkan jempol.
Aku segera menaruh bunga itu di samping bunga mawar yang ku ambil dari belakang rumah. Setelah ku siram bunga itu lalu aku potret kembali untuk aku kirimkan kepada kak Yoga.
"Oke selesai" batin ku.
"Duh lapar banget aku makan dulu ah"
Aku segera bergegas pergi ke dapur untuk makan pagi yang di sambut mbok inem sedang makan. Aku dan mbok inem selalu makan terakhir, padahal kami selalu di undang makan bersama tapi merasa sedikit minder, akhirnya aku selalu menunggu semua orang selesai makan. Sedangkan alasan mbok inem adalah belum lapar. Itulah yang sering dia ucapkannya selama aku bekerja di sini saat di ajak makan bersama.
"Nak ayok makan" ucap mbok inem dengan mulut penuh nasi.
"Iya mbok aku nyusul nih mau ambil piring dulu"
Kami pun makan bersama-sama dengan cara duduk di lantai, aku dan mbok inem lebih suka duduk di lantai dari pada duduk di kursi. Karena apa rasanya lebih enak aja gitu seperti lebih bebas, itu menurut penilaian ku saja.
Aku dan mbok inem makan sambil sedikit bercerita. Yang ku dengar dari ceritanya kalau dia berkerja di sini sudah belasan tahun. Bahkan Bu Bunga baru hamil anak pertama mbok inem sudah bekerja di sini. Alasan mbok inem bertahan bekerja di sini adalah yang punya rumah sangat baik dan ramah tidak membedakan antara majikan dan pembantu. Aku mengakui kebenaran itu karena akupun merasakan hal yang sama.
"Mbok aku balik kekamar dulu takut omah manggil aku, eh aku nya ngga denger karena asik ngobrol"
"Iya nak ngapapa sini piring mu biar mbok yang cuci in"
"Makasih yah mbok yaudah kalau gitu aku kedalam dulu ya" balasku. Mbok inem hanya mengangguk tanda mengiyakan.
Aku kembali kedalam kamar dan melihat omah sedang asik membaca buku, aku tidak ingin menggangu akhirnya aku putuskan untuk melihat bunga mawar itu lagi karena terlalu suka nya sampai-sampai aku sering melihat bunga itu. Tapi alangkah terkejutnya aku saat melihat dua pot bunga kesayangan ku kini telah hancur berantakan. Pot bunga ku hancur dan bunga mawarnya telah terpotong menjadi beberapa bagian. Banyak kelopaknya berhamburan seperti habis di remas oleh tangan. Aku sangat sedih melihat Bunga kesayangan ku kini telah hancur dan yang lebih sadih aku tidak bisa menjaga dan merawat bunga pemberian kak Yoga dengan baik.
"Ulah siapa ini? Mengapa bunga ku di hancurkan seperti ini" batinku.
"Kak Yoga maafkan aku" aku segera memungut tangkai dan bunga yang berhamburan itu di tanah lalu menyatukannya dalam satu tempat.
Aku segera masuk kamar lalu mengadu kepada omah tentang semua ini.
"Omah" aku menghampiri omah dengan raut sedih dan mata berkaca-kaca.
"Kenapa Ana kok mukanya gitu" ucap omah sambil menutup buku.
"Bunga mawar ku telah hancur berantakan, tangkainya telah terpotong potong dan bunganya seperti di remas-remas hingga beneran hancur berserakan" ucapku sambil duduk di sampingnya.
"Loh kok bisa? Mungkin di ganggu anjing kali Ana? Ucap omah menerka.
"Kalau di gigit anjing pasti tangkainya ngak terpotong rapi nah itu seperti di gunting atau di potong dengan apapun yang tajam dan kelopak bunganya seperti di remas-remas" jelasku
"Hem yasudah jangan dipikirkan itu sudah terjadi ikhlaskan saja. Kalau memang itu perbuatan orang pasti akan mendapatkan balasan dari Tuhan" omah benar aku harus mengikhlaskan bunga itu walau sebenarnya aku sangat menyayanginya dan aku sempat ingin membawa bunga itu pulang dan di tanam di pekarangan rumah ku.
"Coba kamu tanam lagi bagian tangkainya di tanah yang subursiapa tau nanti akan tumbuh lagi" ucap omah.
"Baiklah omah" aku masih memikirkan dimana tempat yang aman agar bunga itu tidak di ganggu lagi. Aku mendapatkan ide untuk menanam kembali tangkai-tangkai bunga itu di belakang rumah tempat pertama aku menemukan bunga mawar itu. Aku segera menuju ke sana.
"Mantap banget Sel aku tadi ngancurin bunga nya si cewek kumel itu, sebenarnya bunga mawar itu bagus sayang kalau di rusak tapi karena itu milik sih Rita ya aku hancurin deh, mana pagi tadi aku denger pak satpam bilang kalau bunga mawar itu dari kak Robbi. Kesel banget dong aku aja ngak pernah di kasih bunga kek gitu" panjang lebar Nadia menceritakan kejadian itu kepada temannya yang bernama Sela sambil mengulum permen lollipop. Saking asiknya bahkan Nadia tidak menyadari kehadiran ku.
"Jadi ini ulah Nadia lagi? Batin ku.
Nadia yang terus saja bercerita ria di belakang ku masih terus semangatnya menceritakan keberhasilannya. Karena aku harus segera menanam bunga ini aku terus berjalan di sampingnya seolah-olah tidak mendengarkan apa yang telah dia bicarakan.
Saat aku berlalu di sampingnya dengan segera dia menutup telpon dan berpura-pura melihat video lucu di ponselnya sambil berjalan ke arah dalam rumah. Aku tidak menghiraukannya dan terus berjalan ke arah belakang rumah.
"Kebenaran telah terungkap ternyata Nadia sangat menyukai kak Robbi sebagai kakak sepupunya Sampai membenci siapa pun yang dekat dengan kak Robbi. Cinta kadang memang sangat membutakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments