part 4 pacar nya mantan berulah

Seperti biasa setiap malam selesai sholat isya aku selalu berada di belakang rumah yang tepatnya di belakang rumah kami adalah pantai. Suasan malam ini indah sekali rasanya aku terbuai dalam kenyamanan. Semua kejadian hari ini ingin aku lupakan walaupun cuma sejenak. Ada rasa kesal,sedih dan bahkan kecewa semua rasa itu menjadi campur aduk. Aku kesal karena aku tetap berprasangka buruk kepada Eva kalau dialah orang yang bilang ke ayah soal beli voucher paket internet itu. Padahal belum tentu dia lah orangnya, dan rasa sedih di tambah kecewa adalah sikap ayah yang tak pernah berubah sedikitpun. Aku berharap suatu saat nanti ayah akan berubah. Aku mau ayahku seperti ayah-ayah pada umumnya yang sayang keluarganya, memperlakukan keluarga dengan baik. Ya semoga saja.... Ku lirik handphone yang sejak tadi nganggur karena aku terlalu hanyut dalam pikiranku sendiri. Kulihat tidak ada pesan yang penting di WhatsApp hanya ada beberapa pesan grub saja. Ku alihkan membuka Facebook hanya sekedar melihat beranda saja. Tapi mata ku tertuju pada beberapa notifikasi di beranda Facebook. Ada beberapa komentar yang masuk.

"Loh loh inikan Liya pacarnya mantanku dulu yang bernama Rendi, kenapa tiba-tiba komentar foto yang kemarin dulu aku posting?". Aku berbicara sendiri karena saking terkejutnya. Tumben tidak biasa-biasanya seperti ini.

[Wah ternyata cantik juga ya]. Akupun membalas komentarnya. [Terimakasih yang komentar lebih cantik kok]. Aku membalas dengan ramah. Lalu ku lihat postingan ku yang lain yang juga di komentarin olehnya. [ Yang cantik gini di putusin dasar cowok]. Terlihat sekali Liya menyindir Rendi, mungkin sengaja agar Rendi melihat karena aku, Liya dan Rendi berteman di Facebook. Saat ingin membalas komentarnya, komentar Rendi menyalip duluan. [ Liya jangan cari masalah di sini, angkat telfonku]. Wah sepertinya benar mereka sedang bertengkar, tapi kenapa mereka membawa aku dalam permasalahan mereka. Karena melihat komentar Rendi aku tak mau memperpanjang masalah. Tidak lama kemudian aku melihat komentar Rendi sudah tidak terlihat, karena sudah di hapus olehnya sendiri.

"Ternyata Rendi lumayan kepo sampai-sampai melihat dan mengomentari foto ku di Facebook".  Tetapi mataku tertuju pada semua messenger masuk selepas dari balas komentar tadi.

[ Kirana aku mau bilang sama kamu jagain Rendi ya aku mau dia bahagia]. Aduh, ada apa ini pesan apa lagi ini. Kenapa aku harus jagain Rendi apa hubungannya dengan ku?.

[Kok kamu bilang begitu emang kamu mau kemana?]. Balas ku penuh tanya. Aneh saja kenapa harus jagain orang yang sudah tidak ada hubungannya denganku. Terlihat dia mengetik untuk membalas pesan ku.

[Ga kemana-mana kok, aku cuma mau kasih dia ke kamu soalnya tiap kali aku jalan sama dia, Rendi selalu bercerita tentang kamu]. Astaga seperti barang saja yang bisa di kasih ke orang. Liya seperti anak kecil saja bilang memang ada masalah seharusnya di selesaikan dengan berbicara langsung tatap muka antara mereka. Tapi ini malah menarik aku dalam masalah mereka.

[Oh, tapi maaf ya aku punya saran kalau kalian berdua ada masalah kalian selesaikan berdua saja jangan bawa-bawa aku. Aku ga tau dan ga mau tau soal kalian. Soal Rendi yang belum move on jangan salahkan aku. Kamu tau sendiri dulu kami putus karena orang tuanya ga merestui hubungan kami dan Rendi yang memutuskan hubungan]. Ternyata hanya karena cemburu saja. Tapi Rendi juga salah kenapa harus menerima orang baru bila belum bisa move on.

[ Aku sangat sayang rendi tapi rendi nya masih sayang kamu, aku bingung harus apa? Lanjut atau selesai sampai di sini].  Dengan sangat cepat pesan Liya terkirim padaku. Dengan cepat pula kubalas.

[Itu urusan kalian, sekali lagi aku tekankan jangan bawa-bawa aku dalam masalah kalian]. Setelah itu langsung ku tutup aplikasi Facebook karena tak ingin berbicara lebih jauh.  Pesan dari Liya pun tak terlihat sepertinya dia memang tidak ingin membalas pesan terakhir ku.

Ku letakkan kembali handphone yang ku genggam di sampingku lalu ku pandang laut yang terbentang luas ku dongakkan kepala ke langit kulihat bintang bertaburan di malam ini. Berkirim pesan dengan Tya mengikatkan ku kembali dengan Rendi. Dulu aku dan Rendi pernah menjalin hubungan selama satu tahun dan kami pun pernah ingin melanjutkan hubungan ke tahap yang lebih serius yaitu pernikahan. Rendi adalah seorang non muslim sedangkan aku seorang muslim. Di awal pacaran kami seperti biasa tidak ada hambatan dari mana pun. Saat masih pacaran dengan Rendi orang tuanya terlihat baik-baik saja tapi entah kenapa saat kami akan ke tahap yang lebih serius semua berubah. Pada saat itupun keluarga dari Rendi sudah datang kerumah untuk pengenalan keluarga. Hanya saja saat itu ayah Rendi tidak hadir tapi di gantikan dengan kakaknya ayah Rendi. Setelah seminggu kemudian Rendi telah resmi menjadi mualaf dan sebulan lagi dia akan melamar ku. Tapi semua tidak sesuai rencana ayahnya tidak merestui hubungan kami, padahal perjalanan hubungan kami telah jauh. Di tambah sudah banyak tetangga yang tau akan isu-isu pernikahan kami. Akan tetapi semua mimpiku musnah saat Rendi tidak mau lagi mempertahankan hubungan ini. Jujur saat itu aku sangat malu dan teramat sangat malu. Tetangga selalu membicara tentang gagalnya semua rencana yang telah kami rancang. Tapi Tuhan berkata lain dan mungkin memang bukan takdirku bersamanya. Ternyata memang benar laki-laki tidak akan pernah mau berjuang bila keluarga tidak merestui beda dengan perempuan mereka akan selalu memperjuangkan hubungan itu walau pun menentang keluarga besar.

"Ah sudahlah masa lalu yang pahit bagiku cukup untuk di kenang dan dijadikan pelajaran saja. Memang sangat kecewa tapi apa boleh buat? Allah pasti tau yang terbaik untukku". Ucapku menyemangati diri sendiri. Tidak terasa sudah 2 jam aku duduk disini, lebih baik aku pulang karena angin mulai terasa kencang mungkin akan terjadi ribut malam ini. Terlihat pula awan mulai meredup dan bintang-bintang pun menghilang. Ku genggam handphone ku lalu ku langkahkan kaki menuju rumah sederhana yang selama ini aku tempati. Semoga saja suatu saat nanti aku bisa membuat rumah ini lebih bagus lagi. Aamiin semoga saja bisa terwujud.

***

Didalam kamar ini adalah tempat ternyaman bagiku setelah ditempat duduk dipinggir pantai itu. Dikamar ini aku bisa mengapresiasikan semua masalah hatiku. Bantal adalah peredam terikanku selimut adalah pengering air mataku. Wah-wah mereka adalah saksi sebenarnya aku adalah wanita biasa yang lemah. Tapi tidak pernah ku tunjukan pada orang lain jangan orang luar, adik dan ibu ku pun tidak boleh melihat aku seperti orang lemah. Jangan sampai saja. "Kirana kamu adalah wanita yang kuat". Ucapku menyemangati diri. Lebih baik aku tidur saja malam ini terasa dingin karena di luar sedang hujan ribut. aku sangat suka suasana seperti ini walau sebenarnya aku takut suara petir yang menyambar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!