Jadi ini apa hah? Udah ngaku aja kamu" ucap Naura semakin meninggikan suara.
"Aku tidak mencuri aku pun ngak tau kalau uang dan perhiasan itu di dalam tas ku" aku terus membelah diri karena memang aku tidak mengerti mengapa uang dan perhiasan itu sekarang berda di dalam tas ku.
"Udah ketahuan masih aja mau mengelak, dasar pencuri !" Ucap Naura dengan geram.
"Lebih baik kita liat cctv di kamar kamu Bunga" ucap omah menengahi permasalahan ini"
Naura terlihat sedikit gugup saat omah mengusulkan untuk melihat cctv hasil rekaman, ini adalah bukti kalau aku tidak bersalah.
"Bu cctv di kamar ku sudah seminggu telah rusak aku selalu lupa untuk memperbaikinya" ucap Bu Bunga yang tampak menyesal tidak memperbaiki cctvnya yang rusak.
Ada raut kemenangan yang terlihat di wajah Naura. Terlihat ada senyuman terselip di wajahnya. Sekarang aku hanya bisa pasrah akan tuduhkan ini. Salah satu bukti yang seharusnya bisa menyelamatkan ku dari fitnahan ini kini telah tiada.
"Tuhan tolong bantu aku, aku tidak melakukan ini semua tolong bebaskan aku dari fitnahan Naura kepadaku" batinku.
"Mbok inem beneran ngak liat ada orang masuk kamar?" Tanya Bu Bunga.
"Ngak Bu terakhir saya liat pagi tadi kamar ibu masih terkunci" jelas mbok inem.
"Bunga pas kamu masuk ke kamar mu masih terkunci atau sudah terbuka kamarmu?" Tanya omah pada Bu Bunga.
"Masih terkunci Bu, itulah yang membuatku semakin heran. Oh iya Bu aku lupa kalau telah meninggalkan kunci itu di meja dekat tv aku lupa memasukkannya saat mengambil ponsel. Aku saja membuka kamar dengan kunci cadangan" balas Bu Bunga yang tampak semakin bingung"
"Mungkin Kirana pake tuyul makanya kamar tetap terkunci" ucap Naura yang tidak henti-hentinya menyudutkan ku. Tampak sekali kalau dia mencari alasan untuk membenarkan tuduhannya.
"Masih percaya tuyul kamu ?" Ucap omah pada Naura.
"Siapa tau aja omah, lagian Kirana kan orang kampung yang pastinya masih dekat tu dengan perdukunan"
"Kamu jangan asal tuduh kalau tidak ada bukti" balas omah.
Seketika wajah Naura cemberut setelah di nasehati omah.
"Nak ayok jujur saja kalau kamu memang mencuri,kami tidak akan menghakimi mu kita akan bahas secara kekeluargaan" ucap mbok inem
"Demi Allah mbok aku ngak mencuri akupun ngak tau kenapa uang dan perhiasan itu ada di dalam tasku?"
" Udah lah membelah diri trus udah nyata-nyata kamu mencuri lebih baik kita bawa ajak ke kantor polisi biar jerah ni cewek kampung" ucap Naura dengan semangat.
"Tunggu dulu kita tanya pak satpam siapa tau melihat kejadian ini" ucap omah.
Akhinya kami setuju untuk memanggil pak satpam siapa tau ada petunjuk tentang permasalahan ini. Dan lagi-lagi pak satpam tidak mengetahui tentang pencurian ini.
"Saya ngak tau kalau ada yang mencuri Bu saya cuma jaga di luar dan sekeliling rumah ini" jawab pak satpam. Memang benar yang dikatakan oleh pak satpam dia hanya bertugas di sekeliling rumah saja.
Karena tidak ada petunjuk tentang kebenaran ini semua akhirnya aku di interogasi oleh mereka semua begitu banyak pertanyaan yang melayang terhadap diriku. Aku tetap membela diri kalau aku tidak mencuri.
Karena tidak puas dengan ini semua Naura akhirnya menelepon ayahnya yaitu pak Bagas untuk datang dan menyelesaikan masalah ini. Setelah lama menunggu akhirnya pak Bagas datang dengan raut penuh amarah.
"Kirana kamu benar-benar mencuri ya? Bapak tidak menyangka kalau penampilan kamu yang lugu ternyata menipu!"ucap pak Bagas dengan geram.
Semua terdiam saat pak Bagas menghakimi ku denga pertanyaan yang seolah-olah aku adalah tersangka.
"Saya ngak mencuri pak saya berani bersumpah kalau saya tidak melakukannya" ucapku sambil tertunduk yang tidak mampu membalas pandangan pak Bagas.
"Lalu ini apa? Masih mau mengelak kamu?" Dengan kasar pak Bagas berkata.
"Bagas kamu jangan kasar begitu salah ngak salah bukan begitu caranya menghadapi wanita" ucap omah yang terlihat kasihan kepada ku.
"Ibu jangan belain dia yang nyata-nyata telah salah"
"Ibu tau dia salah tapi masih bisa kita nasehati dengan cara yang baik tanpa harus membentak kan?" Balas omah.
"Bu aku tuh udah banyak masalah di bliyard di tambah lagi masalah di rumah bikin aku tambah pusing" jelas pak Bagas dengan menahan emosi.
"Udah yah kita laporin aja ni cewek kampung kepolisi ngak perlu lagi tanya ini itu kan bukti udah ada tuh" ucap Naura dengan semangat. Semakin terlihat wajah kemenangan di mata Naura, aku yakin Naura kali ini menang tidak ada harapan bagi ku untuk membela diri.
"Ayok kita bawa dia"ucap pak Bagas.
"Yaallah selamat kan aku dari fitnahan ini" ucapku dalam hati.
"Tunggu sebentar nak ibu baru ingat kalau ibu pernah narok cctv di kamar ini, semua telah di pasang oleh Yoga" Alhamdulillah ada setitik harapan untukku.
Terlihat wajah Naura berubah seketika nampak terlihat ada ketakutan di wajahnya.
"Yaudah cepat kita panggil si Yoga " ucap pak Bagas.
Bu Bunga menelepon kak Yoga untuk segera datang dan memperlihatkan rekaman video cctv di kamar omah. Kedatang kak Yoga sangat aku tunggu karena inilah harapan terbesar ku agar terbebas dari tuduhan ini.
Setelah lama menunggu yang kami nanti pun datang. Kak Yoga bersama temannya datang untuk membawa rekaman itu.
"Alhamdulillah Yoga udah datang" ucap omah.
"Yoga kamu cepat putar rekamannya untuk hari ini" ucap pak Bagas seperti orang yang tidak sabaran lagi.
"Siap om" balas kak Yoga.
Naura terlihat panik tapi di tutupi dengan cara berpura-pura seperti orang penasaran untuk melihat rekaman itu. Kami semua di ruangan itu menyimak detik demi detik apa yang telah aku lakukan di dalam kamar. Terlihat saat aku membuka seprei omah dan menggantinya lalu mencucinya. Setalah lama aku tidak tampak di video itu terlihat Naura dengan cara mengendap-endap masuk kekamar dan secara jelas terlihat Naura telah memasukan uang dan perhiasan itu di dalam tasku. Kami semua terkejut dan menatap Naura dengan ekspresi tidak menyangka. Naura tampak ketakutan dan berusaha kabur dari tempat ini. Tetapi pak Bagas memegang tangan Naura dan Naura pun hanya terdiam sambil menunduk malu, kami terus melihat rekaman itu. Di dalam video itu Tak lama kemudian setelah Naura melancarkan aksinya.setelah keluar dari dalam kamar aku berpapasan dengan Naura lalu aku masuk dan mulai berbaring bermain dengan ponsel dan fokus melihat ponsel karena waktu itu aku sedang membaca novel online.
"Wah parah kamu Naura memfitnah Kirana yang tidak bersalah" ucap kak Yoga tidak percaya.
"Naura kamu bikin ayah malu, ayah tidak pernah mengajarkan kamu seperti ini" ucap pak Bagas dengan geram.
"Ibu kecewa dengan kamu nak ibu ngak pernah memberikan contoh yang buruk terhadapmu. Kenapa kamu memfitnah Kirana seperti itu?" Tanya Bu Bunga penuh dengan raut kekecewaan.
"Maaf Bu" hanya itu yang di ucapkan oleh Naura.
"Sekarang kamu minta maaf sama Kirana" ucap pak Bagas dengan tegas.
"Tapi ayah"
"Jangan tapi-tapian,.umurmu baru segini sudah berani memfitnah orang dengan cara yang telah kamu rancang sedemikian rupa. Mau jadi apa kamu ha?"
"Iya iya deh maaf, Kirana aku minta maaf ya" ucap Naura seperti orang terpaksa.
"Minta maaf yang bener kalau tidak uang jajanku ayah kurangi 50% " ancam pak Bagas
"Iya iya bawel amat sih" ucap Naura dengan ketus.
Plakkkkk terdengar tamparan di wajah Naura, kami semua terdiam saat melihat pak Bagas menampar wajah Naura. Naura hanya memegang pipinya yang nampak memerah.
"Kamu jangan jadi anak yang kurang ajar ya Naura, ayah ngak mau kamu menjadi orang yang tidak tau sopan santun dan suka memfitnah orang seperti ini !"
Naura hanya diam mendengarkan ucapan ayahnya tanpa bersuara terlihat air mata Naura jatuh. Naura langsung berlari dari kamar ini meninggal kami semua.
"kirana maafkan kami yang telah menuduh mu, dan saya telah berbicara kasar kepadamu" ucap pak Bagas yang membuatku merasa tenang kini kebenaran telah terungkap.
"Iya ngapapa pak wajar bapak bersikap begitu aku tidak menyalakan bapak"
"Kirana maafkan ibu ya kalau Naura sudah sangat keterlaluan" ucap Bu Bunga.
"Ngapapa Bu aku udah maafin Naura kok" balasku dengan senyuman.
"Kalau begitu bapak dan ibu mau menemui Naura dulu ya di kamarnya" ucap pak Bagas.
"Baiklah pak" balasku.
Pak Bagas dan Bu Bunga keluarga kamar ini di susul dengan mbok inem dan pak satpam. Hanya tertinggal aku, omah, kak Yoga dan temannya saja yang masih berada di kamar ini.
"Omah telah yakin Ana kalau kamu tidak mencuri"
"Iya omah aku ngak mau melakukan hal buruk itu" jawab ku .
" Naura memang sudah keterlaluan sampai tega memfitnah mu Ana" sambung kak Yoga.
"Mungkin Naura punya dendam sama kamu, karena aku melihat dia sudah merancang dengan sangat rapi" ucap teman kak Robbi yang bernama Galang.
"Bisa jadi itu tapi dendam apa yang membuat Naura menjadi seperti itu?" Ucap kak Yoga dengan kebingungan.
"Aku juga ngak tau kak salah ku apa sampai-sampai Naura seperti itu"
"Sudah lah yang terpenting tuduhan Naura tidak terbukti Ana" memang benar yang di katakan omah yang terpenting tuduhan itu tidak benar. Alhamdulillah tuhan telah mendengar doa ku.
Setelah itu kak Yoga dan temannya pamit pulang untuk melanjutkan pekerjaan mereka yang tertunda.
Aku memeluk omah karena saking bahagianya kalau aku terbukti tidak bersalah. Omah pun memeluk ku kembali. Aku merasakan kembali kehangatan pelukan seorang nenek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments