Pagi ini, setelah sholat shubuh, aku bergegas pergi ke dapur, niatnya mau buat sarapan. Tapi suamiku sepertinya belum mau melepaskan aku dalam genggamannya. Dia masih menahan aku di kamar ini.
"Mas, aku mau siapkan sarapan dulu!" ucapku sambil berusaha untuk melepaskan tangannya dari pinggangku.
"Tugas kamu cuma melayani aku, pekerjaan rumah, biar pembantu yang kerjakan! Paham, hmmm?" ucapnya dan mulai menciumi aku lagi. Ya Allah, baru selesai mandi. Masa disuruh mandi lagi? Gak lucu bukan?
"Apa Mas gak kerja?" tanyaku sambil merapihkan rambut suamiku yang berantakan.
"Aku bosnya, terserah aku. Mau berangkat jam berapa." ucapnya dan tangannya mulai nakal, menggerayangi tubuhku. Aku tertawa geli karena perbuatan nakalnya.
Punya suami Om Om Tampan, mimpi apa aku ini? Sungguh masih belum percaya sama sekali. Dengan jalan hidupku saat ini.
"Sayang, nanti Mas antarkan untuk daftar kuliah, ya?" ucapnya sambil mencium pucuk kepalaku.
"Kuliah? Aku gak mau! Aku ini seorang santri, aku ingin menjadi seorang hafizah! Aku mau kembali ke pondok?" ucapku mantap sambil menatap suamiku yang masih usil gerayangi tubuhku.
"Tidak bisa, kamu sekarang istriku! Harus nurut dengan segala aturan ku!" ucapannya sungguh membuat hatiku seketika sedih. Mataku sudah berkaca-kaca. Air mata siap meluncur, tapi masih bisa aku tahan.
"Tapi aku masih ingin mondok! Hiks hiks!" aku frustasi karena memikirkan diriku harus meninggalkan Pondok dan juga teman-teman ku di sana.
"Mas mau kamu kuliah, agar kamu bisa jadi wanita yang hebat! Itu juga salah satu syarat kedua orang tua kamu, waktu mengijinkan kamu menikah dengan ku!" ucap suamiku.
"Kenapa mereka jahat sekali kepadaku? Mereka jelas tahu impianku adalah menjadi seorang hafizah. Bukan menjadi wanita hebat dengan versi mereka!" tidak terasa air mataku sudah menetes. Sedih rasanya.
"Kalau kamu kuliah, nanti aku bukakan perusahaan yang bisa kamu kelola sendiri setelah kita bercerai!" aku terkejut saat suamiku mengatakan kata bercerai.
"Cerai? Baru menikah sehari dan kamu sudah bicara masalah bercerai dengan ku?" tanyaku heran.
"Apa orang tua kamu gak bilang? Pernikahan kita hanya lima tahun saja. Setelah itu kita akan bercerai! Itulah perjanjian nya!" bagaikan di sambar petir di siang bolong, mendengar pengakuan pria yang baru satu hari menjadi suamiku. Aku seketika bangkit dari pelukannya.
Dengan amarah yang memuncak aku menuding wajahnya dengan telunjukku, dia tampak anteng saja melihat kemarahanku.
"Apakah, bagimu pernikahan adalah sebuah permainan?" hatiku sudah sakit rasanya.
Kepala sudah pusing tidak karuan. Ternyata pernikahan paksa ini hanya sebuah permainan baginya. Ya Allah, punya dosa apa diriku?
"Pernikahan bukanlah mainan! Perjanjian di hadapan Allah, bagaimana kamu berani sekali mempermainkan ikatan sakral seperti pernikahan?" aku sudah tak kuasa lagi, air mata sudah berderai tidak terbendung.
Begitu teganya pria dihadapanku ini, setelah dia datang tiba-tiba dalam hidupku, dan mengambil sesuatu yang paling berharga dalam hidupku, sekarang dengan seenaknya dia mengatakan tentang perceraian.
"Aku tidak mencintai kamu, aku hanya butuh seorang pewaris bagi perusahaan ku, kalau selama pernikahan kita kelak kamu berhasil melahirkan seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan bonus 10 M buat kamu, kalau kamu bisa memberikan dua anak pria, bonusmu akan berlipat. Kalau anak perempuan, dia boleh ikut denganmu setelah pernikahan kita. Karena aku tidak butuh anak perempuan!" ucap Kaisar dengan tegas dan tanpa berpikir bahwa kata-katanya akan menyakiti hatiku, istrinya.
"Apalah kamu melakukan hal ini juga terhadap wanita lain?" tanyaku sambil menatap benci kepadanya.
"Sebelumnya, aku telah menikahi seseorang, tapi dia tidak memberikan aku seorang anak, karena wanita itu mandul, jadi di tahun ke dua pernikahan kami, aku menceraikan wanita itu!" ucap Kaisar tanpa dosa. Tanpa beban sama sekali. Aku takjub dengan pria yang baru satu hari resmi menjadi suamiku ini.
"Rupanya kamu adalah seorang petualang, penghancur masa depan para wanita? Menggunakan alasan ingin memiliki pewaris, untuk memudahkan aksi bejat kamu! Kamu dasar penjahat kelamin!" Delia langsung berdiri dan menghajar Kaisar membabi buta, guna melampiaskan kekesalannya. Kaisar diam saja tidak melawan sama sekali dengan amuk kemarahanku yang seperti hilang kendali.
"Laki-laki bejat macam kau memang layak di hajar! Aku yang akan mewakili para perempuan yang telah jadi korbanmu! Penjahat kelamin!" kini aku bukan hanya menendang Kaisar, tanganku juga mukul kepala Kaisar tanpa ampun, hingga akhirnya Kaisar berhasil menangkap tanganku, dan meraih kemenangan, Kaisar langsung mencium bibirku dengan ganas tanpa memberikan jeda untuk bernafas, hingga aku tersengal-sengal.
"Itu hukuman buat istri liar macam kamu! Sekali lagi kau berbuat kurang ajar, aku pastikan hukuman kamu akan lebih berat lagi! Paham, kamu?" Kaisar mendorong tubuhku ke ranjang, lalu dengan kasar dia melucuti semua pakaianku, tidak ada lagi pria lembut di malam pertama ku, ternyata itu hanya kepalsuan. Kini suamiku yang sedang menggila ini menunjukkan jati dirinya yang asli, sebagai penjahat kelamin!
Begitu sesak rasa hatiku, hingga tidak aku nikmati sedikitpun percintaan kami. Hatiku merintih kesakitan dengan semua penghinaan yang di lakukan suamiku ke atas tubuhku hari ini.
"Demi Allah, aku tidak akan pernah memaafkan kelakukan kamu hari ini!" ucapku sambil menarik selimut setelah dia selesai dengan nafsu bejatnya tersebut.
Aku hanya diam saja, saat Kaisar, suamiku mengajakku untuk mendaftar kuliah di sebuah universitas ternama di kota ini. Aku sudah kehilangan energi untuk berdebat dengan suamiku yang ternyata hanya seorang penjahat kelamin.
Hatiku rasanya mati seketika. Aku benci dengan diriku, yang terjebak dalam pernikahan konyol tak masuk akal ini. Aku di paksa menikahi seorang Om Om, hanya untuk di jadikan pabrik anak olehnya. Yang aku heran, kenapa Om Kaisar harus repot-repot menikah dengan ku? Bukan dengan wanita lainnya.
Nanti aku akan bertanya kepada orang tuaku, alasan mereka begitu tega menjerumuskan hidupku yang berharga kepada Om Om jahat ini.
"Ayo kita masuk, kamu pasti nanti suka, disini adalah universitas terbaik di kota ini!" ucapnya sok ramah. Tapi aku tidak merespon apapun yang dia katakan. Aku tak perduli sama sekali.
"Bicaralah, apa kau bisu?" protesnya tampak tidak suka dengan diam ku.
"Aku benci sama Om! Gak usah sok baik, lebih baik Om segera ceraikan aku! Karena aku gak sudi di jadikan pabrik anak sama Om!" ucapku dengan amarah tingkat dewa.
"Om? Kamu panggil suami kamu dengan Om?" tanyanya tampak terkejut.
"Kenapa? Kamu memang Om Om bukan? Gak terima? Ceraikan aku saja! Beres urusan kita!" tanganku sambil melotot ke arahnya.
"Jangan bermimpi! Sampai kamu memberikan anak laki-laki untukku, jangan bermimpi akan lepas dari tanganku! Paham kamu?" Kaisar lalu memaksaku untuk mengikuti dirinya masuk ke kampus baruku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Devi Sihotang Sihotang
jadi penasaran dengan cerita mu thor
2023-07-24
0
Annisa Ratna
Ya ampun om....
2022-09-24
1
Rositta Li
Tega banget lakinya, aku pikir pas awal awal bac bakal manis sayang istri dan ternyata cuma di jadiin pabrik anak.
2022-09-22
1