"Syukur lah ayah mu telah bebas, aku lihat ibu mu sangat senang Ana"
"Iya kak Alhamdulillah. Iya ibu sangat senang melihat kebebasan ayah"
Kak Yoga hanya mengangguk dengan senyum kecil terlihat di wajahnya.
"Oh iya Ana kamu bilang ya sama omah kalau aku tidak mampir dulu, karena banyak perkerja yang belum aku selesai kan" tanpa melihat ke arahku kak Yoga menitip pesan.
"Siap kak, kak aku makasih banyak loh. Kakak sudah mau mengantar aku padahal kakak sedang sibuk"
"Ngakpapa Ana apa salahnya saling tolong menolong" ucapnya sambil terus fokus menyetir.
"Iya kak" balasku.
Tanpa terasa kami telah berada di halaman rumah pak Bagas. Seperti apa yang telah di ucapkan kak Yoga dia tidak singgah mampir karena pekerjaan yang menumpuk. Saat kak Yoga meninggalkan pekarang rumah aku langsung ingin masuk kedalam rumah. Tetapi mataku tertuju pada seorang wanita yang memperhatikan aku di sebalik gorden.
"Siapa dia" batinku.
Aku terus melangkahkan kaki untuk masuk rumah, ternyata wanita yang kulihat tadi masih melihat ku dengan sinis aku hanya tersenyum lalu masuk kedalam kamar. Di dalam kamar aku langsung bertanya kepada omah tentang siapa wanita itu. Lalu omah menjawab kalau wanita itu adalah Naura anak sulung pak Bagas dan Bu Bunga. Setelah mengetahui siapa wanita itu aku langsung menyampaikan pesan kak Yoga kalau dia tidak sempat singgah mampir karena masih banyak perkembangan yang belum selesai.
***
Hampir saja aku lupa kalau popok bekas omah belum di buang ke tempat sampah di depan rumah. Yang setiap hari Jum'at selalu di ambil oleh pembersih sampah. Dengan segera aku mengambil 2 kresek hitam besar berisi popok bekas omah.
Aku berjalan kedepan rumah menuju tempat sampah. Setelah selesai membuang sampah aku bergegas untuk masuk. Tetapi saat akan masuk rumah Naura memanggil ku.
"Kamu Kirana ya orang yang di bayar buat jaga omah?"
"Iya benar aku Kirana , pasti nama mu Naura kan? Aku tadi tanya omah. Maaf ya aku ngak negur kamu soalnya aku malu dengan orang baru takutnya salah sapa gitu" aku menjelaskan kalau tadi sore itu aku bukannya tidak mau menegur.
"Apa malu kamu bilang? Kamu jalan dengan kak Yoga berduaan dengan kak Yoga kok ngak malu sih" dengan sinis Naura memandang ku.
"Aku dan kak Yoga tadi lagi ada urusan. Kak Yoga yang antar aku juga karena omah yang nyuru" aku menjelaskan tentang kenapa aku dan kak Yoga semobil.
"Alah bilang aja kamu caper kan, kelihatan tuh dari mukamu" setelah berkata begitu Naura langsung berlalu meninggalkan tu dengan sedikit menyenggol bahu ku.
"Astaghfirullah ya Allah" aku langsung berucap.
Setelah Naura berlalu aku langsung masuk kamar karena omah minta di pijit sebelum tidur. Saat sedang memijit omah aku memberitahu omah kalau Naura kurang menyukai ku.
"Omah sepertinya Naura kurang menyukai ku, tadi saja Naura memanggil ku hanya karena mau bilang aku ini caper dengan kak Yoga. Bukannya kak Yoga menemani aku karena omah yang nyuru" ucapku.
"Naura begitu terhadap kamu Ana? Naura memang begitu sejak dulu kalau ada yang dekat dengan yoga pasti selalu dia musuhi" jelas omah.
"Iya omah tapi omah jangan bilang ya. Aku ngak mau Naura semakin membenci ku" pintahku.
"Iya Ana, Ana sudah mijitnya omah mau tidur,.kamu juga langsung tidur jangan begadang ya" ucap omah lagi.
"Baik omah" setelah selesai memijit omah aku langsung bergegas menuju tempat tidurku lalu merebahkan tubuh ku di kasur empuk ini. Aku membayangkan kalau Nadia benar-benar membenciku aku tidak mau seperti itu, cukup Eva yang begitu jangan Naura ikut membenci ku dengan hal aku tidak tau sama sekali. Memang benar kata orang satu musuh terlalu banyak, seribu teman terlalu sedikit. Aku merasakan peri bahasa itu sekarang.
***
Pagi ini aku dan omah berjemur untuk menikmati matahari pagi yang sangat baik untuk kesehatan. Sangat terasa sejuk taman ini, taman yang di kelilingi berbagai macam tumbuhan dan bunga membuat mata semakin segar memandang.
"Liat omah itu kupu-kupu berwarna biru sangat cantik ya" aku menunjuk kupu-kupu yang sedang menghisap sari bunga.
"Iya Ana, untunglah masih ada yg taman buatan ini sehingga kita masih bisa melihat kupu-kupu yang indah"
"Iya omah, sebenarnya aku juga sudah jarang sekali melihat kupu-kupu. Entah di sadari atau tidak sudah jarang menemukan kupu-kupu tidak seperti sewaktu aku masih kecil"
"Itu karena sekarang banyak hutan yang di tebang Ana dan di tambah sudah banyak pembangunan yang telah menggusur tempat tinggal mereka. Maka dari itu walau sedikit apapun lahan lebih baik kita tanam dengan tumbuhan untuk mengurangi kelangkaan kupu-kupu nantinya" jelas omah.
Memang benar yang di katakan omah, bahkan aku merasakan sendiri bahwa kupu-kupu semakin jarang di temukan tidak seperti dulu. Sungguh perubahan zaman mampu merubah ekosistem alam.
Saat aku sedang bercerita dengan omah aku melihat Naura memperhatikan kami sambil memegang gelas bening terisi kopi. Aku dapat merasakan kalau Naura masih tidak menyukai ku. Aku hanya menyapa dengan tersenyum tetapi Naura langsung membalik badan dengan sedikit menaikan bibir ke atas lalu melengos. Aku tidak ingin ambil pusing aku berada di sini karena harus merawat omah itu saja.
Saat makan pagi seperti biasa aku akan menyuapkan bubur sereal kesukaan omah. Tapi kali ini bubur itu di bawakan oleh Naura yang biasanya di bawakan mbok Inem . Lalu Naura berlalu di hadapan ku dan langsung duduk di samping omah.
"Pagi omah" tampak senyum lebar di wajah Naura. Naura tidak menyapa ku sama sekali.
"Pagi juga sayang, loh tumben kamu yang bawakan buburnya biasanya mbok Inem?"
"Mbok Inem lagi sibuk di dapur omah" jawab Naura.
"Oh yasudah sekarang buburnya kasih ke Kirana aja biar Ana yang suapi omah"
"Omah,, aku sengaja bawa bubur ini karena mau suapi omah loh"
"Hemm tumben tumbenan mau nyuapin omah, pasti ada sesuatu ayo ngaku? Jawab omah penuh selidik.
"Ngak kok omah, masa ngak percaya aku sih aku kan cucunya omah, ini saja omah percaya sama Kirana yang sudah sah orang asing. Omah ngak takut apa uang omah di curi?"
"Naura.. kamu bisa sopan ngak bicaranya"
Aku terkejut ketika Naura berucap begitu seolah aku mempunyai niat jahat. Kalaupun mang aku mau mencuri telah lama uang omah aku curi tapi tidak ku lakukan.
"Aku kan cuma mengingatkan omah, dulu saja sudah terjadi kan yang merawat omah mencuri uang omah. Memangnya omah mau itu terjadi lagi. Soalnya aku ngak yakin dengan tampangnya" ucapan Naura sangat menusuk.
"Ingat Naura tidak semua orang seperti itu" balas omah.
"Jadi omah masih belain cewek kumel ini?" Dengan mata sinis Naura menunjuk ku.
"Kalau kamu masih tidak bersikap sopan jangan harap omah tambahin uang jajan mu" dengan tegas omah berucap.
"Ah kesel omah lebih pilih cewek kumel ini dari pada cucu sendiri,aku ngak mau suapi omah" Naura langsung menaruh semangkuk bubur itu di atas meja lalu meninggalkan kamar dengan kesal.
Aku yang menyimak dari tadi hanya bisa diam. Aku tidak mau memperpanjang masalah kalau seandainya aku ikut berbicara.
"Kirana maafkan sikap Naura ya, niatnya baik kok tidak mau hal yang dulu terulang kembali. Omah pernah cerita kan kalau dulu ada yang mencuri uang omah?"
"Iya omah aku paham kok, Naura baik kok mau melindungi omah saja, tapi caranya sedikit salah"
"Ternyata kamu menyikapi sikap Naura dengan sopan, atas nama Naura omah minta maaf sekali lagi" omah mengulang kata minta maaf ya.
"Iya omah gapapa, lebih baik aku suapi omah dulu pasti omah udah lapar kan?" Tanya ku pada omah.
Omah membalas ucapku dengan anggukan kepala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments