part 19 ayah berulah, Rendi minta balikan

Seperti keinginan ku malam ini aku akan menelpon ibu karena aku sangat rindu. Aku heran mengapa wa Noval sedari kepulangan ayah tidak pernah aktif lagi. Jangan-jangan ponselnya telah rusak karena setahu ku ponsel Noval adalah ponsel keluaran tahun lama mungkin saja sekarang ponsel itu telah rusak. Aku akan menelpon ibu sekaligus menanyakan soal Wa Noval yang sudah lama tidak online.

Tut..Tut..tut..

"Halo Bu assalamualaikum"

"Wa'allaikumsallam Ana, ada apa malam-malam telpon ibu?"

"Ngapapa kok Bu cuma kangen aja ibu apa kabarnya?"

"Alhamdulillah baik kok Ana kamu di sana baik juga kan?

"Baik juga kok Bu, oh Noval mana Bu kok aku liat wa nya udah ngak aktif lagi?"

"Hemm ponsel adikmu telah di jual oleh ayahmu Ana"

"Loh kok bisa Bu?" Tanya ku penuh heran.

"Pada saat Noval membantu paman mu di pantai untuk membersihkan jaring ikan, dan pada saat itu adikmu tidak membawa ponselnya. Saat adikmu pulang ponselnya telah raib. Ayah mu sendiri yang telah mengakui kalau dirinyalah yang menjualnya"

Aku menjadi semakin geram kepada Ayah bukannya sadar tetapi sekarang tambah parah setelah bebas dari penjara.

"Pantesan aja wa Noval udah ngak aktif Bu, sekarang Noval di mana Bu?"

"Lagi milih ikan di pasar Ana katanya mau kumpulin uang untuk beli ponsel baru " aku sangat kasihan kepada adikku padahal ponsel itu sangat membantunya dalam belajar. Kini harus lembur di malam hari agar bisa mengumpulkan uang untuk membeli ponsel baru.

"Hemm tolong lah Bu tegas sama ayah jangan mentang-mentang ayah kepala rumah tangga jangan seenaknya memperlakukan kita seperti ini"

"Nak ayah mu sangat susah untuk di nasehati"

Aku semakin kesal dengan ibu seharunya sedikit tegas demi anaknya tapi ibu seolah pasrah. Aku geram ibu terlalu takut kepada ayah,.

"Ibu harus pandang kami sebagai anak jangan cuma ayah yang ibu hargai kami pun sebagai anak ingin di hargai Bu"

Aku segera mematikan ponsel untuk mengakhiri pembicaraan. Aku tau kalau ibu akan kecewa kepadaku tetapi aku lebih kecewa denga sikap ibu yang terlalu tunduk kepada ayah. Aku tidak menyalakan ibu untuk patuh kepada suami tetapi harus digaris bawahi suami seperti apa dulu yang harus hormati dan taati segala keputusannya.

Aku bekerja di sini demi ibu dan adikku agar bisa membantu mereka tetapi ibu bersikap lemah seperti itu membuat ku sedikit menaruh dendam pada ayah.

"Ana kok kamu kasar begitu bicara sama ibumu?" Aku terkejut ketika omah berbicara begitu karena setahu ku omah sedang tertidur pulas saat menelepon ibu.

"Omah telah bangun ya? Maaf ya omah karena suaraku omah jadi kebangun tidurnya"

"Omah ngak mempermasalahkan itu Ana yang omah tanyakan kenapa ucapan kasar kepada ibumu?"

"Aku khilaf omah telah berbicara kasar pada ibu ku, aku kesal karena ibu terlalu lemah kepada ayah, ayah sangat semena-mena terhadap kami mentang-mentang ayah kepala rumah tangga, baru saja ayah keluarga dari penjara sekarang bikin masalah baru. Ponsel adik ku satu-satunya yang di pakai untuk belajar kini telah di curi ayah dan kemudian di jualnya. Kini adikku bekerja di pasar ikan bila malam, sedangkan pagi harus ke sekolah. Bagaimana aku tidak marah omah?" Jelas ku panjang lebar.

"Hemm mungkin adalah alasan tertentu sehingga ibu mu bersikap begitu Ana, tapi di posisi ini kamu wajar sangat kesal dengan ibu dan ayahmu"

"Nah omah pun paham gimana perasaan ku"

"Tapi kamu tetap tidak boleh berbicara kasar pada ibumu Ana"

"Iya omah aku mengakui kesalahan ku, nanti aku akan minta maaf kepada ibu"

Omah hanya tersenyum melihat aku mengakui kesalahan.

"Ana ini sudah malam sebaiknya kamu tidur ya" ajak omah.

"Iya omah" jawabku.

Entah mengapa malam ini aku tidak bisa memejamkan mataku rasa kantuk yang ku tunggu tidak juga hadir. Ku lihat omah telah kembali tertidur dengan dengkuran kecil di tidurnya. aku masih memikirkan tentang ayah yang semakin hari semakin parah sifatnya. Andai saja aku telah gajian aku pasti akan membelikan ponsel baru untuk adikku tapi sayangnya tanggal gajian masih sangat lama.

Semakin ku pikir semakin tidak rasa kantuk yang datang akhirnya aku mencoba menghibur diri dengan membuka ponsel dan melihat Facebook hanya sekedar melihat beranda.

Tetapi terlihat di pojok kiri atas ada messenger yang masuk terlihat satu pesan di sana, ku buka pesan itu ternyata dari Rendi mantan pacarku.

[Hai Kirana apa kabar?]  Tumben sekali Rendi mengirim pesan padaku.

[Baik] ternyata Rendi langsung aktif di messenger.

[Kirana aku kangen kamu kapan bisa bertemu] loh? Ada apa ini kenapa Rendi bilang kangen? Bukankah dia sekarang pacarnya Liya?

[Ngak salah ketik tu?] Aku mencoba mengingatkan barang kali Rendi salah ketik.

[Aku ngak salah ketik kok, aku memang kangen kamu. Aku dan Liya telah putus ternyata Liya bukanlah wanita yang setia] ternyata ini adalah sebabnya.

[Oh terus masalahnya dengan ku apa?]

[Aku pengen kita balikan Ana aku masih sayang kamu] drama apa lagi ini tuhan.

[Bukankah orang tua mu tidak merestui hubungan kita dulunya?]

[Iya memang tapi mencari perempuan yang setia itu sulit, kalau kamu kembali pada ku aku rela melawan demi mempertahankan hubungan kita]

"Oh tidak semuda itu Rendi"batinku.

[Maaf ya aku tuh udah punya pacar jadi jangan ganggu aku lagi deh] aku sengaja berbohong agar Rendi tidak berharap banyak dan tidak menggangu ku lagi.

[Jadi kamu udah punya pacar? Tapi aku ngak pernah liat kamu posting foto pacarmu di sini?" Tanya Rendi heran.

[Ya aku memang sengaja tidak mempublish pacar aku aku ngak mau di julidtin orang-orang" aku mencari alasan agar Rendi percaya.

"Oh yaudah kalau begitu semoga langgeng ya,kalau berjodoh jangan lupa undang aku"

"Oke siap" balas ku dengan semangat.

Dengan cepat aku keluar dari messenger karena tidak ingin berkirim pesan dari Rendi lagi. Inilah cara yang pas agar Rendi tidak menggangu ku lagi. Aku memang telah melupakannya tetapi aku masih merasakan betapa kecewanya aku saat dia memutuskan hubungan karena orang tuanya tidak merestui hubungan kami.

Ku coba pejamkan mataku lagi agar bisa tertidur, karena besok banyak pekerjaan yang akan aku kerjakan.

Semoga besok pagi hari-hari ku berjalan dengan lancar, tidak ada hambatan dari siapapun termasuk Naura yang sekarang jadi orang yang sedang memusuhiku. Semoga semua berlalu dengan baik dan semestinya. Banyak pikiran sebelum tidur adalah rutinitas dari tubuh yang tanpa kita sadari akan terus terjadi setiap akan tidur. Aku meyakini bukan hanya aku yang merasakan itu tetapi semua orang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!