Aku kesal bukan main, suamiku yang Om Om itu, dia memaksaku untuk mendaftar kuliah. Padahal aku ingin kembali ke pondokku dan melanjutkan cita-cita ku menjadi seorang hafizah.
Dengan lunglai aku mengikuti kemanapun dia membawaku hari ini.
"Tunggu aku, aku akan membayar dulu ke bagian administrasi!" aku hanya mengangguk saja, malas berdebat dengannya. Rasa simpatiku kepada suamiku sudah hilang sama sekali. Aku kesal dan aku marah. Aku sebenarnya ingin lari, tapi khawatir dengan orang tuaku. Aku tidak tahu, ada perjanjian apa antara Om Kaisar, suamiku dengan kedua orang tuaku. Nanti kalau ada kesempatan aku akan datangi orang tuaku dan menanyakan hal itu kepada mereka.
"Maaf, bagian administrasi di mana ya?" tiba-tiba seseorang menegurku, aku yang saat ini tengah melamun gelagapan dengan pertanyaan pria tersebut. Aku mengangkat kepalaku.
"Maaf, aku juga baru di sini, mungkin kau bisa bertanya kepada mereka, sepertinya mereka mahasiswa disini!" ucapku malas, lalu kembali menundukkan kepalaku.
"Kamu anak baru juga? Aku juga sama. Perkenalkan, nama aku Raja. Nama kamu siapa?" tanya pria tersebut sambil mengulurkan tangannya kepadaku.
"Dia istriku! Gak usah kau tebar-tebar pesona sama dia!" aku terkejut ketika mendapati suamiku dengan wajah garang telah hadir di antara kami.
Pria muda yang bernama Raja tersebut lalu menoleh ke arah suamiku datang. Dia tersenyum.
"Dia istrinya Om Kaisar? Hallo, aku keponakan Om Kaisar! Senang bertemu denganmu!" ucapnya sumringah dan duduk di sampingku.
"Namaku Delia! Kamu kuliah disini juga?" tanyaku, mengacuhkan suamiku yang saat ini tengah melotot ke arahku. Aku bersalaman dengan Raja.
"Lepaskan tangan istriku, Raja! Kamu keponakan kurang ajar! Berani kau menggoda bibi kamu sendiri!" hardik suamiku sambil menarik ku dari samping Raja, lalu memeluk diriku dengan posesif
"Dasar Om Om jelek! Bisanya cuma marah-marah! Ayo raja, aku temani kamu ke bagian administrasi. Sepertinya arahnya ke sana. Tadi aku melihat Om ini berjalan ke sana!" ucapku sambil menggamit tangan Raja dan pergi dari hadapan Om Kaisar.
"Om Om jelek? Lancang sekali kamu mengatakan hal itu?" suamiku sudah berkacak pinggang dengan mata memerah. Aku gak perduli dengan kemarahan dia. Aku dengan santai pergi bersama Raja. Raja tampak bingung dengan kami berdua, yang tampak tidak akur.
"Bibi, apa kau sedang berantem dengan Om ku?" tanya Raja dengan lugunya.
"Jangan panggil aku Bibi! Aku belum setua itu! Panggil aku Delia saja!" ucapku sambil tersenyum ke arah Raja. Tiba-tiba tubuhku melayang. Saat aku membuka mataku, ternyata suamiku sudah menggendong ku layaknya karung beras.
"Eh, apa kau gila? Lepaskan aku!" aku memukul punggung suamiku tapi dia sama sekali tidak perduli, dia terus berjalan ke arah mobil kami dan menaruhku di kursi depan.
Aku sangat malu sekali, hampir semua mata menatap ke arahku. Aku berusaha keluar dari mobilnya, tapi suamiku yang sudah duduk di kursi kemudi, sudah mengunci otomatis pintunya.
"Dasar suami Om Om jelek! Buka kuncinya!" Hardikku dengan kesal sambil melotot.
Dia langsung meraih leherku dan mengecup bibirku dengan ganas. Aku yang kaget dengan aksinya yang tiba-tiba, memukuli kepalanya agar melepaskan bibirku. Karena kesal, akhirnya aku menggigit lidahnya yang sedang mengobrak abrik mulutku. Dia meringis menahan sakit, ada darah menetes dari mulutnya, tapi aku gak perduli.
"Kau memang istri liar! Aku tampaknya harus ekstra sabar untuk mendidik kamu supaya menjadi istriku yang baik!" ucapnya dengan mata melotot, darah segar masih mengalir dari bibirnya.
Aku jadi merasa tidak enak ketika melihat dia terus meringis kesakitan. "Salahmu sendiri, yang tidak sopan padaku!" ucapku sambil membuang mukaku ke jendela.
Aku lihat Raja masih memperhatikan kami, ah sial! kenapa kaca mobil ini tidak gelap? Raja pasti tadi melihat Om nya menciumku dengan ganas.
"Kau memang perempuan liar, nanti sampai rumah, aku pasti akan menghukum kamu dengan keras! Tunggu saja!" suamiku lalu menyalakan mesin mobilnya lalu kembali ke rumah kami.
Mendengar dia mengatakan akan menghukum ku, seketika hatiku jadi kecut. Aku mengingat tadi malam bagaimana dia menghukumku dengan bermain sangat kasar dan tisak mau melepaskan aku sampai hampir fajar tiba. Aku bergidik ngeri.
"Jangan macam-macam kau! Aku bisa lapor ke polisi karena perbuatan jahat kamu padaku!" ucapku dengan suara gemetar.
"Kau boleh coba kalau mau! Ayo aku antar kau ke sana! Paling kau akan mereka ejek karena melaporkan hal yang gak penting!" ucap suamiku dengan seringai liciknya.
"Kau harus ingat! Suami kamu itu adalah seorang Kaisar, di Jakarta ini tidak banyak orang yang sanggup menyentuhku! Pahami itu!" jawabnya dengan jumawa. Aku berdecak kesal.
"Ckckck, jadi orang jahat saja bangga!" ucapku sambil membuang muka. Mobil kami sudah memasuki pelataran rumah kami. Hatiku semakin gak karuan, mengingat ancaman suamiku tadi.
'Kalau ada kesempatan keluar nanti, aku harus membeli pil kontrasepsi, aku gak sudi hamil anak penjahat kelamin ini!' bathinku.
'Ah, aku punya ide! Aku akan membayar seorang dokter agar mengatakan kalau aku seorang wanita mandul, jadi pria kurang ajar ini akan langsung menceraikan aku! Bukankah istri dia sebelumnya dia ceraikan karena mandul?' aku tersenyum senang dengan ide brilian yang hadir di kepala encerku. 'Kau memang hebat, Delia!' puji ku pada diri sendiri. Tiba-tiba aku mendengar suamiku menyuruh aku keluar dari mobil.
"Cepat keluar! Kenapa kau senyum-senyum terus dari tadi, huh? Apa kamu sengaja bikin aku marah, supaya aku menghukum kamu lagi, seperti kemarin? Dasar istri nakal! Rupanya kau menikmati hukuman yang aku berikan ya?" ucapnya tanpa jeda. Membuatku rasa mual.
"Dalam mimpimu! Dasar Om Om jelek bau tanah!" umpatku kesal sambil berlari ke dalam rumah.
Suamiku mengejarku dan langsung menggendong ku seperti waktu di kampus tadi. 'Duh, nih Om Om suka sekali gendong-gendong aku kayak gini. Dia pikir aku karung beras apa?' Rutukku dalam hati.
Aku terus meronta-ronta dan memukuli punggung nya, tidak mau menyerah dengan keadaan. Saat kami sudah sampai di kamar kami, dia melemparkan tubuhku ke ranjang dan menindihku di bawah kungkungannya. Aku sudah gemetaran.
"Jangan macam-macam!" Teriakku dengan mata melotot, tapi dia sama sekali tidak menggubris semuanya. 'Habis aku!' bathinku.
Matanya yang berkabut sudah membuatku ngeri-ngeri disko. Dia tampaknya sangat marah dengan perbuatan ku tadi, aku masih berusaha melepaskan diriku darinya, tapi malah membuat dia semakin bersemangat menjamah tubuhku.
"Kamu pasti kena karma suatu saat nanti! Dasar penjahat kelamin!" isakku dalam tangis.
Tidak ada perasaan lebih hina. Saat kita diperlakukan layaknya pelacur oleh suami kita. Respecku pada suamiku sudah hilang, sejak mengetahui kalau pernikahan yang aku jalani ternyata hanya pernikahan palsu, hanya demi memberikan seorang pewaris buat suamiku ini.
Aku gak keberatan untuk memberi anak untuk suamiku, hanya saja, ketika dia bilang dia tidak mencintaiku, dan hanya ingin anak dariku saja. Kata-kata nya sudah melukai harga diriku.
Setelah dia selesai dengan hasrat gilanya, aku langsung pergi dari kamar kami tanpa kata. Aku akan tidur di kamar tamu saja. Kemarin malam aku lihat, di samping kamar kami masih ada kamar yang cukup bagus menurutku. Aku akan tidur disana saja, mulai malam ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Sus Susyla
lulusan pesantren gaya bicara delia ko kya gitu sm suami ..g sopan..sedangkan di lingkungan pesantren itu loh ..adab no.1
2023-01-19
1
Sus Susyla
lulusan pesantren gaya bicara delia ko kya gitu sm suami ..g sopan..sedangkan di lingkungan pesantren itu loh ..adab no.1 ....
2023-01-19
0
Annisa Ratna
mereka berdua berantem tapi kok gemes ya hehehehe
2022-09-27
1