part 8 ayah kini menjadi buronan

"Omah, ini kacamatanya. Omah bikin aku jantungan saja, pas keluar dari kamar mandi omah sudah nggak ada di tempat tidur. Omah bikin jantung ku dag-dig-dug serrr!". Ucapku sambil menyodorkan kacamata omah.

Kak Yoga hanya senyum-senyum melihat kedatanganku. Astaga entah apa yang kak Yoga pikirkan semoga saja bukan tentang kami tadi. Sungguh aku masih malu kalau mengingatnya.

"Eh iya Ana makasih loh. Ana ini kenalin Yoga cucu omah yang paling bandel tapi kesayangan omah." Ucap omah sambil melihat kak Yoga lalu berpaling melihat ku. Kak Yoga hanya senyum saja saat omah memperkenalkannya padaku.

" Oh iya omah, tadi sudah berkenalan saat di dalam tadi nggak sengaja bertemu". Balasku lagi. Sepertinya kak Yoga belum menceritakannya pada omah pertemuan kami tadi yang ada adegan jatuh bersama.

"Ohh baguslah kalau sudah. Bagaimana Ana betah nggak kerja di sini untuk mengurusi omah?"

"Insyaallah omah" jawabku singkat.

"Ga, bagaimana kerjaan kamu ada kendala soal mau membeli lahan yang di tawarkan pak Bagas kemaren?" Omah beralih pada kak Yoga. Aku hanya diam menyimak.

" Sudah omah semalam sudah aku beli lahannya tapi harga yang di tawarkan sedikit naik dari harga sebelumnya. Tapi tetap aku beli karena aku sangat tertarik dengan tempatnya. Tempatnya sangat cocok untuk usaha peternakan tambak udang karena tempatnya tidak jauh dari pantai di tambah lagi orang-orang di sana sangat ramah. Nanti bila aku sudah membuka tambak di sana aku akan memperkerjakan pemuda-pemuda di sana". Ulas kak Yoga panjang lebar. Kak Yoga sangat hebat pikirku karena di usia yang sangat muda tapi sudah punya usaha sendiri. Pikirannya sudah sangat dewasa.

"Oh terus kapan kamu akan membuka perternakan udangnnya? Lalu di desa mana yang akan kamu jadikan tempat usahamu itu? Tanya omah lagi.

" Di desa Mulia omah". Hah? Desa Mulia itu kan adalah desaku. Karena di kabupaten Bangka tengah yang desa bernama Mulia hanya di desaku yang letaknya berdekatan dengan laut.

"Benarkah? Kirana juga asli desa sana loh" ucap omah lalu berpaling melihatku.

"Oh aku baru tau kalau Kirana dari desa itu. Baguslah kalau begitu nanti kamu ajak saudara atau teman mu yang mau berkerja di tambak ku ya. Untuk orang desa Mulia akan aku bayar lebih besar dari orang pendatang yang berkerja di tambak nanti". Balas kak Yoga, sambil tersenyum padaku. Hemm baguslah semoga saja pendapatan orang-orang kampung akan meningkat nantinya dengan adanya pertambakan udang ini. Aku akan kasih tau ibu supaya nanti ayah mau bekerja di situ.

" Semoga usaha mu berhasil, omah do'akan yang terbaik dan satu lagi kapan kamu akan menikah? Terus pacar kamu yang dikenalin ke omah mana? Omah sudah lama tidak melihatnya"

Muka kak Yoga langsung berubah saat mendengar omah bertanya soal pacanya. Wanita yang bisa mempunyai pasangan seperti kak Yoga adalah perempuan beruntung bagiku. Karena apa? Kak Yoga tergolong orang yang tampan,mapan dan sangat penyayang. Sungguh sempurna rasanya walau sebenarnya tidak ada manusia yang sempurna.

"Aku sudah putus dengan Selina omah, dia selingkuh dengan temenku Ferdi. Bila di ingat kecewa juga sih. Tapi apa boleh buat ternyata Tuhan sangat sayang padaku sehingga sebelum terjadi pernikahan aku sudah membongkar kebusukan Selina" . Raut muka kak Yoga benar-benar menampakkan sebuah kekecewaan. Tapi sepertinya kak Yoga berusaha terlihat baik.

"Omah nggak nyangka Selena begitu, padahal dia terlihat baik seperti orang yang sangat lugu. Pertama kali saat kamu memperkenalkannya pada omah, omah sangat menyukainya karena dia seperti wanita yang baik Budi dan perkerti dia berbicara sangat lembut. Sungguh omah merasa tertipu dengan penampilan luar saja". Jelas omah karena merasa tak percaya. Memang benar kita tidak bisa menilai seseorang dari penampilan luar.                         Tapi kebanyakan orang akan menilai hanya dari penampilan luar. Bila di lihat orang tersebut bertutur kata yang lembut sudah di anggap baik sedangkan yang berbica bar-bar di anggap buruk. Begitu juga dengan penampilan fisik, yang seperti orang penjahat tetap di anggap jahat dan yang berpenampilan baik tetap di anggap baik. Padahal tidak semua penampilan menggambar sifat mereka. Bahkan dulu pernah saat aku masih bersekolah di SMP sepeda ku rusak di pinggir jalan hingga tidak dapat di gunakan. Padahal jarak rumah ku dengan sekolah sangat jauh kurang lebih satu jam perjalanan dengan menggunakan sepeda angin. Aku di tolong oleh sekelompok pemuda berandal yang saat itu tercium bau arak menyengat dari mulut mereka. Walau sempat pesimis kalau aku akan di ganggu ternyata aku di antar sampai kerumah dengan selamat. Sungguh ini pengalaman yang tidak terlupakan.

"Ah sudahlah omah aku tidak mau memikirkannya lagi. Lebih baik aku fokus dengan usaha yang akan aku bangun ini" jelas kak Yoga karena tidak mau membahas soal mantan pacarnya.

"Yasudah, lain kali kalau cari pacar hati-hati ya?" Omah menasehati kak Yoga.

"Sipp omahku yang palinggg cantik, emmuuahh". Ucapnya sambil mencium pipi kanan omah.

***

Alhamdulillah sholat ashar telah aku kerjakan, semoga selama bekerja di sini sholatku tidak akan bolong lagi. Karena untuk bekerja di sini sangat besar peluangku untuk menunaikan shalat 5 waktu yang dimana selama ini aku sangat jarang bisa melengkapinya.

Saat semua pekerjaan sudah selesai, aku sempatkan diri untuk menelfon ibu. Padahal baru satu hari aku berpisah dari ibu rasanya rinduku sudah menggunung. Ku ambil handphone yang aku simpan di lemari pakaian lalu bergegas memencet nomor ibu.

Tut...Tut...Tut....

"Halo assalamualaikum Ana? Bagaimana kerjaannya lancar ngak?" Mendengar suara ibu aku langsung merasa nyaman. Kenapa aku merasa sangat rindu ibu. Hemm mungkin karena selama ini aku tidak pernah jauh dari ibu. Aku harus tahan semua rindu agar nanti bisa membantu ibu. Ibu tidak perlu kerja mencuci baju lagi kalau kerjaanku telah lancar.

" Wa'allaikumsallam salam Bu, Alhamdulillah lancar Bu. Ibu sudah makan belum? Ibu jangan kerja terlalu berlebihan ya. Nanti kalau aku sudah gaji aku beliin mukenah yang baru ya buat ibu"

"Tidak usa Ana lebih baik uangnya kamu simpan untuk tabunganmu" tolak ibu.

Ibu selalu menolak kalau mau membelikan sesuatu untuknya. Lebih baik aku diam saja dan akan memberikan langsung bila nanti aku telah pulang.

" Iya deh Bu, oh iya Noval mana Bu? Aku liat sudah 2 hari WhatsAppnya tidak aktif?"

"Adikmu masih di sekolah, kemaren dulu dia bilang paketnya habis. Mau beli paket sayang uangnya soalnya adikmu bilang mau beli alat-alat untuk mengukir. Dia tertarik membuat barang-barang yang diukir katanya". Ternyata adikku mempunyai jiwa seni seperti ibu. Ibu juga mempunyai jiwa seni. ibu sangat suka melukis, bahkan dulu ibu pernah cerita sewaktu ibu masih bersekolah SD ibu sering di ajak lomba melukis antar sekolah. Ibu selalu jadi pemenang. Tapi sayangnya ibu tidak melanjutkan hobinya karena kendala ekonomi. Bila harus mengembangkan bakat ibu harus membeli peralatan melukis dengan harga yang bagi kami agak berat untuk di beli. Banyak peralatan yang harus di beli mulai dari kanvas, cat air, kuas dan peralatan yang lain.

" Oh iya Bu, trus bapak sudah pulang belum Bu?" Ibu tidak langsung menjawab tapi menahan nafas lalu menghembus kasar nafasnya. Seperti ada yang terjadi sewaktu aku tidak ada di sana.

"Bapakmu jadi buronan karena kasus memukul orang. Ayah mu kabur entah kemana". Astaghfirullah ayah.. kenapa belum juga sadar. Pasti ibu sangat kwartir memikirkan ayah. Aku tau ibu sangat mencintai ayah walau ayah selalu berperilaku buruk terhadap ibu.

"Padahal aku mau bilang nanti di kampung bakalan ada perternakan udang Bu, aku mau ayah melamar pekerjaan di situ. Ayah pasti di terima karena pemilik usaha itu adalah cucu dari omah, orang yang sedang aku rawat ini" jelasku lagi.

"Benarkah Ana baguslah kalau begitu, dengan adanya perternakan itu semoga mengurangi pengangguran di kampung kita"

"Iya Bu semoga saja". Semoga ini kabar baik untuk semua orang kampung ku.

" Yaudah, Ibu yang sabar ya? Nanti kabarin aku kalau ada berita tentang ayah" jelasku pada ibu

"Iya Ana, nanti ibu kabarin"

" Bu aku tutup dulu ya telfonnya soalnya aku mau kasih obat omah dulu".

"Yaudah kamu kerja yang baik di sana ya sayang. Assalamualaikum"

"Wa'allaikumsallam"

Ku tutup telfon bersama ibu. Lalu bergegas memberi obat pada omah yang telah selesai makan tadi yang di suap oleh kak Yoga sebelum dia pulang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!