Hari ini adalah hari pertama kuliahku. Aku lesu dan tidak bersemangat. Aku sudah rindu dengan teman-teman dan suasana pondok. Tapi suamiku yang Om Om itu, dia gak memperbolehkan aku untuk kembali ke sana. Dia bilang ingin aku kuliah dan ketika aku lulus, dia akan membangunkan satu perusahaan untukku, sebagai kompensasi perceraian kami. Keren bukan suamiku?
Sungguh miris hatiku, hari pertama pernikahan, setelah aku memberikan kehormatan ku dengan suka rela sebagai baktiku kepada suamiku, aku mendapatkan kenyataan, bahwa ternyata pernikahan ini hanya sebuah perjanjian belaka, demi seorang pewaris! Sungguh lucu! Seharusnya memiliki anak adalah impian bagi semua perempuan setelah mereka menikah, tapi bagiku, memikirkan akan mempunyai anak sudah membuatku marah dan kesal.
Aku tidak sudi memiliki anak dari penjahat kelamin itu! Sepulang kuliah nanti, aku akan mendatangi seorang dokter kandungan. Aku akan meminta pertolongan dia, untuk menerbitkan surat keterangan mandul. Sehingga suamiku akan segera menceraikan aku. Aku sangat bersemangat hanya dengan memikirkan hal tersebut. Hingga tanpa aku sadari, aku tersenyum sendiri di ruang makan ini.
"Apa yang membuat kamu sangat bahagia?" tanya suamiku tampak terganggu melihat aku tersenyum seorang diri.
"Tidak ada, bukan urusanmu!" jawabku kesal. 'Ah, dasar penjahat kelamin! paling pinter merusak mood orang!' Rutukku dalam hati.
"Jangan bilang kalau kamu sedang memikirkan pria lain! Ingat, kamu sekarang adalah seorang istri! Ingat baik-baik! Jangan keganjenan kamu, saat berada di luar sana!" hardik suamiku.
"Eh, bung! Jangan samakan orang lain dengan diri Anda sendiri! Paham ente?" cicitku lalu bangkit dari kursi dan meninggalkan suamiku yang masih menatap kepergian ku dengan mata nyalang.
"Mau kemana kamu?" tanya Kaisar tidak suka.
"Serah gue lah, bukan urusan Anda!" ucapku kesal, aku mencari supir pribadi yang di tugakan untuk mengantarkan aku ke kampus.
"Delia! Tunggu, biar Mas yang antar kamu ke kampus!" Kaisar langsung bangkit dan mengambil tas kerjanya. Mengejarku yang sudah duduk di kursi penumpang.
"Jalan, Pak! Saya sudah terlambat!" ucapku memberikan perintah kepada supir suamiku.
"Bagaimana dengan Tuan, Nyonya?" tanya sopir ketakutan. "Baiklah, kita tunggu Om jelek itu datang!" Aku lebih memilih mendengar musik dari headset ku, paling malas mendengar Omelan Om Om yang tampaknya gak ada kerjaan. Hobbynya cuma ngomel saja. Bikin kesal.
"Pak, kita antar Nyonya dulu. Setelah itu kita ke kantor saya!" Suamiku memberikan perintahnya.
"Sayang, ingat! Mas paling gak suka kalau kamu dekar dengan cowo manapun! Kamu ngerti?" tanya suamiku sambil menatap ke arahku.
"Serah gue lah, mau dekat dengan siapapun juga. Emang siapa loe? Larang-larang hidup gue?" Aku memang sedang memerankan wanita labil dan nakal, tujuannya agar suamiku menceraikan diriku segera. Aku gak mau menghabiskan hidupku bersama pria yang mempermainkan ikatan suci pernikahan hanya karena ambisi dan tujuannya.
'Apa aku mencintai suamiku? Jawaban ku adalah. ya! Tapi itu dulu, saat aku belum tahu bahwa pernikahan ini hanya permainan belaka buat suamiku. Setelah lima tahun aku akan jadi janda! Aku gak perlu menunggu lima tahun, aku ingin segera menjadi janda. Jadi aku bisa mengejar cita-citaku menjadi seorang hafizah.' bathinku.
'Ya, saat ini aku hanya memiliki diriku sendiri, di dunia ini, tidak ada lagi yang bisa aku percaya. Kedua orang tuaku saja tega menjual aku, entah apa yang menjadi latar belakang perjanjian kurang ajar itu.' umpat hatiku kesal luar biasa.
"Sayang, aku minta maaf kalau aku bikin kamu kesal!" ucap suamiku pelan.
"Tuh, tahu! Mending gegas ceraikan aku! Aku gak sudi membuang waktu dan masa mudaku bersama kamu!" ucapku dengan mantap.
"Apa kamu sebenci ini dengan pernikahan kita?" suara suamiku mulai parau.
"Pernikahan palsu, kalau kau ingat!" ucapku sinis mengingatkan suamiku tentang status pernikahan kami. "Tetap saja pernikahan, selama lima tahun ini, Mas akan bertanggungjawab atas kamu." aku berdecak kesal, mual mendengar kata-katanya.
"Gak butuh! Ceraikan saja aku secepatnya!" cicitku sambil melempar pandangan ku ke luar jendela. Suamiku menarik wajahku, lalu mengecup bibirku sesuka hatinya. Ah, sial! Dia paling tahu menaklukkan diriku. Aku tidak tahu, kenapa aku selalu lemah dengan ciuman suamiku.
"Dasar Casanova!" cicitku marah, saat suamiku menyudahi ciuman pagi kami. Jantungku masih berdebar-debar rasanya.
'Kenapa dia selalu memukau kalau sudah berciuman sih. Dasar Delia bodoh! Nyungsep saja kau ke laut! bikin malu!' gak ada habisnya aku merutuki kebodohan diriku saat ini.
"Tahukan kamu, sayang? Aku begitu candu dengan bibir kamu!" ucap suamiku sambil mengelus bibirku lembut. Tubuhku sudah lemas rasanya. 'Ah, kurang ajar sekali!' bathinku lemas.
Aku langsung berlari ke kampusku saat mobil kami sudah masuk ke pelataran kampus. Dari jauh aku sudah melihat Raja sedang berbicara dengan teman lainnya. 'Aku punya ide!' seketika aku sangat bahagia. Dengan PD aku mendekati Raja.
"Hai, ganteng!" sapaku pada Raja.
"Bibi, kamu sudah datang? Mana Om Kaisar?" tanya Raja Sambil melongok ke belakang kepalanya, mencari suamiku.
"Bibi kepala kamu! panggil Delia saja! Usia kita sama, dasar dodol!" ucapku sambil menggamit tangan Raja. Aku tahu kalau saat ini suamiku sedang mengamati diriku dari mobilnya.
Aku paling bahagia kalau membuat suamiku marah karena cemburu. Sifat posesif dan amarahnya selalu bisa membuatku bahagia.
'Kau mencari lawan yang salah, Bung!' bathinku.
Saat aku sedang berjalan menggandeng tangan Raja, tiba-tiba tanganku di tarik dari belakang. Ah, suamiku akhirnya datang! Hatiku bersorak gembira penuh dengan kemenangan.
"Ayo Mas antar kamu ke kelas kamu!" ajak suamiku lalu menggenggam tanganku erat. Seketika hatiku berdesir. Ah, apa aku memang jatuh cinta kepada suamiku? Om tampanku!
Aku menggeleng pelan, otakku rasanya sudah geser sedikit. Bisa-bisanya aku jatuh cinta kepada penjahat kelamin seperti pria itu!
"Lepas! Kamu pergi sana ke kantor! Jangan bikin aku malu!! Aku gak mau mereka tahu kalau kamu itu suamiku!" ucapku kesal.
"Apa kamu malu punya suami aku?" tanya suamiku dengan suara parau, ada kesedihan di sana. Tapi aku gak perduli sama sekali.
"Ya, aku malu punya suami kamu! Jadi pulang sana, siapkan saja berkas perceraian kita!" ucapku dengan melotot. Menantang matanya yang menatapku tanpa berkedip.
Tiba-tiba dia menarik leherku dan mencium bibirku. Dasar mesum! Sontak semua orang yang ada di kelas bersorak. Aku malu sekali. Aku menginjak kaki suamiku, lalu lari meninggalkan kelas. Aku menangis! 'Apa sebenarnya yang dia mau dariku? Dia bilang gak mencintai aku, tapi kenapa sikap dia begitu? Aku jadi bingung dengan dia! hiks hiks! " aku menangis di toilet.
Aku sama sekali tidak perduli dengan panggilan suamiku di luar sana. Aku butuh sendiri. Mencerna segala hal yang terjadi dalam hidupku selama satu bulan ini. 'Untung aku gak pernah lupa meminum pil kontrasepsi, jangan sampai aku hamil anak dia! Aku gak akan pernah sudi membuat dia mendapatkan apa yang dia mau!' bathinku kesal dan marah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Sus Susyla
sosok delia hafizah 5 juz masa gaya bicara y begitu..maaf thor...ky g berpendidikan sn g oya adab bgt delia
2023-01-19
0
Annisa Ratna
suaminya melas banget...
2022-10-08
0
MAY.s
Jangan kasar² dong Del ngomongnya sama pak suami. Inget, perbedaan cinta dan benci itu tipis banget. Giliran udah bucin entar jadi menkaisar-kaisar mulu entar😀
2022-09-26
1