Tut..Tut..Tut.. belum terdengar kalau ibu akan mengangkat telepon ku.
"Halo assalamualaikum Ana"
"Wa'allaikumsallam Bu. Bu ayah akan segera bebas hari ini aku sudah mempunyai uang untuk menebus ayah" dengan semangat aku menyampaikan berita bagus ini. Omah hanya tersenyum melihat ku saat mendengar aku menelepon ibu.
"Alhamdulillah Ana jadi majikan mu mau meminjamkan uang kepadamu dengan uang gajimu sebagai jaminan?"
"Iya Bu Alhamdulillah, tapi ini bukan uang yang aku pinjam dari Bu Bunga tapi dari omah yang meminjamkannya, omah bilang untuk menggunakan uangnya saja yang mati aku bayar kalau aku punya uang lebih tanpa harus memotong gajiku"
"Alhamdulillah nak kamu bekerja pada orang yang baik, semoga keluarga majikan mu dilimpahkan rejeki yang melimpah dan kesehatan tubuh yang baik" aamiin aku dan omah serempak mengaminkan doa ibu.
"Kalau begitu uangnya aku transfer atau ibu mau uang kesnya langsung?"
"Ibu ngak ngerti pake transfer-transfer segala lebih baik kes aja Ana"
"Baiklah Bu kalau begitu aku minta izin pulang dulu ya sebentar karena waktu ku masih 2 Jam lagi"
"Oh yaudah ibu tunggu di rumah" jawab ibu.
Belum sempat ku meminta izin omah sudah mengizinkan aku keluar untuk mengantarkan uang itu.
"Ana dari pada kamu naek bus bawa uang sebanyak itu lebih baik omah nyuru Yoga untuk nganteri kamu pulang ya?" Tawar omah.
"Tapi apa ngak ngerepotin kak Yoga, setahu ku kak Yoga sangat sibuk kan?"
"Coba kamu telfon nanti omah yang ngomong" pinta omah.
"Tapi omah" aku masih ragu untuk menelpon kak Yoga.
"Ngak perlu ragu nanti omah yang ngomong"
"Yaudah deh" akhirnya ku turuti kemauan omah.
Tut..Tut..Tut..
"Halo assalamualaikum Ana ada apa ya?" Terdengar suara kak Yoga.
"Ini kak omah mau ngomong" ponsel langsung ku serahkan kepada omah.
"Yoga kamu sibuk ngak kalau ngak coba sini ambil Kirana dia mau pulang ada keperluan mendesak, kasian kalau harus naek bus sendiri"
"Oh ngak sibuk kok omah, baiklah sebentar lagi aku kesana"
"Iya hati-hati di jalan" ucap omah menasehati.
"Iya omah, yaudah aku siap-siap dulu, assalamualaikum"
"Wa'allaikumsallam" jawab ku dan omah serempak.
Omah benar-benar sangat baik bukan hanya uang yang dia pinjamkan tetapi juga sampai menyuruh kak Yoga untuk mengantarkan ku pulang.
"Omah aku ngak tau harus ngomong apa omah baik banget, aku makasih banget omah selalu saja bantu aku, aku jadi ngak enak"
"Kamu juga baik Ana merawat omah seperti nenek kandung mu sendiri, anak omah saja kurang peduli dengan omah sedangkan cucu pun jarang yang mau nengokin omah apa lagi mau merawat omah. Semenjak ada kamu omah merasa ngak kesepian lagi"
"Aku merawat omah itu kerena aku bekerja di sini omah jadi sudah kewajiban bagiku merawat omah dengan baik" jelasku.
***
" Omah aku udah sampai nih mana nih ciumannya" kak Yoga sangat manja kepada omah.
"Aduh udah gede masih aja manja, sini Deket omah, emmuuahh udah belum?" Tanya omah.
"Uhh makasih omah" balas kak Yoga dengan senyum lebar sampai memperlihatkan gigi putihnya.
"Ayo Ana kita berangkat" ajak kak Yoga.
"Ayok kak"
Setelah kami pamit, aku dan kak Yoga langsung pulang menuju rumah ku. Di tengah perjalan kak Yoga menanyakan sebab kenapa aku pulang. Aku katakan dengan sejujurnya tentang hal yang menimpah ayah mulai dari ayah memukul orang sampai kini menjadi tahanan.
"Kasian juga kamu Ana mendapatkan ayah seperti itu. Tapi kamu jangan nyerah untuk menyadarkan ayahmu, aku yakin suatu saat nanti ayahmu akan berubah" ucap kak Yoga.
"Iya kak aku yakin ayah suatu saat nanti akan berubah"
Perjalan kerumah ku memakan waktu setengah jam dan kini sudah berada di depan rumah. Aku dan kak Yoga di sambut oleh ibu dan adikku.
"Assalamualaikum Bu" ucap kak Yoga sambil menyalami tangan ibu.
"Wa'allaikumsallam" ibu dan adik menjawab serentak.
"Jadi gimana Bu kita langsung ke kantor polisi ya?" Tanya ku.
"Kita kerumah pak Yanto dulu karena dialah yang menjadi korban. Kita bayarkan uang ganti rugi ini dulu" jawab ibu.
"Oh kalau begitu ayok sekarang kita kerumah pak Yanto" ajak kak Yoga.
Akhirnya kami berempat menuju rumah pak Yanto bersama-sama.
Tok tok tok !
"Assalamualaikum" ucap ibu sambil mengetuk pintu.
"Wa'allaikumsallam" terdengar suara perempuan yang menjawab.
"Pak Yanto nya ada ngak Bu" tanya ibu lagi.
"Oh ada sebentar saya panggilkan suami saya dulu ya, ayok semua masuk duduk dulu" ajak istri pak Yanto.
Pak Yanto pun keluar menemui kami berempat sedangkan istrinya masih di dapur.
"Pak saya ini istri Wisnu saya mau membayar uang ganti rugi yang bapak mau itu" ucap ibu.
"Oh jadi ibu adalah istrinya, maafkan saya pake cara kasar ya Bu soalnya suami ibu itu banyak hutang dengan saya, sebenarnya itu bukan saja uang ganti rugi tetapi juga hutang yang selama ini belum di bayar oleh pak Wisnu" jelas pak Yanto.
"Iya pak ngapapa itu semua salah suami saya, ini uang yang bapak mau. Tapi tolong bebaskan suami saya ya pak" ibu langsung memberika uang segepok kepada pak Yanto. Setelah menghitung jumlah uang yang kami bawa pak Yanto langsung mengajak kami untuk ke kantor polisi untuk mencabut tuntutan yang telah dia buat.
"Terimakasih karena telah mau membayar uang hutang yang selama ini tidak di bayar oleh Wisnu, sebenarnya kalau saya mau pake cara kekerasan bisa saja tapi mengenang Wisnu adalah teman saya sewaktu kecil jadi saya diamkan saja, menunggu dia mengerti. Tetapi setelah dia menang judi bukannya mau membayar hutang malah memukul saya" jelas pak Yanto.
"Sekali lagi maaf ya pak" ucap ibu.
"Ayok sekarang kita kekantor polisi untukencabut tuntutan itu" ajak pak Yanto kepada kami.
"Eh mau kemana pak ini kuenya di makan dulu, tamu kok ngak di ajak makan?" Ternyata istri pak Yanto sedang menyiapkan kue sewaktu di dapur.
"Eh iya Bu bapak lupa, ayok semuanya cicipin dulu takutnya Punan (marabahaya saat tidak mencicipi makanan yang telah di tawarkan) balas pak Yanto.
Kami pun mencicipi kue tersebut lalu berangkat ke kantor polisi. Kami berempat naik mobil kak Yoga sedangkan pak Yanto menyusul menggunakan motor. Sesampainya di kantor polisi pak Yanto pun menepati janjinya untuk mencabut tuntutan yang telah dia buat. Dan sore itu pula ayah bebas dari penjara. Terlihat kebahagiaan di mata ibu kalah melihat ayah telah bebas dari tahanan. Kalau bukan karena menghargai ibu mungkin aku tak senekat ini meminjam uang hanya untuk membebaskan ayah. Tapi di sisi lain pun aku merasa ini adalah kewajiban seorang anak untuk menolong orang tua.
Setalah semua telah selesai kami pulang berlima dengan ayah. Ayah tidak banyak bicara tapi dari tatapan matanya seperti masih membenci ku. Apa karena soal ayah meminta uang waktu itu? Entahlah yang terpenting ayah telah bebas.
"Ayah ibu aku pamit dulu ya aku harus kembali ke rumah omah untuk kerja, Noval jaga ibu dan ayah ya di sini" ucapku kepada mereka.
"Iya Ana, makasih ya sudah mau menolong ayahmu" ucap ibu.
"Kakak hebat banget walau hanya seorang anak perempuan tapi bisa membantu keluarga. Kakak mempunyai jiwa tanggung jawab yang tinggi kepada keluarga" Noval berucap dengan nada seperti menyindir ayah.
" Itu sudah kewajiban Bu, Noval. Kita sebagai keluarga harus saling tolong menolong"
Belum beranjak kami dari rumah ayah telah meninggal kami masuk kekamar tanpa mengeluarkan suara apapun. Aku sedikit malu dengan sikap ayah kepada kak Yoga. Tapi apa mau di buat ayah memang begitu.
Akhirnya kamipun pamit pulang dan meninggalkan rumahku. Alhamdulillah ayah telah bebas setidaknya ibu ku telah tidak kuatir lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments