KIRANA
"Ana mana uangmu? Ayah mau pinjam". Satu tangan ayah mengadah kepadaku. Selalu begitu dengan alasan meminjam uang tapi tidak pernah di bayar olehnya. Ini bukan yang pertama kalinya ayah meminjam uang ini adalah yang kesekian kalinya. Aku sudah hafal ayah akan meminjam uang kalau dia kalah judi atau sekedar ingin mentraktir teman-temannya minum di warung Mpok Yana
"Aku lagi ga punya uang yah, tadi uangnya sudah aku pakai untuk beli voucher listrik dan beras, ini sisa sedikit untuk beli makan besok". Tolakku pada ayah karena memang aku tak memegang uang lebih. Karena aku hanya bekerja sebagai pencari kerang di laut. Sehari cuma bisa menghasilkan uang rata-rata 50 ribu. Kalaupun lebih dari itu karena mendapatkan kerang lebih banyak, tapi sekarang mencari kerang agak susah. Sudah banyak orang yang ikut menjadi pencari kerang. Kebanyakan yang mencari adalah ibu-ibu rumah tangga dan ada beberapa gadis seperti ku. Mau bagaimana lagi aku hanya tamatan SMP. Banyak yang menolak bila aku melamar pekerjaan hanya karena ijazah ku. Di zaman sekarang mencari pekerjaan begitu sulit. Terlebih bila tidak ada kenalan atau orang dalam.
"Ah, banyak alasan mana uangmu semuanya ayah mau pinjam". Dengan terpaksa aku berikan karena bila tidak pasti aku akan di pukul ayah dengan dalil aku jadi anak yang durhaka tidak bisa membantu orang tua. Setelah uang di dapat ayah langsung meninggalkan ku, lalu pergi entah kemana.
"Ana, ayahmu pinjam uang lagi ya?" Tiba-tiba ibu keluar dari dapur. Ternyata ibu mendengar saat ayah meminta uang kepadaku.
"Iya Bu, tapi itu uang terakhir yang aku punya" ucapku sambil menghelas nafas panjang. Aku sangat sedih karena ayah tidak pernah berubah selalu seperti itu. Sebelum aku bisa kerja ayah selalu meminta uang kepada ibu. Kini ayah meminta uang kepada aku dan ibu. Ayah jarang kerja lebih banyak menghabiskan waktu bersama temannya di warung Mpok Yana
" Maafkan ibu ya nak, ini semua salah ibu" . Ibu berbicara dengan mata berkaca-kaca. Ini adalah hal yang paling tidak aku sukai. Aku tidak suka melihat ibu bersedih apa lagi sampai menangis hanya karena aku. Aku merasa gagal menjadi anak perempuan pertama di keluarga ini. Karena seharusnya aku yang bisa merubah keadaan keluarga ku. Walau aku mempunyai adik laki-laki yang dimana umur kami berbeda 5 tahun. Dia belum bisa membantu mencari uang, tetapi setidaknya dia tidak manja walau menjadi anak bungsu. Tidak seperti yang ku dengar kalau anak bungsu itu manja- manja.
"Ah ibu jangan ngomong begitu, ini adalah bukti tanda aku berbakti kepada kedua orang tua". Aku berkata begitu agar ibu tidak terlalu sedih. Aku lemah bila melihat air mata ibu.
"Ibukan selalu bilang harus jadi anak yang patuh, ini aku belajar jadi anak yang seperti ibu mau". Sambil tersenyum kepada ibu seolah aku tak bersedih.
"Tapi kamu terlihat sedih nak" . Ucap ibu lagi.
"Tadi itu iya Bu tapi sekarang sudah tidak karena memang benar kata ayah dan ibu aku harus berbakti, karena uang aku uang ibu dan ayah juga kan".
"Eh iya Bu, aku kedapur dulu ya mau menjahit kaos kaki ku yang bolong, besok aku mau ke laut mencari kerang" . Ucapku pada ibu sambil berlalu. Perlengkapan ke laut memang harus punya kaos kaki karena bila tidak kaki akan sering terkena pecahan kulit simping (jenis kerang dengan bentuk pipih ). Aku sudah sering terkenal kulit simping atau tertusuk duri di laut, tetapi itu adalah hal yang lumrah terjadi. Bukan hanya ku yang sering mengalami semua orang yang pergi mencari kerang kerangan pasti merasakan.
***
Malam ini suasana pantai sangat indah, deburan ombak terdengar saling kejar mengejar. Bintang-bintang berhamburan berkelap-kelip di atas langit yang agak redup, rembulan sedikit sembunyi di balik awan malam dengan angin yang sepoi-sepoi. Sungguh malam yang indah bagiku. Hampir setiap malam aku menghabiskan waktu di sini hanya sekedar menenangkan diri atau sekedar mendengarkan lagu di handphone android ku yang ku beli satu tahun yang lalu. Sambil duduk dengan tempat duduk yang terbuat dari papan dan kayu yang di paku aku merasakan tenang menikmati alam ini. Belum sempat mejamkan mata terdengar adikku memanggil.
"Kak Kirana, sini kak cepat pulang ayah marah-marah sama ibu" . Aku tersentak saat tau ayah sedang marah kepada ibu dengan secepat mungkin aku lari dari tempat dudukku. Jarak pantai dan rumah tidak terlalu jauh hingga tak perlu waktu lama aku sampai kerumah.
"Gimana sih jadi istri tidak bisa membantu suami, seharusnya kamu itu berbakti kepadaku bagi uangmu aku sangat butuh sekarang." Terdengar suara ayah membentak ibu karena tidak memberikan uang kepadanya.
"Bukan begitu mas, uang hasil nyuci baju mbak Tina sudah aku pakai bayar hutang pada bapak." Ga enak mas hutang kita sama bapak sudah lama tidak di bayar". Jelas ibu pada ayah.
"Kamu ini yah, kenapa harus di bayar sekarang kan bisa nanti, lagian bapak tidak akan nagih juga kan? Kamu aja yang berlebihan mentang-mentang aku pinjam sama bapakmu". Celoteh ayah mendengar alasan ibu saat tau uang hasil kerja ibu di bayar untuk membayar hutang pada kakek.
"Kenapa sih ayah selalu minta uang kepada ibu kadang juga pada kak Kirana? Bapak kan kepala rumah tangga, tulang punggung keluarga, apa ayah tidak malu selalu begitu?". Ternyata adikku ikut geram karena ayah yang seharusnya bisa jadi panutan baginya malah memberi contoh yang tidak baik. Noval tampak sangat tidak menyukai sifat ayah seperti anak gadis yang manja selalu minta uang kepada orang tua.
"Alah anak kecil, tau apa kamu ? Lebih baik kamu cari kerja bantu ibu sama kakakmu cari uang emang kamu pikir makan tidak pakai biaya?". Bentak ayah pada anak bungsunya. Bukannya sadar dengan ucapan Noval, malah memberi saran supaya adikku bekerja. Padahal Noval masih bersekolah SMP, mana mungkin bisa membagi waktu untuk belajar dan bekerja. Kalaupun bisa tidak akan ku perbolehkan lebih baik aku yang mencari uang. Tapi terkadang Noval ikut paman ku pergi melaut pada saat libur sekolah atau tanggal merah, hanya untuk mencari uang jajan.
"Ayah tau sendiri aku masih sekolah, hanya pada saat liburan atau tanggal merah baru aku bisa cari uang. Ayah seharunya menasehati diri sendiri, cari kerja kasih uang pada ibu, jangan terbalik". Balas Noval dengan kesal.
"Yah, apa yang di bilang Noval itu benar, seharunya ayah yang kerja bukan ibu. Kalau soal aku memang harus membantu tapi di posisi ayah atau ibu sudah jelas ayah salah". Ucap ku menyambut ucapan adikku. Terlihat ibu hanya menyimak dengan raut sedih.
"Kakak ,adik sama saja di tambah dengan ibunya model seperti ini, bikin aku tidak betah di rumah". Bentak ayah sambil berlalu keluar rumah dan pergi entah kemana.
"Astaghfirullah ". Ucap ibu sambil mengelus dada.
"Udah ya Bu, tidak perlu di pikirkan suami seperti itu tidak ada tanggung jawab sama sekali, aku sangat benci sikap dan sifat ayah seperti itu". Ucap adikku pada ibu.
"Sudahlah nak jangan di bahas, ibu mau kekamar dulu. Kalian belum makan kan itu di atas meja ada lempah kuning ( masakan kuning khas Bangka Belitung) dimakan ya, panasin dulu biar enak". Ibu selalu saja membuat lauk itu karena masakan itu kesukaan aku dan adik. Seminggu sekali pasti ada lempah kuning yang di buat ibu untuk lauk makan.
"Iya Bu". Jawab kami serentak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments